Download App

Chapter 7: Jawaban Dari Rencana Yang Sudah Direkayasa Itu

Awalnya Budi mengira setelah Dina Baskoro berdandan malam itu, Dina akan mengabaikannya. Budi merasa mungkin karena penampilan Dina malam itu, Dina tidak akan mau dengannya. Tapi sekarang Budi merasa sepertinya wanita itu masih mau dengannya. Setelah merasa bangga dengan dirinya sendiri, Budi Gumelar langsung berangkat.

Sesuai rencana awal, semuanya sudah siap.

Kejadian selanjutnya dari rencana Renata Sanjaya dan Dina Baskoro adalah sama, yaitu menunggu kedatangan Teddy Permana.

_ _ _ _ _ _

Kira-kira lima belas menit kemudian.

Mobil mewah Teddy Permana itu tiba dilokasi dan berhenti dengan mantap di lantai bawah.

Begitu Teddy Permana turun dari mobil, seluruh tubuhnya memancarkan aura kuat yang tak tertandingi, dan ketika Teddy masuk ke area hotel, dia mengejutkan semua orang yang ada di sekitarnya.

Wajahnya yang tidak tersenyum jelas dipenuhi dengan kecemasan dan emosi yang tinggi, tetapi itu tidak bisa menghentikan pesona bawaannya, yang terlihat seperti seorang diktator yang mendominasi bagaikan seorang raja.

Renata Sanjaya telah lama menunggu Teddy disitu dan berpikir bahwa rencana yang telah diaturnya akan berjalan dengan sangat baik dan sangat mudah. Lalu saat melihat Teddy Permana datang, Renata dengan cepat menyambutnya.

"Pak Teddy, kamu sudah tiba! Aku baru saja kembali dari kamar mereka dan mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam."

Ekspresi awalnya Teddy Permana yang sudah muram menjadi semakin muram saat itu, dan Teddy segera memanggil manajer hotel.

Saat manajer hotel itu melihat Teddy Permana, sang manajer merasa bahwa hampir semua orang membeku oleh suasana kelam di sekitar Teddy Permana.

"Antarkan aku."

Hanya dua kata membuat orang bergidik ngeri.

Tentu saja, manajer hotel mengiyakan permintaan Teddy. Bagaimanapun juga, hotel itu memang dimiliki oleh keluarga besar Teddy Permana. Sebagai manajer di hotel itu, berani melawan perintah sama saja dengan bunuh diri.

Setelah beberapa saat, mereka bertiga berjalan ke kamar yang dimaksud.

Manajer hotel lalu membuka pintu dengan menggesekan kartu di slot yang tersedia.

Pada saat itu, Renata Sanjaya sudah merasa sombong dalam hatinya, dan bahkan sudah membayangkan di kepalanya situasi apa yang akan terjadi begitu Teddy melihat ke dalam kamar.

"Dina Baskoro dan Budi Gumelar sudah terjerat satu sama lain sekarang. Kita akan lihat bagaimana mereka masih memiliki wajah untuk situasi yang telah terjadi." Renata benar-benar sudah membayangkan rencananya akan berjalan dengan mulus.

Tak disangka saat pintu dibuka, orang yang ada di dalam juga kaget. "Hei! Siapa!"

Orang yang didalam itu adalah Budi Gumelar. Ia sedang mengenakan jubah mandi dan memgang segelas anggur merah di tangannya, dan pintu yang terbuka tiba-tiba itu mengejutkannya.

Sedangkan untuk Dina, tidak ada terlihat dalam kamar itu.

Melihat Budi Gumelar sendirian dikamar itu, Renata Sanjaya tercengang dan berkata dalam hati "Menurut rencanaku, bukankah mereka seharusnya saat ini sudah seperti sepasang kucing yang sedang kawin? Bagaimana bisa sekarang seperti ini?"

"Di mana Dina?" Tanya Teddy Permana yang tidak melihat Dina Baskoro di kamar itu, menoleh untuk melihat Renata Sanjaya, tatapan matanya membuat Renata terdiam karena takut.

Renata Sanjaya menggertakkan giginya karena gugup, berkata dalam hati, "Mengapa Dina Baskoro tidak ada di sini?"

"Mm.. Mungkin dia sedang di kamar mandi!"

Lalu Renata Sanjaya berbalik dan lari ke kamar mandi, namun ternyata kamar mandi kosong, tidak ada apa-apa selain air yang dalam bak mandi yang belum penuh.

"Bagaimana bisa kosong? Kemana perginya Dina Baskoro sekarang?"

Renata Sanjaya benar-benar bingung dan tidak mampu lagi menahan emosinya, lalu mengarahkan pandangannya langsung ke arah Budi Gumelar.

"Budi, dimana Dina Baskoro? Bukankah kamu mengantarnya ke kamar ini?" Renata Sanjaya berusaha memaksakan rencananya tadi.

Budi Gumelar menjawab, "Aku sama sekali tidak membawanya kesini."

Renata Sanjaya merasa rencananya telah berjalan dengan mulus, tetapi ternyata gagal dengan sangat parah. Tidak ada Dina Baskoro dalam kamar itu, bahkan tidak melihat sehelai rambutnya.

Mendengar pertanyaan Renata barusan, Teddy Permana melirik ke arah Renata Sanjaya, tatapan matanya begitu dalam membuat Renata Sanjaya menjadi gugup dan bingung.

Setelah itu, Teddy Permana pergi keluar kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Renata Sanjaya bergegas menyusul Teddy keluar untuk menjelaskan, "Teddy, jangan marah, aku benar-benar melihatnya dengan mataku sendiri, percayalah padaku..."

Teddy Permana terus berjalan mengabaikan Renata yang berjalan dibelakangnya.

Di saat yang sama Dina Baskoro memikirkan apa yang terjadi pada mereka berdua saat di lobby hotel barusan. Setelah melihat Teddy Permana, Dina tiba-tiba bergegas menemui Teddy dan kemudian memeluknya seperti seekor beruang sedang memanjat pohon, langsung menempel di tubuhnya.

"Suamiku, kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sengaja datang kesini untuk menjemputku?"

Nada bicara yang manja, ditambah dengan wajah cantik membuat pria seketika jatuh cinta padanya.

Dan Teddy Permana benar-benar terpana dan sangat terkejut. "Apakah wanita di depannya ini benar-benar Dina Baskoro?" Teddy benar-benar bingung. "Dan, dia memanggilku apa sekarang? Suami? Apakah aku tidak salah dengar?"

Teddy tahu dulu Dina Baskoro tidak pernah mau dekat dengannya, bahkan untuk berjalan saja Dina akan menjaga jarak, apalagi menyapa dengan perilaku seperti ini. Renata Sanjaya yang melihat kejadian itu juga tercengang.

"Kamu tidak mabuk?" Teddy Permana melepas pelukan Dina Baskoro yang mirip koala itu dari tubuhnya.

Dina Baskoro tampak bingung, "Aku tidak mabuk, siapa bilang aku mabuk? Meskipun aku memang minum sedikit alkohol, tapi aku tidak mabuk. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya padaku berapa satu ditambah satu, aku pasti tidak akan salah hitung, he he he."

Setelah itu, Dina Baskoro tersenyum dengan wajah yang lucu. Senyuman itu terlihat begitu menawan.

Dan melihatnya Dina seperti itu, Teddy Permana yakin Dina memang tidak mabuk, jadi Teddy merasa lega.

Lalu Renata Sanjaya yang tadinya diam akhirnya bertanya, "Dina Baskoro, kemana saja kamu pergi tadi? Aku sangat mengkhawatirkanmu, kupikir kamu..."

"Sungguh wanita bermuka dua!" Dina benar-benar merasa muak dengan Renata saat itu.

Dina Baskoro mencoba untuk tetap tenang dan menjawab, "Bukankah aku pergi ke kamar mandi, dan bukankah aku sudah mengatakannya padamu, memangnya ada apa?"

Wajah Renata Sanjaya tiba-tiba memerah, wajahnya menjadi sangat jelek.

Renata Sanjaya benar-benar bingung dengan situasi itu, dia merasa ada sesuatu yang salah, entah kenapa, dia selalu merasa ada sesuatu yang tanpa disadari berada di luar kendalinya.

Terutama Dina Baskoro dan Teddy Permana, hubungan mereka saat itu telah berubah drastis. Padahal dulu Dina Baskoro berharap Teddy Permana menghilang dari dunia ini demi Budi Gumelar.

Tapi sekarang, Dina bisa meneriakkan kata "suami" kepada Teddy Permana dengan penuh kasih sayang dan memeluknya untuk menunjukkan rasa kasih sayang.

Ini tidak normal! Sungguh tidak benar!

Jika ekspresi mata bisa diubah menjadi pisau, mata Renata Sanjaya sudah sangat tajam saat itu, dan seperti tidak sabar untuk menusuk Dina Baskoro tepat di jantungnya.

Renata sangat mengagumi Teddy Permana sampai tidak berani mengatakan perasaannya sendiri pada nya, tapi mengapa Dina Baskoro bisa dengan nyaman bersentuhan secara fisik dengannya?

Semua itu harusnya menjadi miliknya Renata Sanjaya, bukan Dina Baskoro!

Meskipun Dina Baskoro tidak bisa melihat langsung Renata saat itu, tapi Dina tahu ada perubahan di wajah Renata Sanjaya.

Wajah Renata Sanjaya yang mengerikan dan ganas itu tidak kalah dari penyihir tua yang memberi Cinderella sebuah apel beracun.

Dan Dina akhirnya bisa melihat semua situasinya dulu di masa lalu dengan jelas sekarang.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login