Download App

Chapter 3: Pilihan yang sulit

Biyah menyukai sosok Faiz, tetapi ia tidak sama seperti Faiz, ia tidak benar-benar mencintai Faiz.

Faiz memegang tangan Biyah sepanjang jalan. Namun Biyah hanya menganggap berpegangan tangan di sepanjang jalan adalah hal yang wajar.

Faiz menyatakan perasaannya, hanya sekedar untuk memastikan jika ia pergi ke Singapore, Biyah masih menjadi miliknya hingga ia kembali lagi. Dan ia tidak ingin melepaskan hubungan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun lamanya bersama Biyah dan keluarganya.

Faiz telah memiliki jawaban untuk pilihannya. Ia akan pergi ke Singapore dan menjalani kontrak selama 5 tahun.

***

"Pak! Semua berkas penting Faiz ada pada saya pak!" Bujuk Indri kepada bosnya agar ia juga ikut pergi ke Singapore bersama Faiz.

"Kan kamu bisa sama Robi"

"Tapi Faiz di sana butuh sekretaris!"

"Ya sudah, nanti saya bilang ke Faiz" Bosnya mengiyakan permintaan Indri.

Indri berjalan keruangan Faiz. Faiz membereskan berkas yang akan ia bawa ke Singapore.

"Iz! Kata bos, gua ikut!" Ucap Indri tersenyum bahagia, membuat Faiz terkejut.

"KENAPA LU BARU BILANG?!" Respon Faiz yang tak terduga membuat Indri terdiam.

Faiz berjalan kesal menuju ruangan bosnya.

"Kenapa Indri ikut saya pak?!"

"Kamu butuh sekretaris"

"Tapi Robi juga butuh sekretaris"

"Disini bisa buka lowongan, karna Indri sudah punya pengalaman dan jadi partner kerja kamu, jadi saya biarkan dia jadi sekretaris kamu disana"

Rahang Faiz membeku dan saling beradu, ia benar-benar kesal dan membenci sosok Indri yang tak henti mendekatinya.

***

"Kenapa?" Biyah mengobrol dengan telponnya lagi, sambil terus menggambar di kamarnya.

"Indri ikut gua ke Singapore" jelas Faiz.

Mata Biyah membulat dan menghentikan gerak tangannya. Ia tak menyangka akhirnya Faiz dan Indri bisa berdua di Singapore. Sudah menjadi misinya sejak dari sekolah untuk menyatukan Faiz dan Indri. Sebagai sahabat Indri, ia mendukungnya untuk mendekati Faiz. Terlebih lagi alasan ia membantu Indri ialah agar Faiz menjauh dari hidupnya.

"Bi!" Panggil Faiz.

"Ah?!"

"Kenapa diem?"

"Bagus dong kalo lu sama Indri" jawab Biyah refleks.

"Maksudnya, kan gua bisa nanya-nanya tentang lu ke dia" sambungnya.

"Ga perlu! Lu bisa nelpon gua!"

"Yah misalnya lu sibuk atau apa gitu"

"Sesibuk apapun gua, gua tetap kasih kabar ke elu!"

"Kalo lu meeting kan, ga mungkin gua nelpon elu"

Faiz hanya terdiam. Lalu ia mematikan telponnya.

Biyah tidak mengerti, ia tidak mencintai Faiz. Tetapi Faiz mencintainya. Terlebih lagi ada benih cinta di antara persahabatan membuat suatu hubungan menjadi sensitif.

Biyah melanjutkan gambarnya dengan menahan beban pikirannya.

"Bi!"

"BIYAHH!" Teriak Ibunya. Namun seperti biasanya, Biyah tidak menjawab panggilan ibunya itu.

"Biyah!" Panggil ayahnya, ia segera menghampiri mereka berdua. Biyah sangat kesal, karna pekerjaannya belum juga selesai dan selalu saja ada yang mengganggunya.

"Apa!" Bentak Biyah kepada orang tuanya di depan tv.

"Jadi gini, ayah sama ibu sepakat mau tunangin kamu sama Faiz" jelas ayahnya.

Khuk! Uhuk! Khuk!

Biyah tersedak salivanya sendiri.

"Minum, minum!" Ibunya menyodorkan segelas air minum. Namun Biyah menolaknya.

"TUNANGAN?!" Teriak Biyah tak percaya. Bagaimana bisa orang tuanya melakukan hal yang tak pernah terbayangkan olehnya.

"Biar waktu Faiz balik dari Singapore, kamu bisa langsung nikah sama dia"

"NIKAH?!" Teriak Biyah.

"Susah loh Bi nyari mantu kayak Faiz"

"Tapi, Indri suka sama Faiz Bu!"

"Tapi Faiznya suka sama siapa?!"

Biyah terdiam. Bagaimana mungkin dia bisa terjebak kisah cinta segitiga di antara persahabatannya.

"Pokoknya aku ga mau!" Bentak Biyah.

"Harus mau! Mau sampe kapan kamu kayak gini?! Hidup bareng ayah ibu! Sepupu kamu udah pada nikah semua!"

"Iya nikah, mau! Tapi kalo sama Faiz.." Biyah menghentikan ucapannya.

"Kenapa emangnya kalo sama Faiz?! Dia baik, dia kerja, kita kenal dia" jelas ayahnya.

"Masih banyak kok laki-laki di luar sana Yah!"

"Pertanyaannya, mereka mau ga sama kamu?!"

"Astaga! Emang ga waras semua" ucap Biyah meninggalkan mereka dan kembali masuk ke kamarnya.

"Kamu mau kan?!" Teriak ibunya.

"IBU AJA YANG TUNANGAN SAMA FAIZ!"

Bbhhuuuggg!

Biyah menutup pintu kamarnya dengan kasar.

***

Siang itu orang tua Biyah mengadakan pertemuan bersama Faiz di sebuah resto. Mereka mengobrol seputar tentang Biyah. Namun mereka tidak cukup berani untuk meminta Faiz bertunangan dengan putrinya. Hingga akhirnya Faiz yang mulai membuka obrolan mengenai hal itu.

"Maaf om, tante. Saya ga bisa jagain Biyah lagi" ucap Faiz seakan mendorong Ayah Biyah untuk mengucapkan keinginann mereka.

"Eh, Kamu boleh jagain dia buat selamanya, tapi itu kalo kamu mau"

"Maksudnya om?"

"Jadi gini Faiz, kami mau kamu tunangan sama Biyah, kamu mau kan?" Ucap Ibu Biyah terdengar seperti sedikit memaksa.

Faiz membaca semuanya dengan sangat cepat. Ia mengerti seorang Biyah seperti apa. Biyah tidak akan semudah itu mencintai seseorang, terlebih lagi Biyah adalah wanita bodoh yang buta akan rasa cinta.

Faiz sangat menginginkannya. Namun ia tau bahwa hal itu hanyalah sebuah impian orang tua Biyah, bukan keinginan Biyah sendiri.

"Saya boleh ngomong sama Biyahnya dulu? Ini hal serius om-tante, tanggungjawab dari keputusan ini sangat beresiko" ucap Faiz yang seakan tidak ingin menganggap pertunangannya seperti membeli kucing di dalam karung. Faiz di berikan waktu selama 3 hari sebelum keberangkatannya ke Singapore. Karna orang tua Biyah menginginkan mereka bertunangan sebelum Faiz pergi ke Singapore.

Namun hingga hari terakhir kesempatannya untuk membicarakan hal itu bersama Biyah, Faiz belum menyampaikan sepatah kata pun kepada Biyah.

Hingga Biyah memulai percakapannya lewat sms yang ia kirimkan kepada Faiz yang berisi;

Biyah

Gua bingung

Faiz membaca pesan itu dan langsung menelpon Biyah.

"Bingung kenapa?" Tanya Faiz saat Biyah menjawab telponnya.

"Indri sahabat gua, dan dia suka sama lu! Tapi, gua tunangan sama lu! Jahat ga sih gua?" Suara Biyah terdengar seperti menahan tangis di tenggorokannya.

Dada Faiz mulai sesak dan otaknya benar-benar terasa sempit dan kehilangan udara di dalamnya. Ia tak percaya, rasa suka Indri bisa mempengaruhi perasaan Biyah.

Faiz tak mengerti, mengapa Biyah begitu perduli akan perasaan seorang Indri. Dan impiannya untuk membangun Rumah Tangga bersama Biyah akan sirna hanya karna rasa suka seorang Indri terhadapnya.

"Gua ga suka sama dia" ucap Faiz yang ikut menahan sesak di dadanya.

"Tapi dia suka sama lu!" Biyah mulai meneteskan air matanya. Rasa bingung itu benar-benar membuatnya menjadi orang yang jahat tanpa pilihan lain. Jika dia bertunangan dengan Faiz, dia akan melukai hati sahabatnya, Indri. Namun jika dia menolak pertunangan itu, ia akan melukai hati Faiz dan orang tuanya.

Faiz tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya satu hal yang terlukis di wajah Faiz, ia benar-benar membenci seorang Indri.

Faiz terus mendengar isak tangisan Biyah lewat telponnya. Sudah belasan tahun ia bersama Biyah, ini adalah pertama kalinya ia mendengar Biyah menangis sesedih ini. Hal itu membuat Faiz ingin ikut menangis. Faiz mencoba tetap berada pada karakternya dan tak ingin menitikan air matanya.

Menjaga wanita absurd dan manja adalah keputusan terburuk yang pernah Faiz pilih. Ia terlalu ketat menjaga dan membatasi gerak wanita manja itu. Tanpa sadar, ia tak memberi peluang untuknya merasakan kisah indah tentang cinta seorang kekasih.

Ia selalu membatasi waktu bermain wanita itu sedari mereka kecil, hingga mereka tumbuh bersama. Harusnya ia menemani wanita itu saat ia bermain, agar ia merasa memiliki teman dan sahabat.

Namun semuanya terlambat, Indri adalah sahabat pertama yang Biyah miliki. Indri yang mengajarkan Biyah arti sebuah pertemanan dan kesetiaan. Itulah alasan Biyah sangat menghargai posisi Indri di kehidupannya.

Bagaimana bisa, mereka harus memutuskan pertemanannya hanya karna seorang laki-laki dan jalan hidup Biyah dengan campur tangan orang tuanya.

Biyah tidak pernah mencintai seorang Faiz, Faiz hanya kuman yang hidup bersama dirinya. Ia sangat terganggu dengan keberadaan Faiz di sekitarnya. Biyah tak mengerti mengapa orang tuanya selalu menghadirkan sosok Faiz untuk semua kegiatannya, bahkan mereka tak pernah bertanya mau atau tidaknya seorang Faiz melakukan semua itu.

Walaupun Faiz bersedia melakukannya, tetapi tetap saja Biyah muak melihat Faiz di setiap matanya memandang.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login