Download App

Chapter 5: Chapter 5

Sesampai Lani dirumah, Lani pun di tanyakan oleh Bi Inah, namun Lani tidak menanggapinya sedikit pun. Lani yang masih merasa ketakutan ditempat yang gelap itu, membuat Lani merasa kesal dengan perbuatan Sheila yang sungguh terkeji itu. Dengan sangat kesalnya Lani pun tiba-tiba mengambil semangkok Sup kentang kuah, mulut Lani sibuk mengunyah makanannya itu. Wajahnya begitu masam dan tubuhnya yang lesu itu membuat Lani merebahkan badannya ke tempat tidurnya. Keesokan harinya Lani pun bangun dari tempat tidurnya Lani melihat cuaca kali ini tidak mendukung untuk bersekolah. Akan tetapi ia tidak mematahkan semangatnya untuk belajar di sekolah. Lani yang bergegas untuk pergi ke sekolah, membuat Lani harus mengejar waktu karena Lani risih dengan datangnya hujan yang mengguyurkan pakaiannya nanti karena payung dirumahnya telah rusak, tidak mungkin kan Lani membawa mobilnya sampai ke halaman sekolah dan koridor ruang kelasnya. Ia pun berangkat ke sekolah dan ia sangat kesal dengan cuaca hujan ini sama sepertinya yang saat ini hatinya sedang kacau. Sesampai di tempat parkiran Lani pun menghentakkan kakinya dan cepat bergegas untuk ke tempat yang teduh. Lani yang sedikit basah kuyup itu membuat Lani pun kedinginan, pakaiannya yang basah dan sepatu yang sedikit terkena becekkan air yang dipenuhi dengan kotoran. Lani hanya terdiam di tempat pondasi dinding, Lani menyederkan kepalanya di pondasi tersebut. Daun yang berguguran, ranting yang terkoyak basah membuat Lani sedih karena ia teringat dengan ibunya itu entah Lani pun tidak tahu mengapa ibunya meninggal. Beberapa menit kemudian seorang pria datang dan Lani menatapnya dari atas sampai ujung kakinya dan ternyata pria itu Rio, Rio pun bertanya kepada Lani.

"Lan, lo ngapain di sini?, ayo masuklah ke dalam kelas."

"Tidak Rio. Aku masih ingin disini." kata Lani sambil menggelengkan kepalanya

"Kau kenapa Lani?"

"Tidak, aku tidak kenapa-kenapa kok."

"Lan, kalau lo ada masalah cerita dong sama gue."

Lani pun hanya terdiam, memang hari ini Lani hantinya cukup gundah. Rio pun memaksa Lani agar memasuki kelasnya, tapi Lani terus menolaknya Lani pun sontak menangis rintisannya sungguh terdengar sampai ke telinga para murid semuanya. Rio pun berusaha menghibur Lani dan mengajaknya ke Kantin sekolah.

"Lani lo kenapa. Kalau lo ada masalah cerita sama gue, kalau lo nangis kayak gini gue jadinya gk tau apa yang lo alamin." kata Rio sambil memegang bahu Lani

"Gk aku gk bisa cerita sekarang. Keadaanku sungguh tidak mendukung hari ini."

"Ya sudah, kalau lo gk mau cerita gk kenapa kok. Kalau memang dengan cara lo nangis kayak gini membuat hati lo lebih tenang, ayo nangislah dipundak gue." kata Rio

Lani pun menangis di pundak Rio, Bel sekolah pun berbunyi, tanda semua murid pun harus memasuki kelasnya masing-masing. Di dalam hati Lani sebenarnya teringat dengan Miko yang selalu menjaganya Lani merasa di keadaan Lani yang sedih ini mengapa Miko tidak ada.

Lani mengikuti pelajaran dengan sangat lesu sampai sahabatnya mengajaknya mengobrol pun tidak dipedulikannya. Sheila, Vani, dan Keisha itu senang sekali melihat wajah Lani yang masam serta lesu dipenuhi dengan kesedihan.

"Eh, Lani gimana keadaanmu. Apakah kamu baik-baik saja." kata Sheila

Sheila merasa bahwa Sheila telah berhasil mengerjai Lani di gudang itu.

Lani tidak menanggapinya sedikit pun, karena Lani benar-benat tidak mau di ganggu. Cindy yang berkali kali menanyakan ada apa dengannya. Namun sikap Lani terhadap sahabatnya ketus sekali.

Tidak lama kemudian bel pulang pun berbunyi. Lani masih saja tidak mau berbicara apapun. Lani yang baru saja tiba di parkiran lantas seketika Rio menghadangnya dan menarik Lani.

"Lani, lo kenapa. Kalau lo bengong kayak gini, gue gk tau masalahnya apa dan kalau lo nyetir mobil dengan keadaan kayak gini gk bisa Lan, lo mungkin saja bakalan membahayakan diri lo sendiri." kata Rio sambil menatapnya dengan penuh perasaan

Lani pun menangis dan mengatakan, "Rio kenapa disaat gue membutuhkan Miko, Miko gk ada buat gue." kata Lani

"Lo memikirkan Miko. Bukannya Miko lagi sakit ya."

"Memang, tapi bukan itu saja gue sedih kayak gini juga karena Sheila."

"Karena Sheila. Lo di apain sama Sheila?"

"Gk, gue cuma di kerjain doang."

"Udah lo jangan nangis ya, gue bakalan bantu lo supaya lo ceria kayak dulu lagi."

"Mending sekarang lo gue anter pulang ya, biar gue yang nyetir mobil lo."

"Hmm... iya Rio."

Rio pun mengendarai mobil Lani. Sesampai Lani tiba di rumahnya Lani pun mengajak Rio masuk ke rumahnya, tapi Rio menolaknya dengan berat hati Lani pun tidak bisa memaksakan kehendak Rio. Tetapi jika Rio ingin mampir sebentar ke rumah Lani, itu sangat menyenangkan buat Lani, karena dirumahnya itu sepi sekali tidak ada satupun untuk diajak mengobrol kecuali Bi Inah. Ketika Lani berada didepan pintu rumahnya dan mengobrol dengan Rio karena Rio ingin berpamitan pulang dan Lani pun sempat melihat Miko yang sedikit lemas itu berada di depan gerbang rumahnya. Miko melihat Lani dan Rio berada dirumahnya Lani. Miko pun akhirnya tidak jadi ke rumahnya Lani karena Miko merasa sedikit cemburu karena Lani dekat dengan Rio semenjak Miko sakit.

Namun setelah Rio pulang Lani langsung bergegas mengejar Miko yang tidak jadi menghampiri Lani. Lani pun membawa mobilnya dengan sangat cepat.

Sesaat Miko pun berhenti dan keluar dari mobilnya itu

"Lani, lo kenapa disini. Bukannya lo masih sama Rio tadi."

"Hmm... Miko lo udah sehat?"

"Iya, memangnya kenapa. Selama ini gue sakit lo sama Rio?"

"Kalau iya, kenapa?" kata Lani

"gk kok. Ya udah gue pergi ya." kata Rio

"Tunggu, lo gk mau mampir ke rumah gue mumpung lo ada disini." kata Lani

"Gk." kata Rio sambil jawabnya dengan ketus

Di dalam hati Lani berkata, "kenapa ya Miko, kok dia ketus gitu ya sama gue, gk biasa-biasanya dia gitu."

Miko pun menginjak gasnya dan mengendarai mobil dengan lajunya.

Seketika ia pun menginjakkan remnya dan berhenti di sebuah Danau yang jernih itu. Tampaknya Miko sangat kesal melihat Rio dan Lani berduaan di rumahnya Lani. Lalu seketika Lani datang dan bertanya kepadanya

"Miko, lo baik-baik aja kan?" kata Lani

"Lani. Lo ngapain disini, bukannya lo sama Rio." kata Miko

"Oh.. Miko, kenapa emangnya. Gue tadi sempat nangis di sekolah dan gk enak badan deh."

"Lo gk Kenapa-kenapa kan?"

"Gk kok. Lagian lo lama gk sekolah gue kan jadi kangen😅." kata Lani

"Lo kangen?"

"Iya."

"Maaf ya gue lukanya gk parah sih, tapi gue sempat pulang ke kampung."

"Ohhh.."

"Lo mau gk nanti malam lo gue ajak dinner bareng?"

"What? dinner." kata Lani

"Iya, lo bisa kan."

"Tentu gue bisa Mik." kata Lani

Lina pun menerima makan malam yang tah di tawarkan oleh Miko. Miko kali ini ingin mengajak Lani dinner karena ingin berbicara sesuatu Dengan Lani.

Lani pun pulang ke rumahnya, Lani yang sempat memikirkan liontinnya itu mengapa liontin Lani bercahaya?

Lani sebenarnya sempat bingung dan risih dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal di hatinya itu. Seletika Lani pun tertidur pulas lantas Lani pun sontak terbangun dan melihat arah jam dinding.

"Wah, gue telat nih pergi untuk dinner sama Miko."

Lani pun bersiap siap untuk pergi dinner. Kali ini Lani menggunakan jaket modis, celana panjang serta sepatu putih. Lani memang orangnya simpel, Lani tidak perlu dandan seperti seorang wanita yang sangat feminim. Meskipun Lani tidak terlalu feminim, namun bagi Miko Lani tetap cantik, cantiknya itu alami dan tidak di buat-buat.

BERSAMBUNG, CHAPTER 6

Penasaran kan, Miko diajak dinner oleh Lani dan Miko pengen ngomong apaan yaw.. 😇

tunggu ya kisah selanjutnya 🌺


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login