Download App
Runaway : Grown Ups Runaway : Grown Ups original

Runaway : Grown Ups

Author: yuwiuee

© WebNovel

Chapter 1: BAB 1

Andalisa Emrick, contoh nyata dari anak yang selalu patuh pada orangtuanya. Gadis yang tidak pernah tahu caranya menolak apapun yang diberikan padanya. Dua puluh tiga tahun hidupnya ia gunakan untuk mengikuti semua kehendak orangtuanya⸺ sepasang suami istri yang sudah jelas beruntung sebab putri mereka tidak tahu caranya membantah. Orangtua Lisa⸺ sapaan akrab sang putri tunggal⸺ punya bisnis yang cukup besar dalam bidang fashion dan mode. Mereka telah menjual banyak sekali pakaian, sudah juga mendirikan banyak toko pakaian dan memperkerjakan model-model terkenal. Sang ayah yang mengelola aset bisnisnya, sang ibu yang mengelola barang dagangan dan Lisa⸺ sang putri⸺ yang akan mewarisi semuanya.

Sayangnya, yang amat disayangkan, sang ayah merasa kalau putrinya yang sudah dewasa itu sama sekali belum siap untuk masuk dan bekerja di perusahaan. Manajemen, bisnis, mode, fashion sampai selera pasar, sang ayah ingin putrinya mengusai semua itu. Tidak hanya menuntut Lisa untuk mampu, sang ayah pun memfasilitasi putrinya untuk belajar. Ia bersedia mengirim putrinya kemana pun untuk mengusai semua teori keilmuan tentang bisnis itu. Ia pun bersedia mengundang guru-guru hebat untuk putri kesayangannya itu. Sialnya, Andalisa membenci semua pengetahuan itu. Lisa tidak suka berkutat dalam angka dan pakaian. Ia tidak menikmati manajemen maupun bisnis fashion yang dibanggakan orangtuanya.

Melarikan diri.

Kabur dari rumah adalah satu-satunya solusi yang dapat Lisa pikirkan untuk melepaskan diri dari desakan orangtuanya. Pergi dari rumah adalah pemberontakan pertama yang Lisa lakukan sepanjang dua puluh tiga tahun usianya. Gadis yang tidak pernah membantah ucapan ayah dan ibunya itu pada akhirnya memutuskan untuk melarikan diri. Ia berkeliaran di jalan, menikmati sensasi pemberontakan yang dilakukannya. Gadis manis dengan iris hitam kecokelatan dan rambut panjang berponi itu telah sukses mengejutkan orangtuanya. Lisa suskes membuat kedua orangtuanya khawatir, terlebih karena gadis yang terbiasa hidup nyaman itu pergi tanpa membawa apapun selain pakaian yang ia kenakan.

Malam sudah datang sejak beberapa jam lalu. Jam di pergelangan tangannya pun hampir tiba di angka dua belas. Akan tetapi, Andalisa masih belum menemukan tujuannya. Ia tidak punya tujuan juga uang. Dengan rasa penasaran yang belum terpuaskan, ia duduk di sebuah bangku panjang di depan bangunan satu lantai dengan pintu kaca ber-film gelap. Bangunan itu terlihat sepi, seperti tidak ada orang yang menempatinya. Di dekat pintunya ada sebuah kotak warna merah dengan beberapa ornamen putih. Itu kotak dari restoran ayam cepat saji⸺ yakin Lisa, sebab ayam goreng berbalut tepung tebal kecokelatan itu termasuk makanan mewah baginya. Ibunya hampir tidak pernah membelikannya ayam goreng renyah itu. Terlalu berminyak, kalorinya terlalu tinggi, terlalu banyak MSG dan hampir tidak bergizi⸺ kurang lebih begitu pendapat ibunya, membuat Lisa harus menunggu hari ulangtahunnya untuk menikmati sepotong ayam gurih itu.

"Tidak Lisa!" tegas gadis itu pada dirinya sendiri. "Itu sampah, kau tidak boleh memakannya. Itu kotor. Tapi kau lapar... kau tidak akan mati walaupun memakannya, iya 'kan?" terus, ia berdebat dengan dirinya sendiri. Perdebatan batin itu berlangsung setidaknya sepuluh menit sampai akhirnya Lisa berjongkok di depan kotak ayam goreng itu dan menemukan seperempat dada ayam bertepung yang tidak lagi hangat. Masih cukup renyah, masih cukup gurih dan masih sangat enak walau Lisa tidak tahu siapa yang menyisakan ayam enak itu. Semoga saja pemilik sebelumnya tidak mengidap penyakit menular.

"Enak sekali..." puji Lisa atas berkah makanan sisa yang didapatkannya itu. "Ayam goreng memang yang terbaik! Haruskah aku mencari di pintu lain? Siapa tahu-" Lisa menutup rapat mulutnya. Kata-katanya terhenti sebab ia melihat seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu memakai celana panjang hitam, dipadukan dengan jaket hitam bertudung dan sandal slip on berwarna navy. Ia tengah memperhatikan Lisa, dan yang diperhatikan pun menyadarinya.

Lisa tidak mengenali pria itu. Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Namun saat pria itu membuka mulutnya untuk bertanya⸺ "sudah selesai makan?" tanyanya⸺ Andalisa langsung bangkit. Berdiri dengan tegak, berharap dengan begitu tubuhnya akan terlihat lebih besar, lebih berani dan bisa membuat pria itu takut. Dalam kepalanya, Lisa sudah memikirkan berbagai jurus bela diri yang mungkin harus ia keluarkan, kalau-kalau pria itu menyerangnya.

Dengan cepat Lisa menganggukan kepalanya. Masih dengan tubuh tegak dan dada yang sengaja dibusungkan ditambah dagu yang juga terangkat⸺ berpura-pura berani⸺ Lisa melangkah, menjauhi orang yang baru saja memergokinya. Namun pria itu justru meneriakinya. Memanggil Lisa yang baru saja keluar dari teras bangunan tanpa pagar itu. "Jaketmu," singkatnya, menunjuk sebuah jaket yang tergeletak di atas bangku taman berbahan besi yang tadi Lisa duduki.

Memalukan sekali⸺ keluh Lisa dalam hatinya.

Bergegas, Lisa mengambil jaketnya. Ia ingin melarikan diri lagi setelahnya, tapi si pria berjaket hitam tadi justru merebut jaketnya.

"Jangan pergi dulu," ucap si pria berjaket hitam itu sembari melangkah mendekati pintu. Dengan sebuah kunci dengan gantungan berbentuk gitar, ia membuka pintu kaca gelap di depannya. "Makanlah makanan yang bersih. Masuk lah," susulnya sembari menyalakan lampu bangunan itu.

Lisa ragu. Ia memang tidak pernah berpergian sendirian seperti ini. Hampir tidak pernah ia bicara dengan orang asing, namun ia tahu kalau tidak hanya orang baik yang tinggal di Bumi. Ia ragu untuk melangkah masuk, tapi iming-iming makanan yang ditawarkan pria itu juga cukup menggiurkan. Akhirnya Lisa membuat keputusan. Ia tidak akan masuk, tapi juga tidak akan pergi. Lisa memilih untuk duduk di bangku tadi, menunggu makanan yang akan diberikan pria itu, kalau ia memang benar-benar baik. Pria itu tidak memprotes, tidak juga memaksa Lisa untuk masuk. Namun beberapa menit kemudian, ia keluar dengan dua porsi mie gelas di tangannya. Ia ulurkan satu porsi mie gelasnya pada Lisa lalu mengambil tempat di sebelah wanita itu.

"Boleh aku makan ini?" tanya Lisa kemudian. Lagi, mie instan dalam gelas styrofoam itu adalah makanan mewah lainnya bagi Lisa.

"Tidak," jawab si pria yang kini membuka tudung jaketnya. Rambutnya hitam pekat dan Lisa dapat melihat tato yang juga hitam di bagian belakang lehernya. "Belum matang, tunggu sebentar lagi," susulnya membuat Lisa menganggukan kepalanya. Setelah beberapa menit menunggu, pria bertato itu melepas kertas penutup mienya. Ia mulai memakan miliknya dan Lisa pun mengikutinya. Tidak ada obrolan apapun selama mereka makan. Hanya angin berhembus yang mengisi kesunyian malam itu. Tidak ada basa-basi sok akrab di sana. Hanya ada suara mie yang diseruput, bergantian seolah ada dialog ping-pong di sana.

"Terimakasih untuk makanannya," ucap Lisa begitu makan malam mewahnya habis. Mie dan kuah gurih dalam gelas styrofoam itu lenyap hanya dalam beberapa menit.

"Lari dari rumah atau diusir? Pasti lari dari rumah," tanya pria itu. Ia letakan gelas styrofoamnya diantara mereka, kemudian bangkit dan berjalan masuk ke dalam banguannya. Mereka harus minum sekarang, dan seharusnya ia membawa minum juga tadi. "Sepertinya kau sudah jadi gelandangan selama tiga hari," tambah pria itu, kali ini sambil mengulurkan sebotol teh dalam kemasan pada Lisa.

"Bagaimana kau tahu?"

"Kau akan kelaparan setelah tiga hari hanya makan makanan sisa."

"Augh! Memalukan," gerutu Lisa, sembari memalingkan wajahnya.

Pria itu kemudian menanyakan usia Lisa. Membuat Lisa menyebut angka dua puluh tiga tanpa ragu sedikit pun. Sialnya, reaksi pria itu justru tidak terlihat menyenangkan. "Jangan bohong!" ucap tidak percaya pria itu. Ia tatap gadis di sebelahnya dengan begitu tajam, lantar berujar, "sekali lihat saja aku tahu kau bukan gadis dua puluh tiga tahun. Cepat katakan berapa umurmu?" desaknya.

"Menurutmu berapa usiaku?"

"Lima belas?" tebak pria itu dan Lisa menaikan alisnya karenanya. Sebenarnya pria itu sedang meledeknya atau bagaimana? Lisa tidak yakin. "Kenapa lari dari rumah?" tanya pria itu kemudian. Ia memutuskan untuk mempercayai reaksi Lisa. Gadis itu pasti tertawa karena ia ketahuan berbohong⸺ yakin si pemilik bangunan.

"Dalam buku-buku yang banyak membicarakan tentang pemberontakan, semua anak akan kesulitan menghadapi orangtua mereka. Orangtua tanpa sadar memberi tekanan yang begitu besar pada anak-anaknya. Jadi seharusnya mereka tidak terus diam dan menuruti semua ucapan orangtua mereka. Kalau kau terus diam dan menurut, suatu saat nanti semua tekanan yang kau tahan seumur hidupmu akan meledak. Kau akan memberontak sekaligus," ucap Lisa, dengan wajah seriusnya. Kata-katanya membuat pria berjaket hitam itu sedikit heran⸺ sebenarnya siapa yang sedang anak ini ceramahi?

"Ah... jadi begitu keadaanmu sekarang? Meledak sekaligus lalu melarikan diri?" balas pria itu untuk mendapatkan sebuah anggukan dari Lisa. Gadis itu mengangguk dengan sangat antusias.

"Sampai sekarang aku tidak pernah mengatakan 'tidak' yang ku katakan hanya 'bolehkah aku melakukannya?' Lalu orangtuaku akan bilang 'lakukan ini, lalu itu, bukan begitu, jangan lakukan itu' setelah itu aku akan mengataian 'ya, aku mengerti' dan akhirnya, pada suatu pagi aku meledak tanpa disengaja," Lisa bercerita.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya, menanggapi cerita Lisa. Gadis itu menggeleng dengan wajah sedihnya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia tidak tahu tempat yang harus ia tuju dan ia tidak punya seseorang yang bisa dimintai tolong.

Akhirnya, malam itu si pemilik bangunan mengizinkan Lisa untuk tinggal di tempatnya. Tempat yang ia maksud adalah bangunan dibelakang mereka. Sebuah bangunan dengan pintu kaca sebagai pintu utamanya, kemudian ada pintu dan teralis besi di bagian dalam sebagai pintu keduanya. Bangunan itu adalah tempat ia berbisnis⸺ Bisnis Gadai. "Pegadaian G&D" begitu yang tertulis di papan nama, di atas jendela bertralis tempat transaksi bisnis berlangsung. Nama yang sama juga ada di bagian depan bangunan satu lantai itu, namun Lisa tidak menyadarinya saat ia duduk di luar tadi.

Pemilik bisnis itu masuk melewati jeruji besi yag dijadikannya pintu kedua. Ia masuk semakin dalam kemudian kembali keluar dengan bantal dan selimut tebal. Pria itu juga membawa beberapa botol air mineral dan biskuit, kemudian meletakannya di sofa panjang yang biasanya berfungsi sebagai kursi tunggu untuk para pelanggan.

Ia tidak membiarkan Lisa masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia hanya membiarkan Lisa masuk sampai ke ruang depan⸺ ruang tunggu. Masih sembari memperhatikan pria itu bergerak mengunci kembali jeruji besinya, Lisa berucap, "George? Geovani? Gideon? Gosh?" ia menebak-nebak nama pria yang akan memberinya tempat tidur itu.

"Gill," ucap si pria, tanpa menunggu Lisa menanyakan siapa namanya. "Kau bisa tidur di sofa. Pakai saja bantal dan selimutnya, lalu itu air dan biskuit untukmu, kalau kau masih lapar. Pintu kayu itu toilet dan ini kunci pintu depan. Kunci saja dari dalam, aku akan ke sini lagi jam sembilan pagi. Pikirkan wajah orangtuamu seratus kali sebelum kau tidur," tegas Gill. Lisa mengiyakannya, dan ia pun bertanya⸺ apa Gill tidak penasaran dengan namanya? Bagaimana kalau ada sesuatu yang hilang? Bagaimana Gill bisa mempercayainya?

"Memangnya siapa namamu?" tanya Gill kemudian. Saat itu, tangan Gill pun bergerak, menunjuk CCTV yang ada di seluruh sudut pegadaiannya. Ia tidak mempercayai Lisa, namun ia mempercayai keamanan di tempat bisnisnya itu.

"Andalisa, Lisa."

"Oh... kalau begitu selamat tidur, jangan lupa mengunci pintunya," suruh pria itu, meninggalkan satu kuncinya pada Lisa kemudian pergi meninggalkan bangunannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login