Download App

Chapter 2: 1| First Meet

05 Maret 2019...

Pagi itu, tampak tiga gadis cantik— ah! Lebih tepatnya, dua gadis dan satu wanita cantik dengan balutan kemeja putih serta celana bahan kain warna hitam layaknya siswa SHS sedang mengikuti masa orientasi siswa, terlihat duduk di depan sebuah Kedai yang berada di pusat kota Changwon.

Tepatnya di Kedai Kaebsong.

Mereka bertiga— Gayoung, Hana dan Micha— ketiganya merupakan pegawai baru disana yang akan memulai masa trainingnya hari ini.

Kedai yang baru seminggu menyelesaikan pembangunan gedungnya itu akan segera diresmikan oleh sang pemilik, Mr. Boselli— namanya.

Salah satu dari Mereka terlihat mondar-mandir dengan mulut bergumam tidak jelas. Membuat siapapun yang melihatnya jadi gemas ingin mencubit pipi gembil si gadis berambut coklat tersebut.

"Aishh! Sampai kapan Kita akan terus menunggu disini? Membosankan sekali!." Protesnya. Menyuarakan kekesalan hatinya pada dua gadis lain yang berada di belakangnya.

Salah satu dari Mereka terkekeh.

Kemudian berdiri menghampirinya, "Tenanglah, Adik kecil. Aku akan bicara dengan Tuan Hoon. Oke?" Kata Gayoung menenangkan. Kaki mungilnya segera Ia bawa menuju ke dalam kedai itu untuk bertemu dengan sang manager.

Yang tak pernah Gayoung tahu bahwa di dalam banyak sekali orang yang sedang berkumpul. Kebanyakan dari Mereka didominasi oleh pegawai laki-laki. Mereka terlihat mendiskusikan sesuatu. Oh! Disana juga ada Tuan Hoon.

Tubuh mungil itu membatu ditempat dengan pupil mata biru sapphirenya sedikit melebar.

Demi Tuhan!

Gayoung sungguh malu saat menyadari dirinya mengundang perhatian beberapa orang disana.

Ia malu.

Tujuh dari dua belas pria tersebut menoleh ke arahnya secara bersamaan, membuat wanita cantik itu hanya tersenyum kikuk. Pun disana— ada Tuan Hoon yang juga ikut menoleh ke arahnya.

Merasa Dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang, Gayoung dengan cepat pergi meninggalkan ruangan itu untuk kembali menemui dua sahabatnya tadi.

Sedang diluar, Hana dan Micha sudah tak sabar menunggu Gayoung kembali dengan informasi pentingnya.

"Bagaimana Eonnie? Apa katanya?"

Gayoung menggeleng.

Dan terdengar helaan nafas kecewa dari yang lebih muda.

"Lalu kapan Kita bisa mulai bekerja? Dasar pria tua menyebalkan, arghhh!!" Micha berteriak seperti orang sinting. Tak menyadari jika seseorang sedang berdiri di belakangnya.

"Sayangnya, Aku tidak setua yang Kau pikirkan Nona Mi!"

Ketiganya menoleh dengan cepat ketika suara berat itu menyapa kedua telinga Mereka.

"T-tuan Hoon? Sejak kapan Anda disini? Maafkan Aku, sungguh!" Sesalnya.

Dalam hati, Micha terus merutuki kebodohannya sendiri. Harusnya tak perlu berteriak hingga membuat Manager Kedai itu keluar dan memergokinya seperti ini.

"Tak apa. Aku tahu Kalian pasti bosan menunggu perintah dariku. Sekarang masuk dan bantu yang lain menata barang-barang di dalam. Besok Bos akan datang dalam peresmian."

Setelah Tuan Hoon pergi, Micha menghela nafas lega. Ia pikir, pria itu akan langsung memecatnya karena tersinggung mendengar ucapannya tadi, namun Tuan Hoon justru memakluminya. Benar-benar pria berhati baik.

"Ayo pergi sebelum Aku menendang pantatmu, Cha." Ancaman Hana cukup mengerikan untuk tidak didengar, membuat Micha hanya mendengus sebal mendengarnya.

"Yakkk! Kau ini galak sekali Eonnie!"

••••••

Pukul 11 Kst..

Semua pegawai sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ketiga orang tadi terpisah; Gayoung, Hana dan Micha.

Jika Hana sibuk mengeringkan gelas-gelas dan beberapa botol minuman yang akan disusun di atas rak Bar bersama dua pegawai wanita lainnya.

Sementara Gayoung dan Micha sibuk berada di Dapur bersama yang lain.

Mereka sedang mengupas beberapa bawang dan cabai.

Hell!

Kegiatan yang tak pernah dilakukan Gayoung saat dirumah ternyata harus Ia lakukan disini.

Oh sangat menyiksa! Mengingat yang Ia kupas adalah bawang merah.

Matanya berair dan terasa perih. Berkali-kali Ia mencoba menahannya. Agar tak seperti seseorang yang sedang menangis.

Keadaa tak jauh berbeda juga dialami Micha.

Gadis cerewet itu bahkan harus berkali mengusap lelehan airmatanya sendiri menggunakan tisu.

"Kau baik-baik saja?" Gayoung melihat ke arah mata Micha, sedikit memerah.

Okay! Ini berlebihan namun gadis sembilan belas tahun itu memang tak memiliki dasar sebagai juru masak.

Gayoung sedikit khawatir melihatnya. Tapi sebelum Ia kembali bersuara, rengekan kecil mulai terdengar dari bibir cherry itu.

"Ayo bantu yang lain Eonnie! Mataku perih sekali."

Tanpa permisi, ditariknya lengan si cantik kemudian Micha menyeretnya begitu saja membuat si empunya mengerang tak suka.

"Yakk! Lepaskan bocah! Aku bisa jalan sendiri."

Sementara langkah Micha mulai menjauh, sedang Gayoung hanya berdiam diri tanpa bergerak sama sekali.

Beruntungnya orang-orang disana sedang sibuk mengurusi pekerjaan masing-masing meski sedikit terganggu sebab wanita bermata biru itu menghalanginya jalan.

Lebih tepatnya Gayoung berdiri ditengah-tengah counter dapur.

Mata birunya tak berkedip sama sekali ketika tatapannya beradu dengan mata amber milik pria berkaos hitam yang sedang berdiri di depan pintu keluar.

Pandangannya terkunci pada amber pria itu yang juga sama menatap ke arahnya. Tidak lama, hanya beberapa second sebab pria itu langsung memutuskannya sepihak. Namun tetap berhasil menghipnotis Gayoung hingga wanita itu tertegun akan pandangan pertama.

'Astaga! Kenapa jantungku berdebar?' batinnya.

Terlalu terpesona dengan amber milik pria itu, Gayoung bahkan tak sadar jika sejak tadi Micha juga ikut memperhatikan Dirinya dari luar counter dapur.

"Woahhh! Ada apa dengan tatapan itu?" Godanya.

Gayoung memutar malas bola matanya, tak menanggapi ucapan Micha yang kekanakan.

"Shut up, Cha!"

Dan pergi keluar untuk mengecek pekerjaan lain juga— mencari keberadaan pria bermata amber tadi.

••••••

Mata sebiru sapphire itu terus berkeliaran ke segala ruangan disana.

Pikirnya, kemana pria itu pergi? Kenapa Gayoung jadi sibuk mencarinya?

Entahlah! Hatinya menjadi gelisah karna kejadian beberapa menit lalu. Bayangan wajah pria tadi memenuhi pikirannya sekarang.

Bagaimana mata amber itu menatapnya meski sebentar tapi cukup berkesan untuk Gayoung.

Ia bersumpah jika ini bukan cinta?

Hatinya sudah mati rasa sejak bertahun-tahun lalu. Dirinya sudah terbiasa dengan kesendiriannya.

Baginya, cinta adalah omong kosong. Sebuah kepalsuan yang akan membuatnya sakit. Untuk itu, ditepisnya jauh-jauh perasaan aneh ini meski Gayoung tak bohong jika pria itu telah membuatnya terpesona.

Lantas matanya mengarah ke jam yang melingkar di tangannya, meliriknya sekilas.

Pukul 12— waktunya makan siang tiba.

"Kemana yang lain?"

Pandangannya mengedar ke arah sekelilingnya.

Sepi dan kosong.

Hana dan Micha tak disini? Kemana Mereka? Jadi, sudah berapa lama Dirinya melamun?

Sampai tak menyadari kedua sahabatnya pergi meninggalkan di ruang Bartender seorang diri.

Kaki mungilnya bergerak ke arah pintu kecil yang berada disebelah kanan ruangan.

Ia perhatikan dari jauh, Hana dan Micha duduk disana bersama yang lain.

Oh astaga!

Pria bermata amber itu juga disana. Sedang mengobrol santai bersama Hana dan Micha juga senior yang lain.

Menjadi akrab satu sama lain.

Tak sengaja, Hana melihat siluet Gayoung sedang berdiri di depan pintu Bar, segera memanggilnya untuk bergabung bersama.

"Eonnie kemarilah." Panggilnya.

Gayoung menggeleng pelan.

Tak mungkin Dirinya kesana apalagi pria bermata amber itu juga bersama Mereka.

Sial! Hati Gayoung berdebar— lagi.

Pria itu menatapnya sekilas kemudian mata dan jarinya kembali sibuk memainkan benda persegi itu lagi.

Dan membuat perasaan kesal Gayoung tiba-tiba menguap seperti asap penggorengan.

'Cih! Dasar pria gila.' batinnya mengumpat. Tak tahu mengapa dirinya seperti ini.

"Jessie Eonnie~ kemarilah.." Panggil Seohyun sekali lagi.

Dengan langkah berat, Ia berjalan kesana. Wajahnya cemberut tidak jelas.

"Kau kenapa?"

"I'm okay! Kalian sudah makan?" Gayoung mengalihkan pembicaraan. Inginnya Ia berteriak kesal namun tak bisa. Sangat tidak lucu jika sampai pria yang ada di depannya ini tahu.

Hana dan Micha menggeleng kompak.

Bagus! Itu berarti Gayoung memiliki alasan untuk segera pergi dari sana.

"Ayo Kita beli makan. Aku yang traktir"

"Sungguh?" Micha meyakinkan.

Gayoung mengangguk.

"Yeayy!! Lets go, Kapten!" Mereka bersorak seperti anak kecil.

Bukan tanpa alasan jika Gayoung mengajak kedua gadis itu pergi.

Gayoung kesal, matanya menjadi panas ketika diam-diam Dirinya melirik ke arah pria itu yang terus tersenyum sambil menatap ke arah ponselnya.

••••••

"Tuan Hoon apa setelah ini Kita boleh beristirahat?"

Hana bertanya ketika Ia melihat para seniornya berjalan menuju keluar kedai.

"Tentu, Nona Han. Kau bisa mengikuti yang lain ke flat lalu kembali pukul 4 sore." Ucap Tuan Hoon.

Setelah mendengar perintahnya, Hana langsung mengajak kedua sahabatnya menuju flat Kaebsong.

Tuan Hoona mengatakan letaknya tak jauh dari kedai. Untuk itu Mereka lebih memilih berjalan kaki bersama.

"Woahhh! Aku jadi penasaran Big Boss sekaya apa ya? Flatnya mewah sekali." Teriak Micha.

"Berhenti bersuara jika Kau masih ingin tetap satu kamar denganku, bocah!"

Micha mengedikkan bahunya. Tak menggubris ancaman Gayoung sama sekali.

Flat yang disediakan Mr. Boselli cukup mewah.

Beberapa fasilitas seperti; olahraga, dapur umum, 25 kamar tidur serta ada mini Bar juga disana.

Membuat para senior maupun pegawai baru lainnya betah tinggal disana.

Kecuali Gayoung!

Hanya Dirinya dan dua sahabatnya yang tinggal dirumah sebab jarak rumah dan kedai masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki ataupun naik bis.

"Eonnie Kita sekamar berdua ya?"

Tawaran Hana disetujui langsung oleh Gayoung.

Sementara Micha— gadis itu sibuk flat tour sendiri.

"Bagaimana Eonnie?"

Sumpah! Pertanyaan Hana sangat ambigu.

Dan Gayoung tak mengerti.

"Jangan menatapku terus. Maksudku adalah senior Kita. Kau tahu?"

"Senior Kita banyak Han jika Kau lupa itu." Gayoung mencebik.

Tubuh mungilnya Ia rebahkan di kasur empuk bermotif bunga sakura.

Ah! Terasa nyaman.

"Ayolah, Kau tahu bukan itu maksudku Eonnie."

Lagi-lagi, Hana mengatakan hal ambigu padanya, "Yang Kau maksud itu siapa?"

Hana menyeringai.

"Pria tinggi dengan mata amber mirip mata serigala itu— errrrrr." Godanya dengan senyuman nakal.

Jessica menegang dalam diam. Namun mampu Ia tutupi itu dengan berdalih, "Aku mengantuk. Kita bisa tidur selama tiga jam sebelum kembali. Selamat tidur Hana."

Membiarkan Hana menatapnya tak percaya dengan mulut yang terbuka lebar seorang diri.

"YAKKK EONNIE!!!"

••••••

L Noona❤


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login