Download App

Chapter 38: Manja

"Stella, kau bisa melihat sendiri, kan? Tanganku sedang sakit dan apa menurutmu aku bisa menggendongmu kemari dengan kondisi tanganku ini?" ujar Saga sambil menatap Stella dengan pandangan memelas.

Stella yang tidak merasakan Saga berbohong padanya, merasa sangat bersalah.

Dia tadi memang tidak sengaja menendang Saga karena kaget dan marah saat dirinya berada didalam pelukan pria itu. Kini, saat melihat Saga yang memegangi tangan kirinya yang diperban, Stella menjadi panik, malu, kemudian segera berkata dengan penuh penyesalan, "Maaf, aku ... aku tidak tahu, aku tidak sengaja menendangmu tadi. Apa sakit?"

"A-aw, sakit …" erang Saga setelah mendengar perkataan Stella sambil memegangi tangan kirinya.

Medgar erangannya, Stella segera turun dari ranjang dan berdiri di depan Saga sambil menatap pria itu dengan ekspresi cemas, "K-kenapa, Saga? Apa tanganmu sakit?"

Saga mencengkeram tangan kirinya yang terluka, mengerutkan dahinya, seolah-olah menahan rasa sakit yang tak tertahankan, dan berkata, "Pasti tadi saat aku jatuh, tangan kiriku tidak sengaja aku tindih, dan sekarang tanganku sangat sakit, Stella … "

Stella yang mendera itu, ingin menyentuh tangan kiri Saga untuk melihat kondisinya, tetapi takut dia malah akan menyakiti Saga, jadi dia hanya bisa menatapnya dengan perasaan bersalah dan meminta maaf lagi dan lagi. " Maaf, maafkan aku. Aku tidak memiliki niatan untuk menyakitimu. Apa kau ingin kuantar ke rumah sakit sekarang?"

Saga mendongakkan kepalanya dan segera menjawab, "Ah, tidak apa-apa. Sekarang tanganku lebih mendingan. Sakitnya akan hilang sendiri nanti."

Sebenarnya, Saga berbohong kepada Stella soal tangan kirinya yang terasa sakit. Dia hanya ingin membuat Stella panik dan mengkhawatirkannya.

"Kau benar-benar tidak ingin pergi ke rumah sakit?" tanya Stella lagi yang ragu-ragu dengan ucapan Saga.

"Hm" ujar Saga singkat sambil menganggukkan kepalanya.

Stella yang melihat Saga tidak kesakitan lagi, merasa sangat lega sekarang.

Dia kemudian berkata dengan nada khawatir, "Jika kau terus merasa sakit hati, kau harus mengatakannya padaku dan jangan menahannya, oke?" Sedangkan, Saga yang melihat kekhawatiran Stella, merasa sangat senang. Kemudian, dia mengubah topik pembicaraan mereka, "Stella, apa kau lapar?"

Stella yang sebelumnya merasa tidak lapar, saat Saga bertanya, dirinya menjadi lapar sekarang.

"Uhm … Aku lapar" Stella berkata jujur dengan malu-malu.

Saga menganggukkan kepalanya mengulurkan tangan dan mengusap kepala Stella dengan lembut, kemudian bertanya kembali, "Apa ada yang ingin kau makan?"

Hm, makan apa, ya? batin Stella.

Stella dapat memikirkan banyak makanan enak serangan, namun dia bingung ingin makan yang mana.

Saga sepertinya memahami pikirannya dan langsung menelepon layanan kamar hotel.

Sebagai hotel bintang lima, tentunya mereka memiliki layanan kamar yang profesional, sehingga tidak sampai sepuluh menit, makanan yang dipesan Saga sudah diantarkan ke kamar mereka.

Saat Stella melihat makanan yang hangat di atas meja, tidak bisa menahan untuk menelan ludahnya, dan saat baru saja akan mengambil sandwichnya, dia dapat mendengar Saga yang menghela napas di sebelahnya.

Hal itu membuat Stella berhenti, menoleh ke arah Saga, dan tanpa sadar bertanya, "Ada apa denganmu?"

Saga mengertukan kengingya dan menjawab dengan lemah, "Tanganku sakit." Dia menatap Stella dengan ekspresi sedih dan kembali melanjutkan, "Stella, suapi aku ya?"

Menyuapinya? batin Stella.

Saat Stella akan menolak permintaan Saga, dia mengurungkan niatnya saat melihat tangan kiri pria itu yang dibalut perban.

Kemudian, kembali teringat dengan apa yang dia lakukan pada Saga pagi ini, membuatnya kembali merasa bersalah. Stella lalu segera berkata, "Oke. Aku akan menyuapimu."

Setelah dia selesai makan bagiannya, Stella segera menyuapi Saga yang duduk di sebelahnya.

Sedangkan, Saga tidak bisa tidak berhenti tersenyum saat Stella dengan telaten menyukainya. Dia dengan senang memakan sandwichnya dengan lahap.

Setelah selesai, Stella bersandar di sofa dan merasa sangat lega karena sekarang Saga akan berangkat urusan bisnis dan Stella tidak akan bersama pria itu lagi untuk waktu yang cukup lama.

"Stella, kau ikut aku bekerja" ujar Saga tiba-tiba yang membuat Stella segera bangkit dan memandang Saga dengan pandangan tidak percaya.

Dia segera menolak ajakan Saga itu. "Saga, aku tidak mau ikut. Kau tahu, kan? Aku bukan karyawanmu juga, jadi kenapa kau malah mengajakku?"

Sebenarnya Saga tidak ingin meninggalkan Stella sendirian di hotel dan memiliki ide untuk mengajak wanita itu pergi bersamanya, namun Stella terlihat tidak mau.

Tiba-tiba, Saga memiliki sebuah ide, kemudian segera berbaring di sofa sambil mengerang kesakitan memegangi tangan kirinya.

"Aw! Stella, tanganku sakit! Jika kau tidak ikut bersamaku, siapa yang akan menjagaku nanti?" ujar Saga dengan mengernyitkan dahinya.

Stella yang melihat itu, menghela napasnya dan segera bertanya "Bukankah masih ada sekertarismu, Dirga yang akan membantumu nanti?"

"Dirga sudah pulang kembali ke Jakarta kemarin." Saga berbohong pada Stella.

Sedangkan, Stella memandang Saga dengan curiga keran tidak mempercayai perkataan pria itu padanya.

Saga tidak memberi Stella waktu untuk terus berpikir, mencengkram lengannya dan terus mengerang kesakitan, kemudian menatap Stella dengan pandangan menuduh.

"Stella, aku terluka begini karenamu. Apa kau tidak mau bertanggung jawab jika terjadi apa-apa denganku nanti?" ujar Saga.

Stella yang mendengar itu merasa lelah, menghela napasnya, dan akhirnya berkata, "Oke. Aku akan ikut denganmu."

Namun, Stella berpikir jika dirinya sebenarnya tidak pernah meminta Saga untuk menolongnya kemarin. Tapi, saat akan kembali menolak, Stella tidak tega dan akhirnya hanya pasrah setuju.

Setelah itu, Stella akhirnya setuju untuk menjadi sekretaris Saga sementara.

_______

Saat sudah berada di Hotel Royal, tempat pertemuannya dengan rekan bisnisnya, Saga menolehkan kepalanya dan melihat sosok pria yang dikenalnya di depan.

Saga langsung berjalan ke arah pria itu. Sesampainya di depannya, rekan bisnisnya menyapanya, "Pak Saga, lama tidak bertemu." Saga menganggukkan kepalanya acuh tak acuh dan membalas, "Pak Seto, senang bisa bertemu kembali dengan Anda."

Setelah berjabat tangan satu sama lain, Seto yang menyadari sosok wanita di sebelah Saga, segera bertanya, "Siapa ini, Pak Saga? Apa nona ini sekertaris baru Anda."

Dirinya memang mengenal Dirga, sekertaris Saga, namun dia tidak tahu jika Saga juga memiliki seorang sekertaris wanita yang menurutnya sangat cantik.

Saga yang mendengar itu, melirik ke arah Stella dan tersenyum, kemudian berkata, "Dia memang sekretaris saya. Namanya Stella."

"Ah, salam kenal, Nona Stella" ujar Seto sambil tersenyum pada Stella, kemudian mengulurkan tangannya.

Stella yang meihta itu, segera menjabat tangan Seto sebentar, dan dengan sopan berkata, "Salam kenal, Pak Seto."

Seto setelah itu, menoleh ke arah belakangnya sebentar dan menatap Saga lagi, lalu berkata, "Pak Saga, saya telah memesan ruangan untuk kita bicara. Mari, kita langsung saja pergi ke atas."

Namun, saat mereka akan beranjak dari sana, sebuah suara menghentikan mereka.

"Ayah" ujar seorang wanita.

Stella menoleh ke belakang dengan rasa ingin tahu. Dapat dirinya lihat seorang wanita yang mengenakan gaun merah muda dan riasan tipis berjalan ke arah mereka sambil tersenyum.

Melani berjalan dengan anggun ke samping Seto, lalu mengulurkan tangan dan memeluk lengan pria itu, dan berkata dengan nada manja, "Ayah,kenapa kau tidak memberitahuku jika akan kemari? Aku dari tadi terus-terusan mencarimu, tahu."

Sedangkan, Seto menatap ke arah Saga dengan ekspresi malu, dan berkata, "Ah, maafkan saya, Pak Saga. Perkenalkan, dia putri saya, Melani."

Melani yang baru menyadari kehadiran Saga di depannya, segera menatap pria itu dan pipinya memerah saat melihat sosok tinggi tegap, dengan wajah sangat tampan itu,

Jantungnya berdebar dengan keras, dan menatap Saga dengan malu-malu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C38
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login