Download App

Chapter 13: 13 - Pembebasan Para Sandera

"Tunggu dulu. Sebelum bernegosiasi, aku akan membereskan gadis kecil ini dulu," kata preman itu pakda Farina. Mendengar apa yang dikatakan si preman, kali ini Farina benar-benar ingin meledak, dan dia bergegas menuju ke arah si preman.

Langkah Farina juga mengejutkan Erza. Erza tidak menyangka gadis ini begitu pemarah. Ada lebih dari 30 orang di hadapannya. Saat ini, gadis itu benar-benar berani mendekati mereka.

Dalam sekejap, Farina tiba di depan para preman itu. Tidak ada yang menyangka bahwa seorang gadis seperti Farina bisa begitu berani. Tapi, para preman itu tidak berpikir demikian. Ketika Farina tiba di depannya, dia dengan cepat mencengkeram kerah pemimpin mereka, dan kemudian tiba-tiba ditarik ke bawah. Pemimpin preman itu merasakan tubuhnya jatuh ke depan, dan Farina dengan cepat menggunakan lututnya untuk menendang perut pria itu.

"Ah." Dengan teriakan dari mulutnya, pemimpin preman itu terbaring kesakitan di tanah. Rangkaian aksi serangan Farina benar-benar membuat semua yang hadir di sana melihat dengan mulut yang terbuka, bahkan mereka merasa sedikit ketakutan. Pemimpin preman itu benar-benar dikalahkan oleh Farina. Erza merasa Farina sedikit kejam. Dengan teriakan terus-menerus dari pemimpin preman itu, kekuatan Farina semakin besar.

"Apakah kamu masih ingin bermain-main denganku?" Farina bertanya sambil tersenyum pada pemimpin preman yang berlumuran darah itu.

"Aku tidak mau, aku tidak mau. Sial, lepaskan aku sekarang!" jawab si preman dengan lemah. Dia hampir menangis, dan sangat menyesali perkataannya pada Farina tadi. Mendengar perkataan pemimpinnya, sekelompok preman di belakangnya juga bereaksi dengan cepat, dan beberapa dari mereka bergegas menghampiri Farina dengan membawa pisau.

Ketika melihat adegan ini, Farina sedikit linglung. Meskipun dia mengatakan bahwa dia mampu dan bahwa dia adalah seorang polisi kriminal, dia telah melawan banyak penjahat dengan senjata, tetapi tidak sebanyak itu. Namun, Farina tahu bahwa saat ini, tidak peduli apa pun, dia adalah seorang polisi. Dia tidak akan pernah bisa mundur. Dia pun bergegas menghampiri orang-orang ini.

Pada saat ini, Erza juga sedikit terkejut, "Hati-hati!" Setelah Farina mendengar teriakan Erza, dia langsung melihat ke belakang. Dia melihat pisau yang ditodongkan oleh para preman di belakangnya. Melihat pisau itu akan memotong kepalanya, Farina tahu bahwa dia tidak bisa lagi melarikan diri.

"Apakah kalian akan membiarkanku mati di sini?" tanya Farina pada para preman. Tapi, adegan selanjutnya bisa dibilang tak terlupakan bagi Farina. Bahkan ketika dia melihat adegan ini, orang-orang itu berhenti dan melihat pemandangan luar biasa di hadapan mereka. Mereka melihat orang yang akan menusuk Farina tiba-tiba terlempar, setidaknya beberapa meter jauhnya seperti bola, dan kemudian jatuh dengan keras ke tanah.

Setelah jatuh ke tanah, pria itu menyemburkan seteguk darah dan pingsan. Entah dia masih hidup atau sudah mati. Erza kini sudah berdiri di sisi Farina. Saat melihat Erza, Farina juga kaget. Keterampilan orang ini jelas tidak main-main. Saat Erza menendang barusan, Farina bisa merasakan kekuatan tendangan itu, dan bahkan dia dengan jelas mendengar suara tulang yang patah.

"Hei, bukankah kamu baru saja mengatakan ini terakhir kali?" Pada saat ini, Erza mendatangi pemimpin preman itu lagi dan berkata sambil tersenyum. Setelah pemimpin preman itu melihat senyuman Erza, wajahnya benar-benar menjadi suram.

"Sial, biar kuberitahu. Kalian semua tidak akan bisa pergi dari sini," kata si pemimpin preman.

"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kamu tidak menepati janjimu." Erza menggelengkan kepalanya. Dalam sekejap, Erza menginjak lengan pria itu. Hal ini hampir bisa membuat semua orang merinding karena mendengar suara tulang patah saat ini. Pria itu juga berteriak seperti babi.

"Aku akan membalasmu!" gertak pemimpin preman. Erza menginjak lengan yang satunya lagi. Lalu, tulang rusuknya juga patah.

Semua orang menarik napas dalam-dalam. Erza terlalu kejam, dan orang-orang ini semua tercengang oleh perbuatan Erza pada pemimpin preman itu.

"Jika kamu memukulnya lagi, dia akan mati," kata Farina. Saat melihat kondisi pria yang terbaring di tanah itu, Farina pun datang untuk menghentikan Erza karena dia adalah seorang polisi. Meskipun dia ingin sekali membunuh para preman itu, dia tidak bisa melakukannya.

"Orang-orang seperti itu tidak bisa dimaafkan!" bentak Erza. Dia meludah.

"Kalau begitu, polisi akan membereskannya," kata Farina. Erza berbalik dan menatap tiga puluh orang yang tersisa dengan niat membunuh di matanya. Orang-orang itu mundur beberapa langkah, dan ada rasa dingin di sekujur tubuh mereka. Perasaan mereka saat ini benar-benar ketakutan karena mata Erza terlihat seperti iblis.

"Keluarlah jika kalian tidak ingin mati!" bentak Erza. Dia mengatakan setiap kata dengan jelas. Auranya kini benar-benar seperti seorang jagoan yang tidak terkalahkan. Dalam benak Farina, dia bertanya-tanya tentang siapa Erza sebenarnya. Menurut pengalamannya sebagai seorang polisi kriminal, aura semacam ini jelas bukan sesuatu yang bisa dimiliki orang biasa. Di dalam tubuh Erza, Farina merasakan ada aura pembunuh yang sangat kuat.

Ketika para preman itu merasakan aura Erza, mereka segera berbalik dan pergi. Meskipun ada banyak orang di sini, tidak ada yang mau melawan Erza lagi hanya karena auranya dan perbuatannya pada pemimpin mereka.

Ketika orang-orang ini pergi, Erza juga diam-diam menghela napas lega. Luka-luka di tubuh Erza pasti akan kambuh jika dia harus melawan orang sebanyak itu.

"Siapa kamu sebenarnya?" Pada saat ini, Farina juga melihat Erza dengan ekspresi waspada di wajahnya. "Aku seorang pria biasa. Bukankah kamu sudah mengenalku?" jawab Erza.

"Kamu…" kata Farina dengan mata menerawang. Erza menanggapi, "Kamu masih tidak ingin mempercayainya? Apakah kamu ingin memeriksanya?"

"Tidak perlu, bajingan!" Farina tidak mengharapkan Erza menjadi begitu tidak tahu malu.

"Maksudku, aku akan tunjukkan kartu identitasku. Apa yang kamu pikirkan? Mengapa gadis-gadis sekarang selalu berpikiran kotor?" ucap Erza berusaha menjelaskan. Setelah berbicara, Erza juga mengeluarkan kartu identitasnya dari sakunya.

Setelah melihat KTP Erza, Farina segera tahu bahwa Erza bukan pria yang bermasalah. Dia juga diam-diam mencatat nomor KTP Erza. Farina memutuskan untuk menunggunya kembali. Di masa depan, dia masih harus menyelidiki orang ini dengan cermat.

"KTP ini tidak bisa membuktikan bahwa kamu adalah orang baik," kata Farina.

"Hei, bu polisi, mari kita selamatkan para sandera dulu," kata Erza mengalihkan pembicaraan. Erza juga takut jika Farina terus mengulik latar belakangnya.

"Oh, ya. Itu benar." Farina dengan cepat berlari ke Wika dan Wina, dan dengan cepat melepaskan ikatan mereka.

"Erza, terima kasih." Wika berkata kepada Erza dengan sangat berterima kasih.

"Terima kasih, Erza, dan kakak perempuan yang cantik," ucap Wina.

Awalnya, Farina akan bertanya kepada Wika mengapa dia tidak berterima kasih padanya. Tetapi, setelah mendengar kata-kata Wina, terutama ketika dia merasa Wina sangat imut, Farina tidak mengatakan apa-apa.

"Erza, apa yang sedang terjadi?" Sekarang Farina tahu bahwa ini jelas bukan penculikan karena orang-orang ini adalah preman, dan mereka tidak memeras uang Wika dan Wina. Erza tersenyum sedikit, dan kemudian dia menjelaskan apa yang terjadi. Tentu saja, Erza tidak mengatakan apa-apa tentang perampokan Wika.

"Huh, preman itu sangat menjijikkan. Jangan khawatir. Aku akan mengurus ini. Untuk uangnya, Wika, kamu dapat membayarnya kembali sebisamu. Jika mereka meminta kamu untuk membayar lagi, telepon aku saja," ucap Farina.

"Terima kasih kakak ipar," kata Wika cepat. Dia mengira Farina adalah kekasih Erza.

"Siapa yang kamu maksud saudara ipar? Aku Farina, wakil kapten dari Tim Polisi Kriminal, bukan saudara iparmu," jelas Farina tidak terima. Ketika dia mendengar Wika memanggilnya sebagai saudara iparnya, kemarahan Farina tiba-tiba muncul lagi.

"Bu polisi, jangan marah, nanti keriputmu akan bertambah," kata Wika menimpali.

"Huh, demi Wina, kali ini aku akan memaafkanmu," ucap Farina. Dia merasa sangat prihatin dengan Wina karena Farina merasa kondisi Wina agak menyedihkan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login