Download App

Chapter 62: 7.3 - Invasi

Laut Guise, 40 km lepas pantai di selatan Region Sandhure.

Pukul 0230, 27 Agustus 2025

Di bawah langit malam, lebih dari 600 kapal perang Armada ke-4 Buriek Navy Corps melaju dengan kecepatan penuh menuju ke utara.

Di barisan paling belakang, 10 Kapal Induk, 60 Kapal Pengawal dan selusin Kapal Pendukung segera lego jangkar begitu mencapai posisi 40 km dari garis pantai Region Sandhur.

Kapal Induk milik Buriek Navy Corps memiliki panjang hingga 300 meter, mampu menampung 20 Cloud Hawk, lambungnya dapat sepenuhnya terbuka dan di bagian dalamnya terdapat tempat bertengger Cloud Hawk yang tergantung pada rangka besi.

Sedangkan untuk Kapal Pengawal, panjangnya  mencapai 275 meter, diawaki oleh 300 pelaut dan dilengkapi dengan kombinasi ratusan foot-bow dan balista.

Dari anjungan Kapal Induk dengan callsign Rebbar 01, Laksamana Muda Orres memandang ratusan kapal Armada ke-4 yang bergerak menjauh ke utara. Ia menunggu hingga konvoi Armada Ke-4 hilang ditelan kegelapan sebelum menoleh ke asistennya.

"Bangunkan para Rider dan minta mereka untuk bersiap."

"Aye aye, Sir!"

- - - - -

Sejak ribuan tahun lalu Laut Guise menjadi sumber mata pencaharian bagi penduduk Region Sandhur yang tinggal di pesisir selatan. Para nelayan tersebut hanya menggunakan kapal kecil sehingga mereka tidak bisa melaut terlalu jauh dari daratan.

Dengan penuh sukacita selusin nelayan memberesi perlengkapan yang baru saja mereka gunakan. Meski angin dini hari menggigit tubuh mereka, para nelayan tersebut sama sekali tidak merasa terganggu dan akan tersenyum lebar setiap kali melihat hasil tangkapan mereka kali ini, yang entah kenapa begitu melimpah.

Namun senyum di bibir mereka seketika menguap ketika di kejauhan samar-samar terdengar suara teriakan, lalu disusul suara orang tercebur ke laut. Salah satu nelayan segera menyambar obor, dan begitu ia tiba di tepi kapal tanpa peringatan terlebih dahulu sebuah anak panah langsung menembus lehernya.

Di saat yang sama, 20 orang berpakaian serba hitam naik ke atas kapal dari sisi lain dan langsung menembakkan crossbow ke arah para nelayan yang sedang terbengong. Para nelayan yang sedang sekarat kemudian dibantai menggunakan pedang pendek sebelum dibuang ke laut.

Begitu kapal penangkap ikan dikuasai, kapal segera diarahkan ke perkampungan nelayan di sepanjang pesisir pantai. Secara keseluruhan ada 84 kapal dan 3 km di belakangnya 150 kapal pendarat dari Armada ke-4 Buriek Navy Corps menempel dengan ketat.

- - - - -

Femm benar-benar tidak habis pikir, kenapa bayinya yang baru berumur sebelas bulan tiba-tiba terbangun dan tidak mau berhenti menangis. Ia mencoba menyusui anak pertamanya tersebut, namun sang bayi menolak dan terus menangis. Sang bayi bahkan terus terisak saat ia kelelahan menangis.

Meski angin dini hari apalagi angin laut tidak baik untuk kesehatan, Femm tetap memutuskan untuk keluar dari pondoknya dan berjalan ke bibir pantai. Tentu saja ia membungkus bayinya rapat-rapat dengan kain tebal.

Meski Femm tidak mengenal konsep waktu berdasarkan jam, ia bisa dengan akurat menentukan kapan biasanya suaminya akan kembali dari melaut. Femm berharap bayinya akan menjadi tenang setelah bertemu ayahnya, seperti hari-hari lainnya ketika ia rewel.

Saat siluet puluhan kapal nelayan muncul di kejauhan, Femm secara reflek segera tersenyum.

"Nak, lihatlah ayahmu sudah pulang. Jangan menangis lagi agar ayahmu tidak khawatir."

Dengan penuh sukacita Femm menimang-nimang bayinya, sementara puluhan kapal nelayan terus melaju menuju pantai.

Begitu kapal pertama menyentuh pasir pantai, 20 puluh orang berpakaian serba hitam segera melompat keluar. Femm segera mengerutkan dahi karena ia tidak mengenali orang-orang tersebut, dan segera berlari menuju ke perkampungan begitu mereka menghampirinya sambil menghunus pedang pendek masing-masing.

Femm berlari sekuat tenaga, namun salah satu pria berpakaian hitam berhasil menyusulnya dan langsung menebaskan pedang pendek di tangannya ke punggung Femm. Ia jatuh tersungkur ke depan, namun secara reflek berhasil memastikan agar bayinya tidak cedera.

Femm memeluk bayinya erat-erat sementara pria berpakaian hitam yang baru saja menebas punggungnya berjalan menghampirinya.

"Kumohon. . . jangan bunuh anakku. . ."

". . ."

"Aku akan melakukan apapun tapi jangan bunuh anakku."

Femm kembali memohon sementara air mata mulai mengalir deras dari kedua sudut matanya.

Pria berpakaian hitam memandang bayi di dalam pelukkan Femm, dan keraguan segera tercermin di matanya. Tangan pria tersebut mulai bergetar dan genggamannya pun menjadi sedikit longgar.

"Jika kau ragu maka kau akan gagal menghasilkan kematian pada serangan pertama. Artinya kau akan membuat mereka menderita lebih lama."

Seorang pria yang juga berpakaian serba hitam, namun jauh lebih tua, berjalan mendekati pria berpakaian hitam yang hatinya sedang dilanda keraguan. Ia lalu memandang Femm untuk sekilas sebelum melanjutkan.

"Ikre, kita ditugaskan untuk melancarkan Genocide War ke Region Sandhur. Jika kau tidak mampu melakukannya, kau bisa kembali ke kapal dan bergabung dengan Kru Balista."

Ikre segera menarik nafas dalam-dalam dan menghapus bayangan anaknya yang baru berusia beberapa bulan dari benaknya. Dalam sekejap mata Ikre kembali berubah menjadi dingin dan ia segera menghampiri Femm.

Tanpa ragu Ikre lalu menebas leher Femm, yang sedang mencoba melindungi bayinya. Sesaat kemudian Ikre juga menebas leher bayi Femm yang sedang terisak, lalu memastikan agar ibu dan anak tersebut tetap berpelukan, dengan harapan agar mereka bisa menyeberang ke alam baka bersama-sama.

- - - - -

Fajar baru merekah ketika lebih dari 1600 orang berpakaian hitam bergerak menuju ke perkampungan nelayan dengan senjata terhunus. Setelah membentuk perimeter pengepungan, orang-orang berpakaian hitam tersebut segera melancarkan serbuan dan pembantaian.

Beberapa wanita yang sedang mengambil air di sumur atau baru akan mulai menjemur ikan tangkapan suami mereka menjadi korban pertama. Jeritan para wanita tersebut membuat warga lainnya terjaga, namun hal tersebut sia-sia saja karena yang ada di perkampungan nelayan saat ini hanyalah orang tua, wanita dan anak-anak.

Beberapa remaja dan nelayan tua mencoba melawan namun hasilnya sia-sia. Begitu perlawanan berhasil dipadamkan, perburuan dari rumah ke rumah segera dilancarkan. Tangisan dan jeritan anak-anak yang memanggil orang tuanya sempat terdengar, namun hanya untuk sesaat sebelum keheningan kembali menyelimuti perkampungan nelayan.

Sementara pembantaian di perkampungan nelayan berlangsung, kapal-kapal pendarat Armada ke-4 berlabuh di pantai untuk menurunkan logistik, personel pendukung dan tentunya elemen utama yang akan melakukan serbuan ke Region Sandhur.

Begitu sinyal yang menandakan kalau perkampungan nelayan sudah berhasil diduduki, personel pendukung segera bekerja. Mulai dari mengkremasi mayat penduduk perkampungan nelayan, mendirikan barikade pertahanan, membangun pos logistik, pos komunikasi dan tentunya pos komando lapangan. 

Sementara pijakan di pantai dibangun, lima skuadron kavaleri dari Buriek Guard bergerak menuju ke pedalaman Region Sandhur. Tugas mereka adalah, melakukan penyekatan dan gangguan terhadap elemen reaksi cepat yang akan dikirim oleh Sandhur Guard.

- - - - -

Seluruh wilayah Region Sandhur diapit dua tebing yang jika dilihat dari atas berbentuk seperti jam pasir. Tebing di sisi kiri disebut Levsait sedangkan tebing di sisi kanan disebut Raisait.

Levsait dan Raisait memanjang mulai dari pantai, melewati Lagra City hingga ke perbatasan dengan Region Sviek. Karena posisinya yang vital dalam usaha melindungi Region Sandhur, maka Sandhur Guard menempatkan 60% kekuatannya ke Levsait dan Raisat. Bisa dibilang hampir seluruh permukaan Levsait dan Raisat adalah jaringan  perkubuan dan perbentengan.

Kedua sisi Levsait dan Raisat yang ada di garis pantai dipisahkan jarak sebesar 32 km dimana di tengah-tengahnya terdapat sebuah perkampungan nelayan. Meski personel Sandhur Guard yang berjaga di kedua ujung tebing tidak bisa melihat pembantaian di perkampungan nelayan, namun mereka masih bisa melihat dengan jelas ratusan kapal pendarat milik Buriek Navy yang sedang berlabuh dan menurunkan muatan tepat setelah matahari terbit.

Begitu Jenderal Pommer menerima laporan mengenai serbuan dari Kingdom Buriek, ia segera bergegas menuju ke Celah Railev, dimana Levsait dan Raisat menyempit hingga hanya terpisah sejauh 5 km.

Jenderal Pommer sadar kalau di pesisir pantai terdapat sebuah perkampungan nelayan dengan penduduk lebih dari seribu jiwa. Namun ia tidak mengirimkan elemen Sandhur Guard untuk menolong mereka karena ia yakin saat laporan mengenai pendaratan Buriek Navy diterimanya, seluruh nelayan di perkampungan tersebut pasti sudah dibantai.

Selain itu, jika elemen Sandhur Guard yang dikirim disergap dan ada yang tertangkap, maka hal tersebut sama saja dengan memberikan info cuma-cuma ke pihak penyerbu.

Perintah yang dikeluarkan Jenderal Pommer untuk merespon serbuan dari Kingdom Buriek cukup sederhana. Pertama adalah penerapan darurat militer dan panggilan wajib militer bagi seluruh warga Region Sandhur, diikuti dengan mobilisasi skala penuh Sandhur Guard.

Sedangkan untuk masalah strategi, Sandhur Guard akan menahan serbuan dari Kingdom Buriek di Celah Railev dengan memanfaatkan salvo footbow.

Footbow memang hanya memiliki jarak efektif 1.5 km, namun jika ditembakkan dari kedua sisi maka hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan 80% kekuatan penyerbu yang mencoba melewati Celah Railev.

Karena itu kunci kemenangan dalam pertempuran kali ini adalah, bagaimana Sandhur Guard mempertahankan Levsait dan Raisait dari serangan Buriek Air Corps.

Jenderal Pommer sendiri sudah memerintahkan agar Sandhur Air Corps menerbangkan Combat Air Patrol, yang sempat menjejak posisi elemen kapal induk Buriek Navy di titik 40 km lepas pantai.

Tentu saja Jenderal Pommer memerintahkan agar ofensif baru akan dilakukan saat bantuan elemen darat dari Region terdekat tiba.

"Mereka benar-benar mengambil resiko besar dengan melakukan pendaratan sebelum langit dikuasai."

Gumam Jenderal Pommer sementara pandangan matanya terpaku pada peta di atas meja.

Tidak butuh otak jenius untuk menyadari kalau serbuan Kingdom Buriek akan berakhir dengan kegagalan jika bantuan elemen darat dari Region terdekat tiba sebelum Levsait dan Raisait mereka rebut. Sedangkan meski bantuan elemen darat akan butuh waktu agak lama, dengan radius tempur Cloud Hawk yang mencapai 500 km, Sandhur Air Corps tidak perlu khawatir akan kalah jumlah saat harus mempertahankan Levsait dan Raisait.

Karena itu Jenderal Pommer mulai bertanya-tanya darimana sumber kepercayaan diri para petinggi Buriek Guard. 

Sayangnya, Jenderal Pommer tidak memiliki banyak waktu untuk merenungkan pertanyaan yang mengganggu benaknya, karena operator kristal komunikasi utama di sudut ruangan tiba-tiba saja membuat pengumuman.

"Combat Air Patrol dari Skuadron ke-8 melaporkan pergerakan Buriek Air Corps, perkiraan 80 Rider, bergerak tegak lurus ke Levsait pada ketinggian 200 meter."

'Sepertinya mereka tidak mau memberi kita waktu untuk bersiap.'

Gumam Jenderal Pommer di dalam hati sebelum memberi perintah.

"Perintahkan Air Corps untuk menyambut mereka, dan informasikan hal tersebut ke elemen Sviek Air Corps dan Rivek Air Corps yang stand-by di perbatasan."

"Sir!"

Tanpa menunda-nunda perintah Jenderal Pommer segera dikirim, dan tidak lama berselang 120 Rider mengudara dari Levsait dan Raisat. 

*****


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C62
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login