Download App
42.18% 12.12 | END |

Chapter 27: Story 27 : First Date. (1)

"Gue kangen sama lo." Andara langsung menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Apakah lelaki itu gila?

Andara kembali mendekatkan ponselnya di telinga. Perempuan itu tidak tahu lagi apa yang ada dipikiran Algar, benar-benar seorang penggoda.

"Gila!" balasnya. Algar tertawa di seberang sana.

Algar bertanya tentang tempat yang ingin Andara datangi, namun perempuan itu masih bingung akan menjawab apa. Andara meminta waktu untuk menemukan tempat yang sangat ingin ia kunjungi, Algar tentu menyetujuinya.

Mereka terlarut dalam obrolan selama kurang kebih satu jam, Andara sampai tidak menyadari jika mereka sudah berbicara selama itu. Topik yang dibuat Algar selalu menghiburnya, beberapa kali Andara tertawa.

Andara menatap jak dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.00, Andara dengan terpaksa mengakhiri obral keduanya. Besok perempuan itu masih harus bersekolah.

Andara mematikan teleponnya setelah sebelumnya berpamitan dengan Algar. Andara menatap benda pipih itu dan tersenyum senang. Andara juga tidak mengerti dengan perasaannya yang seperti ini.

Tiba-tiba saja satu pesan masuk dari Algar. Andara langsung membuka pesan itu dan menahan senyumnya.

'Selamat malam, Andara.'

Andara rasanya ingin jingkrak-jingkrak kesenangan, sayangnya sekarang sudah malam, jadi Andara harus menahannya. Perempuan itu menghembuskan napasnya dan mulai mengetikkan pesan balasan untuk Algar.

'Malam,' tulisnya.

Andara langsung menghempaskan dirinya di kasur seraya terus menahan senyumnya. Aneh sekali, rasanya sangat menyenangkan. Semoga saja kedepannya selalu terjadi hal-hal yang menyenangkan.

Andara menarik selimutnya dan memejamkan kedua matanya, tentunya dengan bibir yang terus mengukir senyuman kecil.

♡♡♡

Algar turun dari motor besarnya, lelaki itu baru saja sampai di sekolahnya dan memarkirkan motornya. Algar melirik ke arah gerbang sekolah dan mendapatkan Andara yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

Algar berlari dan menghampiri perempuan itu, sepertinya hari ini sikapnya kembali normal dan tidak ada yang aneh, mungkin kemarin hanya kebetulan saja.

"Tumben dateng siang," ucap Algar. Andara hanya melirik sebentar kemudian mendesah berat.

"Kesiangan," jawabnya acuh. Yah, hari ini Andara kembali menjadi Andara yang biasanya, cuek, dingin dan acuh.

"Mimpiin gue kan, lo? Makanya jadi kesiangan," lanjut Algar sangat percaya diri. Andara tertegun, hampir saja ucapan lelaki itu tepat.

"Ge-er banget, lo!" sewotnya. Andara langsung berlari kecil meninggalkan Algar.

Andara sampai di kelasnya terlebih dahulu, perempuan itu mengatur napasnya dan istirahat sebentar. Hampir saja ucapan Algar tadi membuatnya tertangkap basah, meski sebenarnya Andara tidak memimpikan lelaki itu, melainkan memikirkannya. Andara mengusap wajahnya kasar.

Ketika Algar memasuki kelasnya, Andara kembali mengubah rautnya menjadi dingin, tentu saja agar Algar tidak mencurigai apa pun. Algar tersenyum padanya, Andara tidak membalasnya, perempuan itu membuang mukanya. Atau lebih tepatnya, menyembunyikan rasa malunya, astaga.

Rio melihat Andara yang membuang mukanya kemudian menghampiri Algar yang baru saja mendaratkan bokongnya.

"Cie dikacangin." Algar masih bisa menahan emosinya. Ingat, masih pagi.

"Orang baru sampe itu disapa, bukan diledekin." Rio terkekeh dengan keluhan temannya itu. Rio tidak mengerti dengan sifat seorang Algar yang bisa dengan mudah mengambil hati perempuan yang bahkan sama sekali tidak pernah berbicara saat itu.

"Btw, ceritain awal lo bisa deket banget sama Andara, dong," cetus Rio. Algar menaikkan satu alisnya. Seharusnya Rio sudah tahu jawabannya, dasar lelaki bodoh.

"Hah? Bukannya lo tau? Gue iseng godain dia waktu itu karena si Siti sakit, tapi ternyata gue malah penasaran sama sesuatu tentang dia," jelas Algar. Rio duduk di kursi depan Algar yang masih kosong.

"Sesuatu apaan?" Algar melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kepo lo, jelek! Rahasia!" tandasnya.

♡♡♡

Minggu, 09.45.

Andara menatap pantulan dirinya di cermin. Andara merasa aneh jika dirinya memakai dress, mungkin karena perempuan itu terbiasa memakai setelan. Andara merapikan tatanan poninya yang sedikit tertiup angin.

Baru saja Andara ingin mengganti pakaiannya karena ini sangat aneh untuknya, namun bundanya terlebih dahulu memanggilnya dan mengatakan jika Algar sudah datang menjemputnya. Dengan terpaksa, Andara akan memakai dress untuk hari ini.

Andara menaiki motor Algar, perempuan itu sangat tidak nyaman dengan bagian pahanya yang sangat terbuka, Andara berusaha menutupinya, namun sangat sulit.

Algar melihat gerak gerik aneh Andara dari kaca spionnya. Lelaki itu menghentikan motornya di pinggir jalan kemudian membuka jaketnya, memberikannya pada Andara.

"Tutupin paha lo, entar masuk angin." Andara tertegun. Algar kembali menyalakan mesin motornya dan melanjutkan perjalanan.

Andara meremas jaket Algar. Perempuan itu menciumnya sedikit, sadar dengan apa yang ia lakukan, Andara langsung menjauhkan jaket itu kemudian menutupi sebagian pahanya yang terlihat. Andara tersenyum kecil.

Algar menghentikan motornya di depan sebuah warung makan yang terlihat sederhana namun sangat indah. Andara turun dari motor Algar dan memberikan jaket itu kembali.

"Makasih ...," lirihnya. Algar mengangguk.

"Btw, kita mau makan dulu?" Algar mengangguk lagi seraya berjalan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Lo pasti belum makan, kan?" Andara terdiam kemudian mengangguk kecil. Bagaimana Algar bisa tahu? Dasar.

Andara duduk di seberang Algar. Lelaki itu memanggil pelayan untuk memesan makanan mereka. Algar dan Andara tidak terlalu memesan banyak makanan, mereka hanya memesan secukupnya.

Andara mengeluarkan ponselnya. Perempuan itu melihat Algar yang sedang menatap kolam ikan di samping meja mereka. Andara membuka kamera pada ponselnya dan memotret satu foto Algar. Andara menatap hasilnya dengan sangat terkejut, sungguh sempurna. Wajah Algar memang sangat sempurna. Wait, kenapa Andara malah memujinya? Astaga.

Beberapa menit berlalu dan makanan keduanya pun datang. Andara menatap makanan yang sudah tersaji di depannya dengan mata yang berbinar. Belum makan saja rasa laparnya sudah hilang, perempuan itu jadi tidak sabar.

Andara memesan tongseng yang sudah menjadi makanan kesukaannya sejak dulu, sementara Algar memesan steak karena lelaki itu sangat menyukainya.

Andara menatap Algar yang sudah memakan makanannya duluan, lelaki itu sangat ahli dalam memotong daging. Andara terkekeh dalam hati.

Andara memasukkan beberapa sendok sambal, pasti akan bertambah lezat. Perempuan itu mulai menyendok makanannya dan memasukkannya kedalam mulut. Andara tercengang, rasa tongseng di sini sangat berbeda dengan yang pernah Andara makan, sangat enak, enak, enak dan enak.

"Gimana makanan di sini?" Andara mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi.

"Enak banget," jawabnya setelah berhasil menelan semua makanannya yang ada dalam mulut.

"Iya, dong. Ini warung makan kesukaan gue banget, menunya banyak dan yang terpenting rasanya enak banget." Andara mengangguk paham.

Algar memotong dagingnya, lelaki itu menyendokkan daging yang sudah ia potong di hadapan Andara. Algar berniat menyuapi Andara satu sendok. Andara menaikkan satu alisnya.

"Buka mulut lo," perintahnya. Andara tertegun, tiba-tiba saja perempuan itu merasakan pipinya yang sedikit panas.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login