Download App

Chapter 4: BAB 4

Malam ini, Gill mampir ke Tara's Cafe. Pria itu datang bersama temannya– Tara, si pemilik cafe. Entah apa saja yang baru saja mereka lakukan bersama, namun Gill datang dengan tawa renyahnya. Mereka berdua tengah menertawakan sesuatu saat melangkah masuk ke dalam cafe itu.

"Selamat datang di Tara's cafe- oh! Gill!" seru Lisa, yang bahkan sampai malam ini masih berdiri di balik meja kasir, melakukan pekerjaannya. Gadis itu tidak terlihat lelah bahkan setelah ia bekerja sejak pagi tadi.

"Kalian saling kenal?" tegur Tara, pria dengan tubuh kekar yang kelihatannya sering dibawa berolahraga. Bahkan dengan kemeja dan celana jeansnya, semua orang bisa memandangi dada tegap dan bidang milik Tara.

Tara punya tubuh yang terlihat jauh lebih kuat dibanding Gill. Namun tato di bagian belakang leher Gill membuat Gill terlihat lebih mengerikan jika dibanding dengan Tara yang tubuhnya selalu terbalut kemeja atau kaos berlengan panjang. Kalau berdiri di sebelah Tara, Gill jadi terlihat begitu kurus juga begitu kecil. Efeknya, orang-orang akan berfikir kalau Gill adalah sosok lemah yang layak dilindungi.

Belum sempat seseorang menjawab pertanyaan Tara, ada tamu lain yang datang. Si gadis ice americano tadi pagi. Tanpa basa-basi gadis itu langsung merangkul Tara, memukul kepalanya kemudian mengeluh karena Tara sudah membohongi Gill. Lebih tepatnya karena Tara membuat Gill hampir salah paham padanya. "Karenamu dia berfikir aku akan membawa kabur uangnya," keluh Yui yang tidak lagi memakai blazer-nya. Malam ini, ia hanya memakai kemeja juga roknya.

"Tolong bawakan kami dua ice americano dan satu strawberry milkshake dengan ekstra whip cream," pinta Tara pada Lisa, karyawan barunya. Gill hanya tersenyum untuk menyapa Lisa, lalu setelahnya, ia mengikuti dua temannya yang sudah lebih dulu melangkah menuju sofa di ujung ruangan.

Tiga tamu itu duduk di sofa, di dekat jendela. Sembari menatap hujan di luar ketiganya tertawa dan lagi-lagi membuat Lisa iri. Gadis itu juga ingin berkumpul bersama teman-temannya sepulang kerja. Namun sebelum hari ini ia tidak punya pekerjaan dan teman yang cukup santai untuk diajak minum kopi tanpa ada bisnis di dalamnya.

"Hari ini ada karyawan baru di kantorku," ucap Yui membuka pembicaraan serius diantara mereka. "Namanya Tony, Tony bla bla Adam, namanya panjang sekali... dan belum apa-apa dia sudah jadi editor senior."

"Setingkat denganmu yang sudah bekerja empat tahun?" tanya Gill. "Apa dia punya keluarga di perusahaan?"

"Empat tahun karyawan tetap dan dua tahun karyawan kontrak, sudah enam tahun aku bekerja di sana dan baru jadi editor senior. Tapi Tony ini baru saja lulus kuliah dan sudah jadi editor senior. Menyebalkan sekali," gerutu gadis itu yang kemudian berterimakasih pada Lisa yang datang mengantarkan pesanan mereka. "Terimakasih anak kucing," susulnya.

"Ya? Anak kucing?" tanya Lisa, terdengar bingung. Gadis itu menatap Yui, sama seperti yang Gill dan Tara lakukan. Tatapan Gill terlihat begitu kesal saat mendengar Yui memanggil Lisa dengan sebutan anak kucing seperti sebutannya pagi tadi. Ternyata Yui benar-benar melihat wajah Lisa pagi tadi– yakin Gill.

"Ah... Maksudku kau manis seperti anak kucing, aku hanya bercanda... Maaf- uhm... Siapa namamu?" susul gadis itu kemudian, mencoba meluruskan kesalahpahaman tanpa menyinggung Gill sama sekali.

"Lisa, Andalisa, tapi panggil saja Lisa."

"Oh... Kalau begitu, terimakasih banyak Lisa," ucap Yui sembari menukar gelas yang Lisa berikan padanya. Ice americano yang baru saja Lisa sajikan untuknya, juga untuk Tara, sementara Gill memilih untuk meminum strawberry milkshake.

"Ku pikir strawberry milkshake-nya untuk nona americano-" gumam Lisa, membuat gadis yang ia singgung terkekeh kemudian memperkenalkan dirinya pada Lisa. Dari obrolan singkat itu, Lisa tahu kalau Gill si paman kaki panjangnya ternyata tidak minum kopi. Kalau Tara bilang, Gill akan berdebar-debar seperti pria jatuh cinta kalau minum kopi.

Setelah Lisa pergi, mereka membicarakan lagi masalah Tony tadi. Yui kesal, sebab pria dua puluh empat yang baru saja lulus kuliah itu sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Selain pamannya yang punya saham di perusahaan penerbitan itu, Tony tidak punya kemampuan apapun.

"Tadi kepala editor memintaku mengajarinya. Aku memberinya sebuah naskah novel dan menyuruhnya mengoreksi naskah itu. Lalu kalian tahu apa yang dia lakukan? Dia menghapus salah ketik di naskah itu dengan correction pen lalu merevisinya. Dia tidak peduli dengan alurnya, saat ku tanya apa konflik dalam cerita itu, dia tidak tahu apapun. Dia bilang, dia lelah membacanya jadi dia hanya memperbaiki beberapa salah ketik yang terlihat. Rasanya aku ingin mengutuknya," keluh Yui menuai tawa dua pria di depannya.

"Lalu yang paling parahnya lagi, dia punya tiga anggota tim– dia punya tiga editor junior, sementara aku hanya punya dua– tapi setiap kali editor juniornya punya pertanyaan, dia menyuruh mereka bertanya padaku. Dia membuatku bekerja untuk dua tim sekaligus di hari pertamanya bekerja. Ingin sekali aku memukul kepalanya tapi aku tidak berani."

"Kenapa? Kau berani memukul Tara."

"Kalau aku di pecat, darimana kita berdua dapat uang? Kau mau mengirim tulisanmu ke perbitan lain? Kalau kau bisa membayarku, aku mau mengundurkan diri dan jadi managermu saja."

"Mungkin nanti, tunggu aku sukses dulu, okay? Setidaknya sampai bisnisku bisa membuka cabang baru."

"Wah... sepertinya itu masih lama sekali," gumam Yui yang kemudian melihat layar handphonenya. Ada sebuah panggilan masuk dan itu dari Tony si editor baru. Si gadis berambut sebahu itu langsung mendesah kesal begitu ia melihat nama Tony Adam di layar handphonenya.

Di saat yang sama, Lisa menghampiri meja Gill dan teman-temannya. Shift kerja gadis itu baru saja berakhir– ia bekerja di shift pertama dan shift kedua hari ini, sebab seorang pelayan yang seharusnya datang di shift kedua tiba-tiba saja terlibat kecelakaan dan tidak bisa datang. Awalnya Lisa ragu untuk menghampiri Gill, namun ia merasa tidak punya pilihan lain. Ia ingin segera pulang dan berbaring di ranjang, namun ia tahu ia tidak akan bisa masuk kalau Gill tidak di sana. Hari ini Gill tidak memberinya kunci.

"Uhm... Gill, boleh aku meminta nomor teleponmu?" tanya Lisa begitu ia berdiri di sebelah sofa tempat Gill duduk. Yui yang hendak menerima telepon menahan tawanya, sedang Tara memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung di wajahnya. Tara belum tahu kalau Lisa tinggal di rumah Gill.

"Kau sudah selesai bekerja?" tanya Gill kemudian. Gill terima handphone Lisa, menulis nomor teleponnya di sana kemudian menelepon handphonenya sendiri. "Itu nomor teleponku yang selalu aktif," ucap Gill, berjaga-jaga supaya Lisa hanya menghubunginya di nomor telepon itu– bukan di nomor telepon yang ada di papan nama kantor pegadaiannya.

"itu nomor telepon baruku, kau orang pertama yang- ah bukan... Manager cafe orang pertama yang menyimpan nomor teleponku, hehe," canda gadis itu, sebelum kemudian ia memberi salam dan berpamitan pada bosnya juga teman-teman bosnya.

Setelah itu, tepat setelah Lisa meninggalkan cafe, Gill mendapatkan sebuah pesan di handphonenya. Tentu saja pesan dari Lisa. "Gill, bisakah kau pulang sebentar? Aku ingin masuk tapi tidak punya kunci," tulis Lisa dalam pesannya. Pesan yang tanpa sadar membuat Gill terkekeh.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login