Chapter 2: First Step, of Journey
~ Semua orang terdiam, suasana Balai Kota menjadi hening. "Seperti yang sudah kukatakan. Kalian telah masuk ke dalam 'Game' yang kubuat, dari penggabungan data dan program dari seluruh game yang ada di Dunia kalian. Di sini, kalian akan menjadi Player serta memulai dari level 1", Walau tubuhnya yang mengecil, suara Sang Game Master tetap dapat terdengar oleh semua orang. "Oh, tenang. 'Player' hanyalah sebutan untuk tingkatan kalian, karena kalian masih level 1. Kalian akan naik ke tingkat salanjutnya jika sudah mencapai tingkat Skill dan Ability serta Level yang telah ditentukan", Sang Game Master mengangkat tangan kirinya dan menggerakkan ujung jari telunjuk dan jari tengahnya, seperti mengetuk dua kali lalu membuka telapak tangannya ke depan. "Untuk level, kalian bisa meningkatkannya dengan cara berburu atau menjalankan misi, sedangkan Skill dan Ability,yah,..... Berlatih sebisa kalian untuk mendapatkan dan meningkatkannya". Setelah ia menggerakkan tangannya, muncul sebuah Hologram lingkaran yang dua kali lebih kecil. Sang Game Master pun mengklik salah satu lingkaran itu. "Aku tidak bisa berlama-lama disini karena waktuku terbuang untuk mengajari Pemuda Berandalan tadi. Jadi,... Sebagai gantinya, aku akan berikan kalian sebuah buku panduan", Kemudian, mucul sebuah daftar, Sang Game Master pun menklik salah satunya. Setelah itu, muncul sebuah buku merah mawar dihadapan setiap orang disana, spontan mereka semua menadahkan tangan mereka dan mengambil buku itu akibat terkejut. "Semua yang kalian ingin ketahui ada disitu", Mendengar ucapan Sang Game Master, ia pun langsung membacanya, sedangkan yang lain masih terpaku melihat Sang Game Master. "Setelah ini, 'Sistem Game' nya akan dimulai. Terserah saja jika kalian ingin jadi apa disini", Sang Game Master terbang ke atas dan kembali membaesar, "Dengan itu selesai sudah, aku akan pergi. Selamat bermain, dan nikmati hidup baru kalian dengan sesuka hati.....", Ia lalu menghilang, di iikuti suara gemuruh di langit.
~ Setelah Sang Game Master pergi, keadaan langit kembali seperti sedia kala. Namun, di raut wajah semua orang, tidak ada yang senang maupun lega. Untuk beberapa saat, suasana di Balai Kota menjadi lebih hening dari sebelumnya. Tidak lama kemudian, seorang perempuan kecil berambut cokelat tiba-tiba terduduk dan mulai menangis. Semua orang satu persatu mulai merintih dan berseru pertolongan, pertolongan untuk bisa keluar dari 'Game' ini. Tetapi, kepada siapa mereka bisa meminta, melainkan hanya berseru saja untuk bisa berusaha melewati keadaan ini. "I-ini!,.....Ini sangat sangat tidak masuk akal!", Pemuda disampingnya juga mulai panik. Semua orang mulai tenggelam di dalam lautan kecemasan, tetapi dia tidak memperdulikannya. Ia hanya diam, berdiri di tempatnya. Melihat ke isi buku itu, membalik lembarannya satu persatu sambil membaca dan memahaminya.
I-ini!,..... Tidak lama, ia terkejut melihat isi salah satu halaman buku yang dibacanya.
Tahap untuk Game Clear :
Bertingkat User
Memiliki 18 Skill tingkat Octo
Memiliki Tingkat Ability (S+)Rank
Pergi ke Wilayah paling Timur
Selesaikan 'Trial of Divine'
Kalahkan para 'Daemon'
Setelah itu, ia langsung menutup bukunya, lalu berbalik, dan mulai melangkah meninggalkan Balai Kota. Dan, bersamaan dengan itu, Pemuda yang disebelahnya tadi sadar dan terkejut melihat kepergiannya. "O-oi!,.... Kau mau kemana!?" "Oh,aku?, aku hanya ingin mencari persediaan atau semacamnya lalu pergi dari sini" "Hah?,A-,....Kau gila ya?", Pemuda itu semakin panik, cemas, dan bingung. "Hmm, belum, apa aku sudah gila?", Ia heran melihat pemuda itu panik. "Ya!, bagaimana seseorang bisa bersantai dan tenang sepertimu dalam kekacauan ini!?" "Yah, entah,..... Tapi bagiku keadaan yang seperti ini sudah menjadi keseharian dalam hidupku", tiba-tiba ia ingin tertawa. Pemuda itu bingung melihatnya. "Keseharian?", Ia sengaja tidak memperdulikan pertanyaan Pemuda itu. "Yah, bukan apa-apa. Lagi pula, aku ingin lekas-lekas meng-Clearkan Game ini" "Clear?" "Haaah, kau ini ternyata agak banyak tanya juga ya?,....Mungkin artinya mengalahkan 'Game' ini" "Apa!?", Pemuda itu terkejut, "Kau tau caranya!?" "Hah?, tentu saja lah. Itu sudah tertulis di buku panduan, kau tidak membacanya kah?" "A-,....Ba-,....De-,.....", Pemuda itu kehabisan kata-kata. "Haaa,..... Yah, aku tidak menyalahkanmu, dalam keadaan yang seperti ini, wajar saja kalian semua bersikap seperti itu. Itu naluri kita,....", Ia menatap ke arah semua orang yang hanyut dalam keresahan dan kesedihan, raut wajah yang dibuatnya tidak bisa digambarkan jelas, entah bersimpati, atau hanya sekedar menatap saja. Kemudian, tiba-tiba terlintas sesuatu dipikirannya. "Hm, benar juga,.... Hey, apa kau ingin ikut denganku?,Aku mungkin akan membutuhkan badanmu yang jumbo itu di luar sana", Ia sebenarnya tidak ingin membawa siapapun, karena resiko yang terlalu besar. Tapi, jika Pemuda itu, menurutnya, mungkin peluang hidup di luar sana akan jadi lebih besar, atau malah, lebih kecil. Dan ia sudah siap untuk apapun hasilnya kedepan. Pemuda itu memejamkan matanya, berpikir, lalu tersenyum ke arahnya. "Mungkin,.... Lain kali saja" "Oh....."
Sudah kuduga... "Baiklah,... Kalau begitu, sampai nanti", Ia pun berbalik dan berjalan kembali sambil melambaikan tangan perlahan. "He-Hey!,.... Tunggu dulu!", Pemuda itu memanggilnya. "Huh?,....", Ia pun berbalik. "Boleh kutau,.... Siapa namamu?" "Tentu, namaku,...", Ia tiba-tiba terdiam sejenak.
Benar juga ya,.... "...Izayoi,.... Sakataki Izayoi" Hah!?, 'Izayoi'?, apa yang kupikirkan!?, nama macam apa itu?, tambah lagi,..... 'Sakataki'!? Ia berpikir, jika didunia ini tidak akan ada yang mengenalnya, ia bisa mengganti namanya, dan, yang terlintas dipikirannya adalah, 'Sakataki Izayoi'. Yah, setidaknya ini sedikit lebih baik daripada yang orang tuaku 'Berikan' Pemuda itu pun tersenum mendengarnya. "Ok, Izayoi. Namaku Craine, Redger Craine. Salam kenal" Ia mengulurkan tangan. "Yah, aku juga", Mereka pun berjabat tangan.
Uhh, ini agak canggung.... "Baiklah, Craine, kalau begitu aku pergi. Sampai nanti, Craine", Izayoi pun langsung pergi. "Tunggu!", Sektika, Craine memanggilnya lagi, mencoba memperlambat Izayoi. "Haaah,... Apa lagi Craine?" "Kau serius ingin pergi?", Tiba-tiba Craine mulai terlihat cemas, lagi, "Diluar sana mungkin berbahaya. Mungkin, disana banyak Monster!", Dan akhirnya panik, lagi. Izayoi menggaruk kepalanya setengah bingung melihat tingkah Craine itu.
Ah,.... Sekarang aku tau darimana datangnya badan jumbo dan penolakan halusnya tadi.... Izayoi ingin tertawa melihat sifat Craine yang ternyata berbanding terbalik dengan perawakannya itu. Ia pun mendatanginya sambil mencoba menahan tawanya. "Kau akan dalam bahaya, dan ka-", Dan saat Craine masih menggerutu dengan kepanikannya, Izayoi menepuk bahunya, mengisyaratkan untuk 'tenang'. "Craine, dengar. Aku sepenuhnya paham dengan keadaan ini. Di luar sana, PASTI ada monster, dan aku juga pasti akan dalam bahaya. Itu adalah resiko disaat aku menginjakkan kakiku di luar sana, tidak, mulai detik aku mengambil keputusan ini. Tapi, mau tidak mau, aku akan pergi dari sini, kalian semua nanti cepat atau lambat akan begitu juga", Izayoi menurunkan tangannya dari bahu Craine dan berbalik membelakanginya. "Manusia, cepat atau lambat, mau tidak mau, pasti akan dihadapkan ke dalam pilihan dimana mereka harus mengambil keputusan beresiko besar untuk melanjutkan hidup, sadar ataupun tidak, dan aku masuk keadalam salah satunya". Izayoi menarik nafasnya dengan dalam, lalu tersenyum ke arah Craine, "Intinya, sebelum aku meng-Clearkan Game, maka aku tak akan mati, aku jamin itu", Ia berbicara dengan penuh percaya diri. Raut wajah Craine pun berubah tenang dan ikut percaya kepada Izayoi. "Baiklah, ku pegang kata-katamu itu, cepat kalahkan 'Game' sampah ini", Craine tiba-tiba mengacungkan kepalan tangannya ke arah Izayoi. Ia pun tersenyum. "Ou!", Izayoi membalas acungan kepalan Craine itu, dan mereka tos tinju, "Kalau begitu, aku pergi!", Saat itu, Izayoi langsung berlari pergi, "Sampai jumpa, Craine!", Seru Izayoi tanpa melihat kebelakang sambil melambai-lambaikan tangannya. "Sampai jumpa,...Izayoi", Sahut Craine dari kejauhan sambil menatap lega kepergian Izayoi
***
~ Sesaat setelah Izayoi berpamitan dengan Craine, ia baru menyadari bahwa hari sudah mulai sore.
Aku tidak menyadarinya, matahari sudah berada di atas kepalaku saat aku berlari ke sini. Dan sekarang, sudah menggelincir..... Ia berlari tidak menuju ke gerbang Kota, melainkan menyusuri Kota itu, seakan sedang mencari sesuatu. "Hah,.....Hah,...Hah,..... Dimana tempat itu?", Ia berkeliling sambil menoleh kesana kemari. Menyusuri Kota, mengambil belokan-belokan entah mengarah kemana, berputar-putar seakan hilang arah. "Itu,....",Tidak lama, ahirnya ia menemukan yang ia cari. Ia melihat dari kejauhan sebuah bangunan toko yang diatas pintunya berpasangkan palang bergambarkan dua pedang yang menyilang. "Akhirnya", Ia pun langsung pergi ke toko itu, dan mendobrak masuk. Anehnya, pintu itu tidak dikunci sama sekali. Di dalam toko itu, terpajang berbagai senjata segala jenis mulai dari Pedang, Tombak, Kapak, dan lainnya, dengan ukuran berbeda-beda. Toko itu juga penuh dengan bau seperti besi baru dan lama yang bercampur satu. "Ukh,.... Sesuai eskpetasiku, Toko 'Penempa' ini pengap dengan bau besinya. Tapi lihat itu, semua yang ada di sini kelihatan lengkap dan juga baru", Izayoi menghampiri bagian toko yang berisikan Pedang, lalu mengambil dan mencobanya satu persatu.
Untuk saat ini, lebih baik aku menggunakan ini daripada yang lain Ia mencoba semua Pedang yang ada di sana, dari yang besar hingga kecil, panjang hingga pendek, tebal hingga tipis. Lalu, ia menaruhnya kembali ke tempat ia mengambilnya. Ia merasa sedikit kesal, tidak ada Pedang yang sesuai di tangannya, tapi ia tetap mengambil lagi, hingga semua sudah ia coba. "Ini,....ya", Akhirnya, ia tertarik dengan satu Pedang yang ada digenggamannya kali ini. Sebuah Pedang panjang yang hampir sepanjang kedua lengannya, dengan besi putih mengilap dan gagangnya yang dibalut dengan kulit berwarna hitam, serta penyangga bilah yang meruncing ke arah bilah membentuk 'U' yang dimana salah satu ujungnya lebih panjang. Ia pun mencobanya sekali lagi. Mengayunkannya dengan lembut, menyialng, lurus ke kanan dan ke kiri lalu ke atas dan turun ke bawah. Mengarahkannya seperti sedang membidik, ke kanan lalu berbalik pelan ke kiri, lalu berkuda-kuda seperti ingin menusuk, dengan tangan kanannya menyentuh ujung bilah dengan halus dari bawah. Sinar yang masuk dari luar pintu toko yang mengenai bilah Pedang itu membuat pantulan yang sangat indah di Pedang itu. "Ya,... Ini dia yang kucari-cari", Ucapnya sambil tersenyum tanpa sadar. Seolah semua rasa bingung, cemas, dan emosi lainnya hilang untuk saat itu. Terpaku dengan pengapresiasiannya yang hanya sekilas itu. Kemudian, muncul sebuah layar Hologram di atas Pedang itu. "Lo-Long-so,...Long Sword?", Hologram itu sepertinya menunjukkan nama sebutan untuk Pedang itu, "Yah apapun nama dari Pedang ini, bagiku ini sudah sangat cocok di tangan orang Kidal sepertiku ini", Ia pun mengambil sarung dari pedang itu, lalu memasukannya dan mengenakannya di pinggul kanannya. "Baiklah,...Hm?", Ia melihat sekilas ke ruangan bagian belakang toko, berisikan deretan belati dan pisau. Spontan, ia pun mendatangi ruangan itu. Di situ terpanjang berbagai Belati dan Pisau dari berbagai bahan dan bentuk. "Hm,hm,....Tak ada salahnya jika aku membawa tambahan untuk berjaga-jaga", Ia melihat satu persatu dengan teliti ke deretan Belati itu, "Ah....", hanya beberapa saat, pandangannya terpaku ke sebuah Belati besi hitam dengan mata bilah putih, "Ini dia", Ia mengambilnya, dan sebuah layar Hologram juga muncul di atas Belati itu. Tetapi, ada sedikit perbedaan dari hologram itu,"Oh!, Rare Weapon!", di hologram itu tertulis,
[Crescent Knife]
[4th Class]
"Hah!, Lucky!", Izayoi sempat membaca di buku panduan, bahwa senjata dan sejumlah barang dibagi menjadi beberapa kelas atau tingkatan. dan Izayoi, tanpa sengaja telah mendapatkan sebuah senjata kelas 4 yang masuk dalam tingkatan langka. Ia pun langsung menyimpanya di paha kanannya. "Oke, sudah selesai", Izayoi keluar dari toko itu, dan kembali berlari menyusuri Kota lagi. "Selanjutnya,....".
~ Setelah beberapa kali berputar blok di Kota, dari kejauhan Izayoi melihat sebuah bangunan toko yang du atas pintunya jg memiliki palang seperti Toko Penempa tadi, namun kali ini bergambarkan Boks berisikan Roti, Botol kaca bulat, dan Bebatuan permata. "Itu kah?,....hah,...hah,...", Ucapnya sambil terengah-engah. Sesampainya disana, ia membuka pintu dengan pelan, dan mengucapkan permisi masuk, walaupun tidak ada seorangpun disana. Toko itu berisikan banyak roti, buah dan kue yang masih kelihatan segar dan mengeluarkan bau hangat, Ramuan yang disimpan dalam botol berbagai ukuran, serta batu permata dengan bentuk dan ukuran yang beragam. "Ukh,...Bagaimana aku akan membawanya nanti?", Ia pun mulai kebingungan, dan kembali terdiam, menutup matanya, lalu berpikir.
Mungkin,....... Ia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. Kemudian, ia menggerakan tangan kirinya, mencoba mempraktekan gerakan yang sama dengan apa yang dilakukan Game Master tadi. Dan, yang terjadi, "Heh, dugaanku tepat", Hologram lingkaran muncul di hadapan telapak tangannya, hologram lingkaran itu sama persis dengan milik Game Master yang dilihatnya dengan samar-samar dari kejauhan itu.
Jadi ini rupanya,....Hmmm,.... Hologram itu memiliki rupa berwarna abu-abu pudar, dengan titik hitam di tengah-tengahnya, serta dikelilingi enam lingkaran kecil yang memiliki gambar beragam. mulai dari lingkaran paling atas bergambarkan sebuah Avatar Profil, lingkaran paling bawar bergambarkan selembar Kertas, lingkaran atas kanan bergambarkan Perisai yang di lapisi Pedang yang menyilang, lingkaran atas kiri bergambarkan Kepalan Tangan yang menghadap ke atas, lingkaran bawah kanan bergambarkan botol ramuan, dan lingkaran bawah kiri bergambarkan sebuah Peta. "Mungkin yang ini,...", Izayoi mengklik lingkaran yang bergambarkan botol ramuan itu. "Umm,,.....Benar yang ini!", Di saat ia mengkliknya, sebuah layar notifikasi hologram muncul.
[No item(s) are keeped. Pelase drag an item to store in]
Izayoi pun mulai memasukan sejumlah makanan yang ada satu persatu ke dalam. Setelahh selesai memasukannya, ia kemudian mendatang bagian toko yang berisikan botol-botol ramuan. "Hmmm, coba kuingat,..... Biru untuk Stamina, Putih untuk Penawar,... Hijau........ Untuk Pemulih,...Ah,sudahlah, aku tak ingat semuanya", Ia pun mengambil beberapa secara acak dan memasukannya ke dalam Hologram itu. Sesaat setelah itu, ia mendatangi bagian belakang toko. "Ahh, ini dia", Di sana terdapat tumpukan batu permata yang bersinar redup kelap kelip layaknya Aurora pelangi, "Magic Gem...", Ia juga sempat membaca hal ini di Buku Panduan tadi. Sebuah Batu Permata, yang mengandung unsur suatu sihir, dengan kegunaan dan tujuan yang beragam, tergantung bagaimana pemakai mengaplikasikannya, itulah 'Magic Gem'. Ia pun mengambil beberapa secara acak. "Ok,.....Sudah cukup", Izayoi akhirnya keluar dari 'Toko Persediaan' itu, dengan segenggam roti di tangannya, berjalan sambil memakannya, menuju Gerbang Valtenheim.
Aku juga sudah hapal rute ini, tak ada salahnya aku mengumpulkan tenaga sedikit.
~ Setelah beberapa saat, Izayoi akhirnya sampai di Gerbang Valtenheim, melihat ke atas langit, yang dimana menunjukan ingin terbenamnya Matahari. Ia menutup matanya, diam, memfokuskan pikirannya ke indra pendengarannya, dan tidak lama, Izayoi akhirnya dapat mendengar suara yang ia cari. dari kejauhan pendengarannya, ia dapat mendengar suara samar, seperti percakapan, namun seperti sedang ada yang berteriak, serta suara banyak langkah kaki yang camuh. Hmph,.....
Bibirnya bergerak tanpa sadar, ia tersenyum. Kemudian, ia membuka matanya kembali, dan menarik nafas yang dalam "Phooo,.....", Lalu mengeluarkannya disertai suara dari nafasnya, "Sudah saatnya aku pergi", Izayoi melangkah ke luar Gerbang Valtenheim,dengan kedua tangannya sudah bersiap untuk menghunuskan senjatanya. Bersiap untuk apa yang akan dihadapinya setelah ini.
Weekly Power Status
-- Power
Ranking 
-- Power
stone