Download App

Chapter 2: Pusat Perbudakan

laki-laki yang membawa mereka mendirikan sebuah tenda untuk mereka tempati. Sedangkan Alice dan yang lainnya dibiarkan di dalam kerangkeng dengan angin dingin yang berhembus kencang. Semua orang kedinginan, begitu juga dengan Alice. Pundak Alice bergetar saat angin dingin menyapu kulit putihnya. Ia bergerak kesamping untuk berlindung dari angin dengan bantuan tubuh seorang pria yang sedang duduk di depan Alice.

Tiba-tiba Alice merasakan tangan kanannya di pegang dan ada aliran mana yang membuat seluruh tubuh Alice menjadi hangat. Tangan yang memegangnya itu adalah milik si pria tampan. Ia menatap heran pada pria tampan itu, si pria tampan hanya mengarahkan pandangannya ke depan dengan wajah datar.

Alice pun tidak mengambil pusing. Yang terpenting sekarang tubuhnya tidak kedinginan lagi. Seiring berjalannya waktu, Alice tertidur dengan nyaman. Mendadak suara tangisan terddengar dari seberang dan mengganggu tidur nyenyaknya. Suara tangisan itu berasal dari sang anak kecil yang sebelumnya bersama sang ibu.

"Ibuuu harinya dingin, aku mau selimuut waaaah."

"Sttt nak, sini mendekat ke ibu saja."

Wajah sang ibu sudah berkeringat dingin dan cemas. Ibu itu khawatir jika tangisan sang anak akan membangunkan penjaga yang sedang tidur di dalam tenda. Dan benar saja, pria berotot keluar dengan wajah ditekuk. Pria itu berjalan ke arah anak dan juga ibu tersebut.

Prang!

Suara tendangan pada kerangkeng terdengar begitu nyaring. "Apa kau bisa diam!"

Sang anak kecil yang ada di pelukan ibunya menangis semakin keras. Sedangkan sang ibu menangkan anaknya sembari meminta maaf pada pria berotot.

"Maaf maaf aku akan membuatnya diam."

"Waah ibuuu!!!"

Melihat sang anak kecil semakin kencang menangis membuat pria berotot itu marah. Pria berotot itu pun berjalan menuju pintu kerangkeng dan membukanya untuk meraih sang anak kecil. Ibu dari anak itu menyert tubuh serta anak dalam pelukannya mundur menjauhui pria berotot.

Alice yang melihat kejadian di depan matanya tidak bisa berdiam diri. Ia mencoba memaksakan mana di dalam tubuhnya untuk mengalir dan mengeluar sihir tidur pada si pria berotot. Pria berotot itu pun terjatuh dengan tengkurap.

Sihir tidur termasuk sihir tang gampang bagi dirinya yang dulu. Namun untuk tubuh ia yang sekarang masih tidak bisa menahannya. Hal itu mengakibatkan Alice muntah darah.

"Uhuk."

Cairan merah darah memenuhi tangan Alice. Ia mencoba untuk membersihkannya. Akan tetapi pria tampan di sebelahnya tiba-tiba mengambil tangan Alice yang penuh darah dan mengelapnya dengan sapu tangan.

"Kau siapa?" tanya pria itu dengan suara yang kecil agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Aku pun tidak tahu siapa."

"Hm? Kau lupa ingatan?"

"Sudah kubilang aku tidak tahu."

Si pria tampan diam dan tidak bertanya lagi pada Alice.

Malam telah berlalu dan pria berotot yang telah disihir oleh Alice bangun dengan wajah kebingungan. Mereka semua pun berkemas dan melanjutkan perjalanan.

Pada saat tengah hari, akhirnya mereka semua sampai di suatu tempat yang begitu terpencil. Alice dapat melihat banyak orang yang sepertinya dibawa ke dalam kawasan ini dan diborgol, bahkan ada beberapa disiksa dengan pukulan dan cambuk.

"Kita di pusat perbudaka," gumam Alice.

Pria berotot tadi keluar dari kereta dan menyeret Alice serta orang lainnya keluar menuju seorang pria berkumis yang memegang catatan dan kertas.

"Apa sudah semua kau bawa?" tanya pria berkumis pada pria berotot.

"Sudah. Hari ini hanya sekedar lima belas orang saja."

"Bagus bawa mereka ke dalam gedung. Pelelangan akan segera dimulai."

Mereka kembali diseret dan dimasukkan kesebuah penjara dengan kain menutupi setiap sisinya. Dari dalam Alice dapat mendengar suara pembawa acara sudah memulai untuk melelang para budak. Pelelangan di dunia ini ada yang memiliki ijin dan ada yang tidak. Dan pelelangan budak termasuk hal yang tidak memiliki ijin dan ilegal.

Alice harus memikirkan cara untuk kabur dari tempat ini. Dirinya tidak ingin terjebak dan menjadi budak dari bangsawan yang kurang ajar itu. Saat bergelut dengan pikirannya. Ia mendengar suara ledakan yang nyaring dan teriakan dari para audiens.

"Kyaa ada kesatria istana!"

Para kesatria istana merupakan tentara elit yang dimiliki oleh kerajaan. Mereka jarang ditugaskan dengan misi yang biasa-biasa saja. Seringkali jika para kesatria istana ini sudah bertindak, itu berarti kasus yang mereka hadapi adalah kasus yang begitu serius.

"Cepat bawa kabur semua budak ini!"

Pria berkumis tadi memberi perintah pada pria berotot. Pria berotot itu membuka kerangkeng, tapi sebelum dia sempat membawa pergi, pria tampan yang menolong Alice berdiri dan menyerangnya.

Sudah kuduga. Pria ini bukan orang biasa.

Dari arah kanan berlari seorang pria dengan pakaian kesatria mendatangi pria tampan itu.

"Kapten!"

"Mana pedangku?"

"Ini kapten." Kesatria itu memberikan sebuah pedang pada pria tampan dan mulai bertarung melawan para penjaga yang ada.

"Awas paman!" Anak kecil yang sedari tadi menangis akibat tetkejut dengan suana yang tiba-tiba berubah berteriak. Ternyata ada segerimbolan yang mencoba untuk menyerang pria tampan itu.

Alice yang merasa masih memiliki hutang budi berdiri dan melompat dengan cepat mengambil pedang dari mayat dilantai dan menangkis serangan. Wajah pria tampan itu masih datar, tapi jika dilihat lebih dekat lagi ada kilatan terkejut dari kedua matanya.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kau masih sakit," ujar pria tampan itu pada Alice.

"Aku akan berusaha menjaga tubuhku."

Alice kembali bertatung dengan pedangnya. Sebelumnya Alice adalah seroang penyihir agung yang begitu hebat. Walaupun dirinya seorang penyihir, ia tetap mempelajari cara bertarung dengan pedang dan juga panah untuk berjaga-jaga. Tidak disangka ilmu itu memang terpakai untuk sekarang.

Ketika semua sudah mulai tenang sekelompok kesatria yang berpakaian putih mendatangi pria tampan itu dan memeberi hormat.

"Kapten, pemimpin dari perbudakan sudah kami tangkap."

"Bagus. Ikat dia dan bawa ke istana untuk dipenjara."

"Siap laksanakan kapten."

Alice ganya mendengarkan sekilas percakapan mereka. Ia tidak tertarik untuk mengetahui apa yang sedang pria tampan itu lakukan. Untuk sekarang Alice harus mencari tahu siapa gadis yang sekarang ia masuki. Alice tidak bisa mengingat satupun memori dari tubuh ini.

"Ugh.." Alice merasakan tangannya mati rasa dan sakit di dadanya semakin parah.

Pria tampan yang sebelumnya sedang berbincang-bicang dengan kelompoknya mendatangi Alice dan berkata. "Setelah ini kau mau kemana?"

Alice hanya memandanginya sembari berpikir keputusan apa lagi yang mau ia ambil.

"Ikutlah denganku. Aku akan mengobatimu."

"Hmm aku heran kenapa kau sangat baik sekali denganku," ucap Alice dengan curiga.

Tapi sang pria tampan tidak menjawab sama sekali dan masih mempertahankan wajah datarnya.

"Tapi tidak buruk juga. Aku akan ikut dengamu." Setelah mengucapkan hal itu Alice tidak dapat lagi menahan sakit. Penglihatannya pun menghitam dan Alice terjatuh pingsan.

IG : Krt_tika


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login