Download App

Chapter 23: Kesempatan Untuk Spider

"Katakan saja padaku. Apa kau bahkan sedikit saja terkesan dengan kehadiranku di hidupmu?" tanya Spider dengan pandangan nanar dan sakit hati.

Di pandangan lelaki itu tersirat beribu luka yang tak akan tuntas jika dijelaskan. Aroma dan juga penggambarannya seperti palung laut yang gelap dan sepi.

Di dalam palung laut itu Spider tengah berenang untuk meraih matahari yang berada di permukaan. Matahari itu bisa diibaratkan sebagai Luci.

Jujur Luci ingin berkata tidak. Baginya satu-satunya orang yang bisa membuat hidupnya terkesan hanyalah Daniel, tapi lelaki itu telah pergi selamanya.

"Jadi kau sama sekali tidak senang bertemu denganku?" desis Spider kembali. Matanya masih saja terhanyut bersama kesedihan.

Luci menunduk. Dia bingung harus merespon seperti apa.

Dia bingung apakah kejujurannya nanti akan menyelamatkan kondisi rumit ini, atau justru malah membuat Spider merasakan luka yang bertambah di hatinya.

Apa yang diinginkan Spider? Kepercayaan? Apa bagi lelaki itu kepercayaan bisa didapat dengan mudah? Apa menurut Spider dunia ini adalah hal sesederhana itu?

Jika kepercayaan bisa didapat dengan mudah maka Luci akan bisa hidup bahagia sekarang, dengan cinta dan kasih dari keluarga Daniel dan dari teman-teman Daniel.

Jika orang-orang itu mempercayai Luci maka mereka tidak akan mengambil kesimpulan bahwa Luci adalah orang yang membunuh Daniel.

Mengingat tentang Daniel, atau mengingat tentang kenangan bersama Daniel telah membuat Luci merasakan beribu pisau seperti tertancap di ulu hatinya.

Apalagi sekarang di depan matanya seolah dia melihat Daniel yang tekulai dengan sebuah celurit berdarah yang berasal dari tangan Luci sendiri.

Lalu Luci melihat Daniel meninggal di ranjang rumah sakit karena tidak bisa tertolong.

Apa dunia ini adalah tempat yang mudah untuk mencari kepercayaan?

Jika iya maka Luci akan bisa lebih percaya pada dirinya sendiri bahwa dia sebenarnya tidak pernah membunuh Daniel.

"Kau terlalu mendesakku dengan bicara seperti itu. Apa kau peduli padaku? Itu yang ingin kutanyakan," jawab Luci dengan mata kosong memandang ke sebuah tempat.

Di mata itu dia melihat Daniel tersenyum dan melambai padanya.

Spider tertegun untuk waktu yang cukup lama. Wajahnya yang kotak itu seperti merenungi apa yang dikatakan Luci.

Sekarang tubuhnya yang kekar dan tinggi dibalut oleh sebuah kemeja putih polos dengan lengan yang sudah dilipat.

"Baik, aku tidak akan memaksamu. Aku paham kau masih menganggapku sebagai orang asing. Aku tau, walaupun kita dulu pernah dekat.

Pada akhirnya aku memahami bahwa yang kurasakan ini hanyalah perasaan gembira secara sepihak.

Kau berhak melakukan apa pun. Aku tidak akan melarangmu." Spider berjalan menjauh tapi bukan untuk pergi dari ruangan itu.

Sekarang ini Spider berdiri tepat di depan jendela ruangan VIP itu.

Yang dilakukannya tidak jauh berbeda dengan Luci. Spider memandang jauh, dan di dalam bayangan otaknya, dia tengah melihat Luci kecil yang selalu meminta gendong.

Dia melihat Luci kecil selalu meminta permen pada Spider. Sampai Spider melihat bahwa Luci kecil sedang mengikrarkan janji padanya. Luci berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan Spider sendirian.

Di sepanjang hidup Spider, lelaki itu bernapas hanya untuk menemukan Luci. Di sepanjang hidup Spider, lelaki itu melangkah dengan harapan ingin bertemu dengan Luci.

Bahkan di setiap kesakitan dan siksaan yang didapatnya ketika menjadi budak di sebuah keluarga, karena keluarga Dusky yang meninggalkannya di hutan, akan selalu dia tahan hanya demi untuk menemukan Luci.

Apa pun yang Spider lakukan, semua hal itu akan selalu menyandangkan nama Luci di setiap keputusannya.

Lalu ketika harapan dan keinginan itu terkabul, gadis yang sudah Spider rindukan kini berubah menjadi sosok asing, bahkan seolah tidak mau untuk mengenalnya. Rasanya ini tak adil.

Beberapa detik kemudian seorang dokter datang untuk memeriksa Hans. Dokter itu meminta para pengunjung untuk keluar.

Luci melesat keluar dari ruangan itu. Gadis itu bahkan terlebih dahulu berjalan tanpa mengajak Spider untuk keluar bersamanya.

Saat Luci keluar, dokter tersebut membungkuk dan memberi salam pada Spider.

Spider menganggukkan kepala dengan enteng dan seolah hampir terihat tidak peduli.

"Rawat dia baik-baik di sini!" perintah Spider dengan dingin.

Lalu lelaki itu keluar untuk menyusul Luci yang ternyata sudah duduk di kursi tunggu tak jauh dari ruangan Hans dirawat.

Luci diam dan tak berkata apa-apa. Gadis itu melipat lengannya dan merenung.

Spider pun mendekat, walau tadinya dia tidak ingin mendekat pada Luci karena masih sedikit merasakan sakit hati. Tapi tubuh Luci seperti memiliki magnet yang tak bisa Spider tolak.

"Apa yang kau khawatirkan?" tegur Spider pada Luci.

Lelaki itu sekarang ikut duduk di kursi tunggu dengan punggung bersandar di kursi. Dia sudah melepas topi fedoranya di rumah sakit.

"Kenapa kau masih di sini?" Alih-alih menjawab Spider, Luci justru bertanya.

Saat ini kondisi pikiran dan Luci sedang tidak baik. Mungkin karena dia yang saat ini terlalu lelah.

"Aku harus menjagamu," jawab Spider dengan suara yang sangat rendah. Jenis suara itu hanya kan Spider keluarkan ketika lelaki itu berbicara dengan Luci.

Luci terdiam. Dia tidak ingin menanggapi apa pun. Dari pada Luci semakin meledak emosinya lebih baik Luci diam.

Tubuhnya sudah remuk redam, Luci juga mengantuk, namun sekaligus juga lapar.

"Kau tidak lapar? Mau kupesankan makanan?" tawar Spider bersama suaranya yang lembut dan sangat perhatian.

Jika orang lain yang Spider ajak berbicara, bukannya Luci, melainkan gadis lain atau orang lain, pasti orang itu akan meleleh di tempat saat mendengar suara Spder.

Lutut mereka akan sangat lemah hanya gara-gara tertembak oleh pesona milik Spider.

"Aku hanya lelah. Dan sebenarnya aku butuh mandi," jujur Luci.

Tangannya sesekali memijat lehernya yang keram dan kaku.

Ransel masih berada di punggungnya, menempel pada kursi dan terhimpit oleh tubuhnya sendiri.

"Kalau kau ingin, kau boleh. Kalau kau tidak ingin, aku tidak akan memaksamu." Spider menghela.

Matanya sekarang menatap pada para pegawai yang berlalu lalang di sekitarnya. Beberapa pegawai mengangguk lembut padanya. Tapi anggukan itu cukup lirih sehingga tidak diperhatikan oleh Luci.

"Aku butuh baju," datar Luci dengan mata melirik pada Spider.

Ada rasa canggung sekaligus bersalah di dalam hatinya. Luci merasa dia telah berbuat kasar pada Spider, padahal selama ini – atau semalaman ini – Spider bersikap baik dan selalu membantunya.

Jika bukan karena Spider mungkin Hans tidak akan berada di dalam kamar perawatan saat ini.

Itulah mengapa Luci ingin menebus kesalahannya. Luci ingin menumbuhkan kepercayaan kepada Spider.

Lagi pula mereka berdua pernah menjadi keluarga, walau sekarang rasanya sangat asing.

"Aku butuh baju. Bisakah kau menyediakannya untukku?" tanya Luci kembali, seolah ingin mempertegas apa yang dia inginkan.

Spider tadi memang tidak merespon, karena Spider pikir itu hanya kata-kata tak berarti dari Luci. Atau bisa dibilang Spider tidak paham jika Luci meminta bantuannya untuk mencarikan baju. Oleh karenanya Spider diam saja.

Namun tatkala mendengar Luci meminta bantuannya, Spider mendongak dengan wajah yang cerah.

Wajahnya yang agak ditumbuhi bulu halus sekarang seperti sebuah apel yang berbulu. Apel itu ranum dan segar yang baru saja jatuh ke dalam bulu-bulu rambut.

Spider mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan apa alasan dari tindakan Luci yang sudah mau meminta bantuannya.

Spider mungkin terlalu dini untuk menyimpukan tindakan Luci itu sebagai rasa suka.

Tapi satu hal yang dipegang Spider erat-erat, Luci tidak akan pernah dia lepaskan, sampai kapan pun.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login