Download App

Chapter 5: Ada yang aneh

Senyum memang ibadah, tapi kalau senyum-senyum sendiri itu bukan ibadah, tapi ada tanda tanya?

"Lo, ngak bakalan bisa ngejar gue."

"Astaga, lo jangan gitu dong. Mobil gue nanti bisa out."

"Lo berdua nyerah aja, pasti gue yang bakalan menang."

Sedaritadi, suara berisik itu, keluar dari mulut Danu, Odit dan Putra. Lagi sama-sama fokus sama layar yang mereka lihat. Sekarang mereka lagi di kamar Putra. Lagi main game kesukaan kaum Adam. Apa lagi kalau bukan PlayStation atau sering kita dengar dengan singkatan PS.

"Yah, gue kalah lagi." Odit nampak kesel dengan kedua lawan mainnya ini, setiap main PS, Odit masi bisa dihitung jari berapa kali ia menang. Pasalnya ia lebih sering kalah dari yang lain.

"Sabar bro, memang rezeky ngak berpihak sama lo."

"Lo ngak usah nguatin Odit gitu, Lo juga bakalan nyusul kayak dia," balas Putra.

Baru aja Putra berucap, ternyata benar saja, Danu juga sudah kalah. Dan pemengang kali ini adalah Putra.

"Anjir, gue kala juga." Danu nampak kesal juga, atas ke kalahannya.

Jika, ketiga manusia itu sedang asik bermain PlayStation, lain lagi dengan manusia yang satu lagi, entah apa yang merasukinya tapi dia nampak lain dari biasanya. Dia malah memili merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik Putra, tanpa ada niat untuk bergabung dengan obrolan ketiga temanya yang lagi asik bermain game.

Sejak kemarin sore memang sikap nya rada-rada aneh gitu, dia lebih banyak diam dari biasanya. Sekarang ia sedang melipat kedua tangannya kebelakang, sebagai tumpuan kepalanya. Dia memejamkan mata, sambil tersenyum ngak jelas gitu.

Adeh tapi nyata.

Sikap Varo kali ini memang agak lain.

Danu sendiri, sempat heran melihat tingkah Varo.

"Ngak ada angin, ngak ada hujan, ngak ada badai. Tapi kok ada yang aneh ya." Selain tukang rusuh, ternyata Danu juga tukang sindir.

"Iya nih, perasaan di luar lagi mendung doang, tapi kok disini cerah bangat ya," timpal Odit. Yang ternyata sedari tadi juga memperhatikan.

"Coba lo pada tanyak, mana tau ada yang kesambet." Bahkan Putra yang biasa diam, ngak banyak bacot, kayak Danu dan Odit, juga malah ikut nimbrung.

Varo membuka mata, dan ia melihat tajam kearah manusia yang baru saja menyindirnya, secara terang-teranga.

"Lo bertiga, ngak usah nyindir-nyindir gue. Apalagi pikir yang macem-macem tentang gue. Gue ngak papa, cuman lagi pengen santai aja. Malas main sama lo pada."

"Santai? Tapi gue perhatiin loh senyum-senyum aja dari tadi?" Danu memasang tatapan intimidasinya, mencari suatu kebohongan dari lawan bicara.

"Ya, emangnya kalau senyum ngak boleh. Senyum itukan ibadah."

"Loh uda gilaya!" Itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

"Mana ada orang senyum-senyum sendiri di bilang ibadah. Kecuali kalau lo memang udah gila." Odit yang angkat bicara. "Betul ngak Put?" tanya Odit mencari dukungan. Putra pun menganggukkan kepalanya.

"Lagian, loh tu kenapa sih? Gangguan jiwa ya?" Putra ikut buka suara.

Varo bangkit dari tidurnya. Menatap kesal pada tingkah teman-teman yang lagi duduk ganteng di lantai.

"Kalian ngak usah pada ngaco deh. Lebih baik kalian lanjut aja main gamenya. Ngak usah urusin gue. Kasian PS nya udah di angguri. Tadi itu gue cuman olah raga wajah." Alasan apa lagi yang Varo buat, tadi katanya senyum karna ibadah, walaupun dia salah pengaplikasiannya. Nah, sekarang malah bilang olah raga wajah. Emang ada ya, senyum-senyum olahraga wajah?

Dasar Varo boong aja ngak bisa.

Danu mendengus kesel. "Lo, ngak usah ngelak deh, lo tu pasti lagi ada sesuatukan! lo sembunyiin dari kita. Ngaku ngak loh!"

"Ehhh Dukun beranak." Memang mulut Varo itu kalau ngomong suka ngasal.

"Lo ngak usah sok tau deh. Uda ah gue malas gobrol sama lo pada. Mening gue nonton TV di depan." Setelah mengatakan itu, Varo langsung keluar dari kamar, memilih untuk tidak bersama ketiga orang itu. Kalau lama-lama sama mereka, Varo bisa ketauan memang lagi nyembunyiin sesuatu. Bukan apa tapi memang Varo orangnya kurang pandai dalam berbohong, maklum dia itu anak nakal yang sangat jujur.

Emang ada ya anak nakal yang jujur?

Ada dong, tuh orangnya, Alvaro Pramugraha.

Setela Varo meninggalkan kamar. Kembalilah si Odit si tukang ghibah beraksi.

"Lo, berdua ngerasa ngak sih, kalau Varo itu aneh hari ini." Odit beraksi. "Kalau gue mah, ngak percaya sama omongan dia barusan."

"Nah,itu tuh, yang gue rasakan. Gue juga rasa ada yang aneh sama manusia satu itu." timpal Danu. "Lo juga ngerasakan Put?" tanya Danu.

"Iya sih, sebenarnya gue juga rasa ada yang aneh gitu!" jawab Putra.

Autor pikir cuman cewek yang suka ghibah, eh ternyata cowok juga ada yah yang suka ghibah.

Bukan cuman di dunia orange ini loh, di dunia nyata juga benaran ada kok. Tapi ngak banyak.

"Varo senyum-senyum sendiri persis kayak gue dulu waktu lagi jatuh cinta bro." Kali ini yang buka suara adalah Danu. Ia bahkan nampak semagat menceritakan pengalamannya.

"Lah, emang lo perna jatuh cinta? Bukannya loh, itu jomblo dari lahir ya?" Sunggu demi apapun Danu sangat kesal dengan ulah Putra kali ini. Orang yang biasa kalem, udah berani-beraninya menginjak harga dirinya. Jatuh sudah drajat kejantanannya.

"Hahahhahah. Gue ngak nyangka ternyata loh, bisa sesadis gini Put. Lo belajar dari mana? Dari Varo, atau dari gue?" Belum juga selesai menertawakan Danu, Odit pun menepuk pundak Danu. "Putra memang benar bro, loh itu jomblo dari lahir, jadi ngak usah bahas-bahas tentang cinta. Karna Lambung loh terlalu lembek. Belum bisa mencerna pembahasan orang dewasa. Hahahahah."

Memang Odit adalah teman yang ngak punya ahlak banget. Please jangan ditiru ya!

Putra juga ikut tertawa lepas, seperti halnya Odit.

"Dasar temen laknat." Danu berpindah tempat, sekarang ia lebih memilih rebahan di atas tempat tidur Putra, sama halnya yang Varo lakukan tadi, mangacukan kedua manusia yang lagi menertawakannya. Sekarang Danu kembali ke mode ngambek nya.

Dilain tempat, kini Varo udah duduk manis di atas ayunan. Ayunan yang sangat nyaman,berukuran singgel. Varo  bilang tadi mau nonton Tv, ternyata dia malah duduk manja sambil bersila diatas ayunan. Ayunan yang  memang khusus dibuat untuk bersantai ria, yang terletak di halaman belakang rumah Putra. Varo terlihat sangat nyaman di posisinya. Hembusan angin sore ini memanjakan kulitnya, kicauan burung pun ikut menghidupkan suasana. Layaknya mendapat tempat yang nyaman tanpa gangguan orang lain. Baru lagi Varo merasa tenang tanpa ada yang mengusik, tapi ternyata.

"Dorrr" Varo hampir saja jatuh dari ayunan karna terplonjak kaget. Untungnya ia masi bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Lo tuh apa-apaan sih? Kalau gue jatuh gimana."

"Ya kebawah lah. Masa ke atas." Siapapun yang mendengar ucapan laknat itu, pasti ingin menenggelamkan yang punya mulut itu kedasar lautan.

"Lagian lo ngapain disini, katanya tadi mau nonton tv," tanya Odit. Manusia yang udah mengejutkan Varo.

"Tayangan di tv, ngak ada yang seru. Jadi ya gue kesini aja nenangin pikiran. Biar lebih frees." Varo ngeles, padahal dia sama sekali tidak ada niat untuk nonton TV. Tadi itu cuman alasan, biar bisa menghindar dari rentetan pertanyaan manusia itu. Yang kalau diladeni, panjang nya bisa sampai satu gerbong kereta api.

Odit hanya ber oh ria. Toh, dia bahkan ngak peduli lagi prihal tadi. Karna sekarang ada yang sudah mengusik dirinya.

"Lo, mau ikut gue ngak"

"Kemana"

"Beli makanan untuk si Danu."

"Lah, sekarang loh jadi babunya ya?"

Odit menjitak kepala Varo yang kalau ngomong ngak disaring dulu. "Sembarangan aja loh, Peang."

Varo meringis, sekaligus mengusap kepalanya yang kena jitakan sadis Odit. "Sakit gila."

"Derita lo. Danu tuh lagi ngambek sama gue. Lo taulah, kalau mulut gue ngomong suka benar tapi pedes." Ya ya ya Varo memang tau itu.

"Trus apa hubungannya sama beli nasi goreng?" tanya Varo bingung. Tapi walaupun begitu Varo tetap mengikuti langkah Odit, yang berjalan ke arah garasi.

"Dia tuh mau maafin gue dengan sarat gue harus beliin nasi goreng kesukaanya." Dasar Danu bisa-bisanya mengambil kesempatan dalam kemelaratan.

"Kamprett banget kan! Kalau bukan temen dah, gue ngak bakalan peduli." Sebenarnya Odit ngak mau beliin. Tapi mengingat sifat Danu yang mendiamkannya kemarin gara-gara ucapan sadis yang ia gunakan untuk mengejek Danu. Odit jadi takut kalau kejadian itu terulang kembali. Karna di diamin sama temen lebih sakit dari pada didiamin sama pacar.

Betul ngak sih apa yang di katakan Odit? Autor ngak tau ya, soalnya ngak punya pacar :)

Jomblo dari lahir kalau kata Putra.

Kalau kata Odit, Lambungnya masi terlalu lembek, belum bisa mencerna pembahasan kayak gitu 😑


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login