Download App
100% THE ZEEGER

Chapter 3: CHAPTER II

Lalu, sebenarnya apakah yang benar-benar terjadi pada 2 minggu yang lalu?

Flashback on

Niall kini sedang duduk di kursi belajar yang ada di kamarnya.

Ia bosan, benar-benar bosan. Ia memang sudah menerka bahwa holiday-nya akan berjalan membosankan seperti ini, seperti holiday-holiday biasanya.

Sementara Shannon, ia sudah menghabiskan separuh waktu holiday-nya dengan membaca buku, sesuai seperti hobinya.

Ia tak pernah bosan membaca buku, menurutnya membaca adalah kegiatan penting yang harus ia lakukan setiap hari.

Beberapa orang yang mengenal Shannon hampir selalu mendapati ia sedang membaca buku-buku tercintanya.

Dan yang paling orang-orang sering lihat adalah, buku dengan cover navy blue polos yang hampir sama dengan notebook, tapi dengan versi yang lebih tebal.

Inilah yang membuat orang selalu menerka-nerka bahkan tak jarang orang menanyakan judul dari buku itu. Tapi, ia selalu menjawab bahwa buku itu bukan apa-apa.

Niall akhirnya memikirkan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Dan, ting!

Ia mendapatkan sebuah ide.

Ia memikirkan, bagaimana kalau hari ini ia menghabiskan waktunya dengan Shannon saja. Selagi ibu dan ayahnya pergi , mungkin ini akan jadi kesempatan bagi Niall untuk berbicara dari hati ke hati dengan Shannon.

Perlu diketahui, hubungan mereka berdua sebagai kakak beradik tidak berjalan dengan normal. Shannon dengan sifatnya yang cuek , no life dan kebiasaannya menghabiskan hampir seluruh waktu luangnya untuk membaca buku, membuat ia jarang sekali berbicara dengan adik satu-satunya itu. Kalaupun pernah, pasti hanya percakapan-percakapan yang biasa dan umum.

Niall sendiri sebenarnya menginginkan hubungan yang normal atau kalau bisa hubungan yang romantis sebagai kakak beradik. Namun, ia selalu melihat bahwa ada rasa benci dan ketidakinginan yang ada dalam diri Shannon terhadap adanya Niall dihidupnya, membuat ia hanya bisa ikut diam dan mencoba untuk tak terlalu banyak bicara dengan Shannon, karena ia tahu bahwa Shannon akan merasa terganggu dengan itu.

Namun untuk sekarang, Niall mencoba untuk tak memperdulikan hal itu.

Ia mulai melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuruni anak tangga. lalu Ia melihat Shannon sedang fokus membaca buku di sofa living room, membuat ia menghentikan langkahnya tepat pada belokan tangga. Ia kembali berpikir.

Niall's POV

apakah hal ini akan berjalan dengan baik? Atau malah sebaliknya? Apa benar ini waktu yang tepat? Atau mungkin nanti? Tapi, aku tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya jika aku terus menunda suatu hal yang harusnya terjadi saat ini juga. Ah aku tak mau menyesal.

Author's POV

Akhirnya ia melanjutkan langkahnya walaupun dengan perasaan yang gugup, sangat gugup bahkan.

Ia mencoba untuk mengendalikan dirinya dengan baik didekat Shannon.

Ia berdiri disamping Shannon yang belum menyadari kehadirannya. Sampai akhirnya ia berani untuk memanggil nama Shannon dan saat itu juga Shannon melihat ke arah Niall sembari menjawab panggilan Niall barusan.

"Yeah?"

"What are you reading, Shan?"

"Book" kata Shannon datar dengan mata tetap fokus dengan bukunya.

"Yeah, as I can see. I mean , what's the title?"

Shannon membalikkan bukunya untuk memperlihatkan judul buku tersebut.

Lalu berkata "as you can see" dengan nada yang tetap datar.

Niall hanya mengangguk-anggukan kepalanya lalu memutuskan untuk duduk di samping Shannon, namun di sofa yang terpisah. Ia sebenarnya bingung, kata-kata basa-basi apalagi yang harus ia lontarkan agar bisa menggiring mereka ke percakapan yang Niall inginkan. Ia melihat kesekelilingnya sambil berpikir tentang hal apakah yang bisa ia bicarakan lagi dengan Shannon. Matanya berhenti saat ia melihat buku dengan cover navy blue. Ia melihat buku itu dengan tajam, sesaat pikirannya langsung mengingatkan ia bahwa selama ini buku itu selalu bersama Shannon.

"What is that,Shan? What book is that?" Tanyanya pelan.

Fokus Shannon terpecah, Ia langsung menatap Niall dan melihat matanya yang terarah ke buku dengan cover navy blue, buku kesayangannya.

"Itu cuma buku. Kamu bisa lihat kan?" Jawabnya dengan sarkas lalu mulai untuk fokus lagi dengan buku bacaannya tadi.

Niall tak tahan lagi menahan tangannya untuk mengambil buku itu cepat lalu membaca isinya. Namun, saat ia baru saja menyentuh cover buku itu, pandangan Shannon langsung terarah ke tangan Niall dan berkata padanya untuk tak menyentuh buku itu.

"Don't touch that book" katanya dengan nada yang agak tajam.

"W-why?" Jawab Niall gagap sembari menarik kembali tangannya.

"I said don't touch that book" tegasnya lagi.

"But, why? I just wonder Shan, kamu selalu membawa buku itu kemana saja, and I just wanna know what that's book about, can I?"

Kata Niall sembari mengulurkan tangannya lagi untuk mengambil buku itu. tapi , lagi-lagi Shannon mencegahnya namun kali ini dengan emosinya yang sudah sedikit terpancing. Ia mencengkram lengan Niall dengan kuat.

"Don't you dare touch it! I'm warning you now!" Katanya sambil menatap Niall lalu melepaskan cengkeramannya tersebut.

Well, Niall pun sontak menatap Shannon dengan perasaan yang agak kaget karena cengkraman tersebut. Ia jadi semakin penasaran akan buku itu. Kenapa ia tak boleh menyentuhnya, ia pikir itu kan cuma sebuah buku, kenapa harus se-over protective itu.

"You are over, Shan" jawabnya takut.

"I'm not! You don't have to know that book, you won't deserve it" tegas shannon.

Niall mengerutkan keningnya. Ia benar-benar heran dengan tingkah laku Shannon terhadapnya. Kenapa ia selalu terlihat sangat membenci Niall, adiknya sendiri. Niall terkadang berpikir bahwa Shannon lebih mirip dengan kakak tiri daripada kakak kandung. Ia pun berdiri dari duduknya.

"Shannon, just tell me if you hating on me"

"I'm not hating on you , who say that?"

"Tidak perlu kata, Shan. Aku bisa lihat itu dari matamu , aku bisa lihat itu dari suaramu. Kamu seolah-olah tak pernah menginginkan ku, Shan. Tell me. Tell me that is true"

"You want prove?" Jawab Shannon.

Niall diam sejenak. Ia bergerak cepat mengambil buku cover navy blue itu.

Sontak saja, Shannon langsung berdiri mendekati Niall.

"This is the prove" kata Niall sambil menunjukkan buku itu didepan Shannon.

"How dare you, Niall" geram Shannon.

"Kenapa? Aku cuman pegang, tidak boleh?" Jawab Niall.

"I told you to not touch that book!"

"But why? What's the reason? Explain to me"

"Or there's no reason cause you just hating on me, huh?"

"Give it back to me!"

Shannon mencoba mengambil buku itu dari tangan Niall, namun Niall mengelak.

Niall sebenarnya tak mau bertengkar seperti ini, tapi pikirnya apa boleh buat jika sudah terjadi.

"Why I have to?"

"Just give it back to me!" Hentak Shannon yang masih mencoba untuk mengambil buku itu.

Mereka masih dalam keadaan Shannon yang mencoba untuk mengambil buku itu dan Niall yang masih bertahan mengelak dari Shannon agar ia tak mendapatkan buku itu dulu.

"Just explain to me the reason. It's not hard." , "Or you can tell me that you hate me. That's so easy, Shan"

Shannon tak menggubris Niall kali ini, ia tetap mencoba untuk mengambil buku itu dari tangan Niall agar semuanya bisa segera selesai.

"Oh ya! That's so obvious. You hate me. You hate me Shan. You hate me!"

"Tolong jelaskan. Kenapa kamu sangat membenciku. Itu saja. Itu saja dan aku akan kembalikan buku ini"

Lagi-lagi Shannon tak menggubris perkataannya. Ia pun memberhentikan langkahnya yang mengelak dari Shannon dan Shannon pun ikut berhenti.

"So, that's true. Kamu benci aku. Kamu tidak pernah menginginkanku kan. Yeah , as I can see in your eyes. Why Shan? Why did you hate me? Apa salahku? Aku akan perbaiki. Aku janji Shan. Aku janji" Katanya dengan nada kata yang dalam.

"Once again. I am not hating on you" jawab Shannon.

"But,I can't see it. I know you're lying"

"Give my book back now!"

Shannon melangkah mendekati Niall.

Niall mundur selangkah dan tak melanjutkannya, ia memberanikan diri untuk menghadapi Shannon kali ini.

Mata mereka bertemu. Mereka saling menatap tajam satu sama lain.

"You hate me, it's so obvious. How can you keep lying? When someone that you hating on already knows that. I hate to tell you this, but you are not that dumb. And i-" perkataan Niall terpotong ketika untuk kesekian kalinya Shannon tak menggubrisnya dan mencoba untuk meraih buku itu darinya.

Niall merasa jengkel, ia sudah kehilangan akal untuk membuat Shannon mau mengakui hal itu. Hingga akhirnya ia menjatuhkan buku itu ke lantai, memancing amarah Shannon.

Ia mencengkram pundak Shannon dengan kedua tangannya. Emosinya terpancing kali ini, membuat ia tak sadar bahwa cengkeramannya menyakiti pundak Shannon.

"And I want you to be honest with me! You hate me! You never want me! You never care about me! Just say that, Shan! I already know that!" Teriaknya sambil mengguncang-guncang badan Shannon.

Plak!

Satu tamparan mendarat diwajahnya, membuat ia tiba-tiba terdiam bisu.

"I'm glad you already know that! Yes, I hate you! And I would hate you more if you dropped that book again, cause you're just nothing than this book!" Teriak Shannon didepan wajah Niall.

Disisi lain, Ann dan Zeed yang baru saja sampai dirumah terbelalak mendengar perkataan Shannon barusan. Ann membentak nama Shannon, ia sangat marah dengan anaknya itu lalu, Zeed langsung menggenggam tangannya, memberi tanda bahwa Ia tak usah membuat masalah ini menjadi makin besar hanya karena sebuah amarah.

(don't forget to leave the vote for me please♡)


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login