Download App

Chapter 13: Part 12

Marsha menatap dirinya di depan cermin yang ada di pintu lemari pakaiannya. Pagi ini Marsha memilih mengenakan celana jeans biru dengan sobekan tipis-tipis tepat berada di depan pahanya, sehingga paha mulus Marsha sedikit terekspos. Tak lupa dengan atasan tanktop berwarna putih yang ditutupi cardigan dengan warna senada sama seperti celana jeansnya, tapi tidak terlalu terang. Ah, jangan lupakan kacamata hitam mengkilap yang ia gunakan. Sebenarnya, Marsha memang lebih menyukai mengenakan celana dibandingkan gaun-gaun yang selalu melekat pada tubuhnya. Ia hanya akan mengenakan gaun pada acara pemotretan atau pun pesta. Diluar dari itu Marsha lebih memilih mengenakan baju santainya, seperti saat ini.

"Kau mengagumkan Marsha." Gumamnya bangga melihat kecantikan dirinya sendiri.

Marsha pun bergegas meninggalkan apartementnya. Ia tidak ingin terlambat pagi ini mengingat Hans kembali tidak bisa dihubungi. Marsha juga tidak tahu mengapa Hans sangat sulit dihubungi dua hari belakangan ini dan managernya itu selalu beralibi jika ia terlambat bangun. Entahlah, Marsha juga tidak peduli.

"Kau menunggu seseorang?" Tanya seseorang dari dalam mobil. Marsha mengernyit bingung, ia tidak bisa melihat jelas siapa pria yang ada di dalam mobil mewah itu.

"It's me, beruang kecil." Katanya sembari mencondongkan tubuhnya untuk menghilangkan kebingungan Marsha.

"Hei apa yang kau lakukan disini?" Tanya Marsha ketus.

Apa tempat tinggal mereka berdekatan? Pikir Marsha.

"Mungkin kau tidak tahu, tapi mansionku berada didekat sini. Apa kau menunggu managermu itu?" Tanya Alland yang mendapat jawaban anggukan kepala dari Marsha.

"Masuklah." Katanya mempersilakan Marsha masuk ke dalam mobilnya.

"Tidak. Aku malas harus mendapat masalah pagi ini." Tolak Marsha terang-terangan.

"Kalau masalah yang kau maksud karena lelah berdebat, maka aku akan tetap diam." Kata Alland mencoba membujuk Marsha.

"Tidak. Orang-orangmu akan memandangku aneh kalau kita bersama." Katanya.

Alland menganggukkan kepalanya pelan. "Bisa kuatasi, sekarang masuklah." Katanya sedikit memaksa.

Marsha menghelakan napasnya kasar, lalu ia melirik sekilas arlojinya. Jika Marsha tidak ikut dengan Alland maka ia akan terlambat. Mungkin ini adalah keputusan yang tepat.

"Baiklah, tapi ingat. Kau diam saja!" Katanya mengingatkan perkataan yang Alland katakan sebelumnya.

Bibir Alland berkedut menahan senyumnya. Ia ingin tersenyum, tapi tidak bisa karena Marsha akan besar kepala nanti.

"Kau selalu aneh beruang kecil." Batinnya.

***

Suara ketukan dari luar pintu kerja Alland membuat pria itu terusik dari kegiatannya. Ia meletakkan kertas-kertas itu, lalu menatap pintu kerjanya yang berada cukup jauh disana. Dan setelahnya ia menyuruh orang itu untuk masuk.

"Maaf mengganggu sir. Saya kemari untuk meminta tanda tangan anda." Kata Tiffany yang berjalan menghampirinya.

"Letakkan saja, nanti akan aku tanda tangani." Katanya menunjuk sebuah meja kosong di dekat sofa ruangannya.

Tiffany pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri Alland dan meletakkan sebuah berkas di atas meja kosong yang ditunjuk oleh Alland . "Kalau begitu apakah anda ingin makan siang bersama?" Tanya Tiffany ragu.

Mendengar itu Alland melirik arlojinya sekilas. Dan benar ini sudah jamnya makan siang. "Tidak. Kau bisa pergi dengan yang lain." Tolaknya, kemudian beranjak dari kursinya.

"Apa anda masih sibuk sir? Jika iya saya akan membawakan makan siang anda kemari." Katanya menawarkan.

"Tidak perlu. Kau bisa pergi sekarang." Usirnya secara halus.

Tiffany pun menunduk hormat, lalu pergi. Seperginya Tiffany, Alland keluar dari ruangannya menuju lantai yang berada tepat di bawah lantai kebesarannya. Tentu saja untuk menemui Marsha.

"Ms.Charlotte, mari makan siang bersama. Kami sudah memesan meja di restaurant dekat sini." Ajak salah satu rekan kerjanya.

"Iya, pasti akan sangat seru jika kau ikut bersama kami." Kata yang satunya lagi dengan antusias.

"Mengapa kau mengajaknya! Dia tidak akan nyaman mengingat pasti masih ada wartawan yang mengincarnya."

"Kau benar. Apa kau melupakan kasus skandalnya itu? Kita juga akan jadi sorotan." Kata yang lainnya lagi.

"Dan lebih parahnya lagi, kita bisa ikutan viral. Aku tidak ingin itu terjadi mengingat kasus buruknya 5 bulan yang lalu."

Marsha tersenyum membalas ucapan-ucapan yang menurutnya menyakitkan itu. Ia pun langsung pergi dari sana, kalau tidak mungkin Marsha tidak akan tahan untuk tidak membalas ucapan-ucapan itu dengan lebih menyakitkan lagi.

"Marsha!" Panggil seseorang di depan lift sembari melambaikan tangannya.

Marsha memutar bola matanya malas. "Entah perasaanku saja atau karena memang ini kesengajaanmu, kau selalu saja datang menghampiriku." Katanya dengan nada jengah.

"Kau percaya diri sekali. Aku kemari untuk memberikan sedikit masukan pada photographermu itu, tapi sepertinya kalian sedang beristirahat ya?" Kata Alland yang kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

"Mereka baru saja pergi."

"Ada apa dengan wajah jelekmu itu?" Tanya Alland mendapati Marsha tak bersemangat.

"Itu karena kau! Menyingkirlah aku harus mengisi perutku." Katanya sambil menggeser tubuh berotot Alland.

Sebelum Marsha melewatinya Alland dengan sigap mencegahnya pergi.

"Aku ikut."

"Tidak. Aku hanya ingin makan sendiri hari ini." Tolaknya.

"Oh, c'mon kau akan terlihat begitu menyedihkan jika makan sendirian di tempat umum. Apa kau tidak takut ada orang jahat yang akan mengintaimu?" Kata Alland menakut-nakuti Marsha. Awalnya Marsha tidak peduli akan hal itu, tapi memikirkannya kembali ia jadi parno sendiri.

Bagaimana jika ada wartawan lagi?

Apa mereka akan menerjangku dengan pertanyaan bodoh itu?

Atau ada orang jahat yang ingin menculikku?

Oh, Shit! Ini semua karena Alland!

"Baiklah, tapi aku yang memilih tempatnya!" Tekan Marsha.

Dengan santai Alland menganggukkan kepalanya. "Aku akan mengikuti kemana pun kau pergi, beruang kecil."

Marsha mendengus kasar. "Jangan merengek jika tidak sesuai dengan harapanmu." Katanya dengan nada mengancam, tapi sepertinya Alland tidak mengindahkan hal itu.

"Sudah kukatakan, aku akan mengikutimu kemana pun Marsha."

"Baiklah itu keputusanmu, Alland."

***

Marsha baru saja selesai melakukan pemotretan untuk gaun indah nan mahal yang akan di perjual-belikan pekan depan, dan tentu saja Alisya sang desainer yang merancangnya. Setelah berpamitan kepada kru pemotretannya, Marsha pun langsung bergegas berjalan menuju lift. Ia ingin sekali cepat-cepat sampai di apartementnya dan merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk itu. Membayangkannya saja sudah membuatnya mengantuk saat ini.

"Ada apa dengan Hans belakangan ini? Mengapa dia sulit sekali dihubungi!" Gerutu Marsha ketika ia masih berusaha menghubungi Hans, tetapi tidak mendapat jawaban. Hanya suara operator yang menjawabnya.

Saat Marsha baru saja keluar dari lift, tiba-tiba ia menabrak seorang pria yang hendak masuk ke dalam lift. Marsha pun menunduk hormat untuk meminta maaf pada pria itu. Padahal sebenarnya pria itu juga salah tidak memperhatikan dirinya yang keluar dari lift.

"Ah, maafkan aku." Kata Marsha meminta maaf, lalu kembali melangkah sebelum pria itu dengan cepat menarik lengannya.

"Tunggu!"

Marsha refleks menghempaskan tangan pria itu dari lengannya. Orang itu hanyalah orang asing, tidak seharusnya dia menahan Marsha seperti ini.

"Aku sudah meminta maaf."

"Tidak, bukan itu. Aku sepertinya mengenalmu." Katanya dengan kening berkerut dan mencoba mengingat wajah Marsha yang ada di pikirannya.

Marsha pun dengan kesal mendongakkan kepalanya. Dan betapa terkejutnya Marsha ketika mendapati pria itu adalah mantan kekasihnya yang sudah lama tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Apalagi Marshalah penyebab berakhirnya hubungan itu.

"Mengapa dia ada disini!" Pekik Marsha panik.

"Tidak. Kau tidak mengenalku!" Pekiknya tanpa sadar. Sungguh Marsha tidak pernah berpikir akan bertemu dengan mantannya itu disini dan seperti ini.

Pria itu menggeleng menegaskan. "Aku yakin aku sangat mengenalmu." Katanya yakin.

"Kau salah orang. Sekarang menyingkirlah!" Kata Marsha ketika pria itu kembali mencengkal lengannya.

"Ah, aku ingat!" Pekik pria itu cepat.

"Kau tidak ingat. Aku bukan dia kau salah orang." Kata Marsha dengan panik. Jangan sampai pria itu mengenalnya karena jika ia masih mengenalnya, maka Marsha akan kembali mendapat masalah.

Pria itu mengulum senyumnya melihat ekspresi panik Marsha. "Mengapa kau sepanik ini? Kau pikir aku bisa secepat itu melupakanmu? Ayolah, pria mana yang akan melupakan mantan kekasihnya yang sudah menghancurkan hatinya. Tepat di hari ulang tahunnya sendiri." Katanya dengan nada yang cukup membuat Marsha semakin panik.

"Kau salah orang!"

"Aku tidak mungkin salah mengenalmu Marsha!" Bentaknya melihat Marsha kembali membantah jika ia salah orang.

"Lepaskan. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi."

Pria itu tertawa sumbang. "Aku tidak salah orangkan?" Katanya sembari menaikkan sebelah alisnya untuk mengejek Marsha.

"Noah!" Panggil seseorang di belakang sana. Melihat Noah sedikit lengah, Marsha pun langsung mengambil kesempatan itu untuk kabur.

"Hei kau mau kemana Marsha?!" Panggil Noah melihat Marsha sudah berlari menjauh.

"Kau berbicara pada siapa?" Tanya Alland yang sudah berada di sebelahnya yang membuat Noah mendengus kesal.

"Itu tidak penting. Apa sekarang kita bisa membahas tentang kerja sama itu? Aku harap kau kembali mempertimbangkannya Mr.Stanford. Kau bahkan sudah mendapatkan keuntungan besar." Kata Noah mencoba membujuk Alland.

"Bulan depan akan aku naikkan persennya kau tenang saja." Katanya sembari menepuk pundak Noah.

Noah tersenyum simpul. "Baiklah aku tunggu. Aku rasa kita akan tetap bekerja sama karena aku juga akan menanamkan sahamku disini. Lebih besar dari kau memberikan persen itu." Kata Noah.

"Benarkah? Apa ada sesuatu yang membuatmu memutuskan hal ini?" Tanyanya ragu.

"Tentu saja karena Marsha!" Batinnya.

"Tidak ada. Aku rasa kita memang cocok untuk bekerja sama dan saling menguntungkan Mr.Stanford."

"Kalau begitu kita harus membicarakannya di ruanganku. Mari." Ajaknya yang kemudian berjalan lebih dulu, sedangkan Noah mengikuti langkah Alland dari belakang.

"I'm back, Marsha."

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login