Download App

Chapter 11: Guardian Witch

"Bukannya kau ...." Aku terdiam sebentar. Butuh waktu untuk mencerna semua kejadian ini.

"Lincoln Steward?" tanyaku sedikit ragu.

"Hah! Untunglah kau tau, jadi aku tak perlu mengenalkan diriku lagi padamu," ujarnya. Ia berbalik dan melangkah tertatih ingin pergi, melihatnya aku segera menyusul.

"Tentu saja! Kita kan sekelas," jawabku. Ia menoleh padaku, seakan tak percaya apa yang kukatakan.

"Oh! Kukira kau tak mengenalku," sindirnya. Aku hanya meringis. Ternyata ia mendengar perkataanku waktu itu.

Jika kalian ingat dengan pria culun kutu buku yang tempo hari dipergoki Clairy tengah memerhatikanku, dialah orangnya. Lincoln Steward.

Tapi kini ia tampak berbeda. Ia tidak mengenakan kacamata seperti saat pergi ke sekolah, rambutnya juga terlihat berantakan, mengingat ia murid teladan yang menjadi favorit para guru dengan selalu berpenampilan rapi, dan juga ia tidak secanggung yang kupikirkan-- waktu itu aku sangat mengingatnya kala ia begitu salah tingkah ketika kepergok tengah memerhatikanku.

"Yaa, aku minta maaf. Kau tau kan teman-temanku akan menganggapku aneh jika aku sampai mengaku mengenalimu." Aku menjawab jujur. Ia mengangguk sekilas. Kami masih berjalan dan aku masih tidak tau kemana tujuan kami.

"Aku tau! Lagipula yang kau bilang teman itu sebenarnya mereka hanya memanfaatkanmu."

Mendengar perkataannya aku hanya diam. Aku sudah tau itu dari awal. Well, apa bedanya denganku yang memanfaatkan mereka untuk membuatku terlihat seperti remaja normal di mata Ibu? Jadi ya, menurutku kami impas. Entah mereka memanfaatkanku untuk apa, bagiku itu cukup sepadan.

Tiba-tiba aku teringat lagi pertanyaan itu.

"Mengapa kau di sini? Dan bagaimana bisa? Kau juga penyihir? Sebenarnya siapa kau?" Aku tak dapat menahan diri untuk tidak bertanya semua itu karena jujur saja, siapa yang tidak terkejut mendapati teman sekelasmu yang tiba-tiba berubah menjadi harimau hitam di dunia antah berantah, pula.

Ia menghela napas sebelum menjawab. "Aku di sini karena kau ada di sini dan ya, aku penyihir lebih tepatnya aku 'Guardian Witch' yang ditugaskan untuk menjagamu." Penjelasannya seketika membuatku ternganga.

"Ditugaskan oleh siapa? Dan menjagaku dari apa?" tanyaku yang masih penasaran.

"Ditugaskan oleh Ratu Penyihir Putih dan menjagamu dari Sekte Kegelapan."

Aku berhenti melangkah untuk mencerna semuanya. Jujur saja semua ini sangat membingungkan bagiku. Kepalaku dipenuhi berbagai pertanyaan 'bagaimana bisa'.

"Hey!" Panggil Lincoln yang sudah beberapa langkah di depanku.

"Akan kujelaskan semuanya, nanti. Sekarang kita harus bergegas," ujarnya. Aku segera menghampirinya dan kami mulai berjalan lagi.

"Sebenarnya kita mau kemana?" tanyaku. Ia meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.

"Kau akan tau nanti," jawabnya yang membuatku mendengus kesal. Sama saja ia seperti kenangan Virginia. Apakah semua penyihir menyebalkan seperti mereka? Apa susahnya menjawab pertanyaanku.

Semakin lama, aku merasa Lincoln berjalan semakin lambat dan aku yang masih kesal mempercepat langkahku untuk mendahuluinya.

"Arrgghh!!!"

Mendengar erangan seseorang aku segera menoleh dan sangat terkejut ketika melihat Lincoln yang sudah meringkuk sambil memeluk lututnya, mengerang kesakitan.

"Lincoln!" seruku khawatir dan langsung menghampirinya. Aku membantunya untuk berdiri lagi, perlahan aku membopongnya dan mendudukkannya di bawah salah satu pohon rindang. Ia terus saja mengerang kesakitan dan itu membuatku meringis tidak tega.

"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanyaku lirih. Ia terlihat sangat kesakitan.

"Carikan aku obat," pintanya.

"Apa? Di mana?" tanyaku tak mengerti. Yang benar saja, di sini kan tidak ada apotek. Aku harus mencari obat di mana?

"Arrgghh!! Cari saja daun semanggi empat," ujarnya sambil berusaha menahan sakit. Aku masih bergeming di tempatku.

"Cepatlah! Sebelum aku mati."

"I-iya," ujarku yang langsung bergegas memenuhi permintaannya.

Aku berjalan menyusuri hutan sambil terus menggerutu. Aneh-aneh saja permintaannya. Bagaimana mungkin ada tanaman semanggi di tengah hutan belantara seperti ini. Berdaun empat pula! Aku tau betapa langkanya itu.

Tapi aku juga tidak mau ia mati. Bukan karena apa-apa, hanya saja beribu pertanyaan masih memenuhi kepalaku dan aku tidak ingin berhutang budi padanya. Yah, biar bagaimanapun dia yang menyelamatkanku dari anjing berkepala tiga itu.

Aku terus mencari, kusibak semak-semak yang menghalangiku. Menghela napas, lagi-lagi tidak kutemukan tanaman itu. Aku ingin berjalan lagi, namun tak sengaja aku melihat hewan bertubuh kecil, mirip dengan seekor tupai gemuk yang sedang terpojok oleh Tasmanian Devil raksasa. Tampaknya tasmania itu ingin menjadikan seekor tupai gemuk tersebut sebagai makan siangnya.

Melihatnya, aku langsung saja melempari tasmania itu dengan batu dan segera bersembunyi di balik pohon. Tasmania itu tampak kebingungan, lemparan pertama ia mengabaikannya. Lemparan ke dua dan ke tiga ia langsung mengeram marah dan berlari pergi. Untunglah tasmania itu tak melihatku. Aku menatap tupai gemuk itu yang ternyata juga tampak menatapku. Aku tersenyum, syukurlah ia tidak apa-apa. Dan aku kembali melanjutkan langkah.

Tak kusangka ternyata tupai itu mengikutiku dan yang lebih mengejutkannya lagi ia membawakanku tanaman yang sedari tadi kucari! Ya, kalian benar, tanaman semanggi berdaun empat. Aku sangat terkejut sekaligus bahagia dan sedikit bingung pastinya.

Aku berjongkok untuk bisa meraih tanaman itu. "Darimana kau tau aku sedang mencarinya?" tanyaku heran bercampur gemas melihat tupai gemuk ini. Segera kuambil daun semanggi itu dari mulutnya dan segera bergegas untuk menemui Lincoln.

"Kau mendapatkannya?" Itu yang pertama kali dilontarkan Lincoln kala aku kembali.

Aku melotot melihatnya yang ternyata sedang duduk santai di atas dahan pohon. Ia malah terkekeh melihatku bahkan tidak terlihat kesakitan sedikitpun.

"Bukankah kau hampir mati?" tanyaku yang masih tidak mengerti situasi ini.

Ia melompat dari dahan pohon, mengambil semanggi berdaun empat dari tanganku dan berdiri tepat di hadapanku.

"Tidak juga, aku kan penyihir jadi tidak gampang mati. Lagipula aku bisa menyembuhkan diriku sendiri," ujarnya masih dengan kekehan geli menatapku.

Aku yang merasa dibohongi itu langsung memukul lengannya tanpa ampun. Euh, sebenarnya aku juga merasa bodoh, bukankah teknik penyembuhan diajarkan di sekolah sihir? Jadi secara otomatis semua penyihir bisa melakukannya. Aku semakin keras memukulinya, tak peduli ia mengaduh kesakitan berkali-kali.

"Tapi aku juga membutuhkan daun semanggi empat itu untuk memulihkan kekuatanku," dalihnya.

Setelah aku puas memukulinya, aku duduk di bawah pohon untuk mengistirahatkan diri. Kutatap langit yang sudah mulai senja. Sebentar lagi malam akan tiba.

"Kau hebat! Tidak hanya membawa daun semanggi empat, kau juga membawa wombat untuk makan malam kita. Ahh, aku jadi tidak harus berburu," ujarnya yang kini tengah mengangkat tupai gemukku, sambil mengamatinya. Apakah dagingnya enak untuk disantap? Mungkin begitulah yang ada dipikirannya. Tupai gemuk yang ada di genggamannya itu memberontak ketakutan.

"Lincoln! Turunkan tupai gemuk itu! Dia temanku, bukan makanan!" seruku kepadanya. Namun Lincoln tak mengindahkan seruanku hingga akhirnya tupai gemuk itu menggigit tangannya dan berhasil lepas. Ia langsung berlari kearahku seakan mencari perlindungan. Sedangkan Lincoln, ia tampak kesakitan dan aku tidak peduli.

Enak saja ia ingin memakannya, aku sudah bersusah payah untuk menyelamatkan tupai gemuk ini dari tasmania, terlebih ia juga sudah membantuku untuk menemukan daun semanggi empat. Tidak akan kubiarkan siapapun melukainya atau bahkan memakannya.

Lincoln dan aku menatap tajam satu sama lain demi memperebutkan tupai gemuk itu. Pada akhirnya, ia menyerah, berubah menjadi harimau hitam dan langsung pergi berburu mencari mangsa.

***

Aku menatap daging kelinci yang sedang dibakar oleh Lincoln, hasil buruannya. Pikiranku melayang memikirkan banyak hal. Terutama tentang pernyataan Ibu bahwa aku telah membunuh Miss. Ptunia, kenangan Virginia yang tiba-tiba muncul dan ramalan takdirku dari The Secede.

Malam kini terasa sangat berbeda. Tentu saja berbeda! Mengingat aku di dunia antah-berantah ini, bermalam di hutan bersama dengan pria culun yang sekelas denganku, itu semua sudah sangat jelas berbeda dengan kehidupan normal yang selama ini kuimpikan.

"Hey, kau yakin tidak makan?" tanya Lincoln. Aku menggeleng tegas. Aku sudah bertekad pada diriku untuk tidak membunuh makhluk di sini dan memakan daging. Biarlah aku tak makan malam ini. Lagipula aku sangat tidak berselera.

Aku berbaring, memposisikan diriku senyaman mungkin sebelum akhirnya menatap jutaan bintang yang bertebaran di langit malam. Begitu indah. Namun sayangnya, aku tidak begitu menikmatinya sebab kekhawatiran yang tiba-tiba melanda.

Perasaan bersalah itu semakin terasa. Miss. Ptunia adalah pengasuh yang bertahan paling lama dari pengasuhku yang lain. Ia begitu sabar menghadapiku. Ia juga selalu mendengarkan ceritaku tentang mimpi-mimpi aneh itu. Seingatku ia berhenti karena sakit parah. Namun ternyata itu hanyalah kebohongan. Miss. Ptunia mati di tanganku. Di tangan anak asuhnya sendiri.

"Kau tak perlu merasa bersalah, wanita itu memang sudah sepantasnya mati," ujar Lincoln yang ternyata sudah berbaring juga di sebelahku. Aku menoleh menatapnya heran. Bagaimana ia bisa tau apa yang kupikirkan? Bahkan ia tau Miss. Ptunia?

"Kau bisa membaca pikiranku? Kau mengenalnya?" tanyaku. Namun Lincoln hanya diam menatap langit malam.


CREATORS' THOUGHTS
LailArahma LailArahma

fun fact : di Irlandia, daun semanggi empat selain dipercaya dapat membawa keberuntungan, ternyata juga membawa keabadian. Menurut kepercayaan Celtic (budaya penduduk Irlandia yang masih menyembah dewa-dewi), daun semanggi dianggap sebagai simbol suci yang melambangkan keabadian.

Bagaimana? Rasa penasaran kalian sudah terbalaskan bukan?

Ahh, aku jadi berpikir untuk menambahkan sedikit romance di sini, ada yang setuju?

sekedar info bagi yang belum tau, Tasmanian Devil adalah mamalia berkantung (seperti kanguru), karnivora, berwarna hitam, memiliki gigi taring yang menonjol, kepala yang besar, dan kaki yang pendek dgn ukuran panjang mencapai 78 cm dan berat hingga 12 kg.

Semoga infonya membuat kalian dapat membayangkan tasmanian devil ini yaa

Like it ? Add to library!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login