Download App

Chapter 37: Tranasparansi dan Keberanian

"Akan kupastikan kau menyesal telah membuatku mencium gadis serendah dirimu," bengis Evan setelah selesai membubuhkan tanda tangannya, hingga membuat Luci mendelik.

Tuan John memberesi semua berkas-berkas itu. Tiga salinan sekaligus dari berkas itu disimpan di dalam sebuah lemari brankas yang berada di kantor Evan. Sementara satu berkas diserahkan kepada Luci.

Padahal biasanya Luci adalah pihak yang harusnya memberikan salinan perjanjian kepada kliennya, bukan sebaliknya.

Tapi berurusan dengan Evan akan sangat runyam jika terlalu banyak protes dan tidak mau menurut.

"Tuan John, kenapa ada banyak sekali salinan?" tanya Luci setelah berusaha untuk mengabaikan ancaman Evan yang tadi.

Pertanyaan Luci mungkin terkesan kurang sopan karena menanyakan jumlah berkas yang sudah ditanda tangani.

Tapi Luci harus melakukannya karena walau bagaimana pun, hidup Luci juga ikut berpengaruh di sini.

Luci tidak ingin jika Evan menyalahgunakan perjanjian yang baru saja ditanda tangani ini.

Penyalah gunaan itu bisa berbagai macam bentuknya.

Salah satunya adalah penyalahgunaan wewenang demi mendapatkan kekuasaan penuh atas Luci.

Dengan kata lain Evan bisa saja mengambil apa pun yang Luci punya untuk kepentingan Evan sendiri, termasuk mahkota Luci yang berharga.

Luci tidak akan membiarkan itu terjadi, apa pun yang akan diancamkan oleh Evan.

Tapi kerja keras saja tanpa taktik tidak akan cukup untuk melawan Evan.

Mungkin Evan bisa saja menjebloskan Luci ke penjara hanya karena Luci tidak mau menyerahkan tubuhnya suatu saat nanti, tapi itu bukan hal yang paling ditakuti Luci.

Ada satu hal lain yang sangat ditakuti oleh Luci, yakni kesalamatan Hans itu sendiri.

Evan mungkin akan membahayakan keselamatan Hans jika Luci tidak akan bisa memenuhi seluruh perjanjian dengan Evan saat ini.

Evan adalah tipikal orang yang gigih, yang mana sering sekali mencari-cari kelemahan lawan untuk melumpuhkannya.

Dan kelemahan Luci hanyalah Hans. Jika Evan sudah 'menggenggam' Hans, maka Luci tidak akan bisa berkutik.

Maka dari itu, sebelum semuanya terlambat, Luci harus tau rencana Evan sedini mungkin.

Agar di masa depan Luci sudah memiliki cara untuk mengalahkan Evan.

Karena walau bagaimana pun Luci sudah terlanjur terjun ke medan perang bersama Evan, tidak ada tempat dan waktu untuk mundur saat ini.

"Anda tidak memiliki otoritas untuk menanyakan itu, Nona." Tuan John menjawab dengan ketus berikut dengan wajah datarnya.

Dagunya ditinggikan lagi padahal dia sedang berdiri, sementara Luci sedang duduk.

"Ini bukan transparansi yang saya inginkan. Menanyakan salinan dokumen tentu termasuk kewenangan saya, Tuan John.

"Karena walau bagaimana pun saya ikut tanda tangan di sini. Dan saya ingin semuanya transparan, terbuka.

"Jika tidak Anda bisa membatalkan perjanjian." Luci menjawab dengan tak kalah ketusnya.

Luci tidak ingin menunjukkan bahwa dia adalah pihak lemah yang bisa diinjak-injak.

Mentang-mentang Luci miskin dan hanya seorang joki, maka orang-orang kaya ini bisa semaunya saja kepada Luci.

Di luar itu Evan yang tadinya hanya mengawasi akhrinya terkikik terlebih setelah mendengar jawaban dari Luci.

Tapi kikikan Evan tidak terdengar seperti sebuah kikikan karena Evan sedang merasa lucu atau terhibur, dan sebagainya. Melainkan kikikan Evan terdengar seperti sebuah nada meremehkan, CEO itu sedang meremehkan Luci.

"Maaf, ada yang lucu, Tuan?" tanya Luci yang ia arahkan kepada Evan.

Tapi Evan tidak menjawab. Justru Evan memandang dengan tajam, tapi bukan ke arah Luci melainkan ke arah depan, pada layar yang baru saja dimatikan itu.

"Anda tidak memiliki kedudukan yang pantas untuk mengajak berbicara Tuan Evan. Tolong jaga sikap Anda, Nona!" bentak Tuan John dengan lantang.

Wajahnya mulai berkobar kemerahan, semerah api yang ingin membakar tubuh dan keberanian milik Luci.

Luci mendelik tatkala melihat manusia patung yang tak lain adalah Tuan John, yang tadinya terlihat pucat dan tak bergerak mulai berubah menjadi merah dan terbakar.

Ketakutan Luci semakin memuncak ketika melihat wajah tajam dan bengis milik Evan yang seolah menanti untuk mengakhiri hidup Luci secepatnya. Luci pun menelan ludahnya dengan gugup.

"Sa – saya – ehem, saya hanya ingin transparansi, keterbukaan." Luci menjawab dengan sedikit khawatir.

Wajah ayu gadis itu sudah mulai dibasahi oleh keringat. Belum lagi kaos warna abu-abu yang dibelikan oleh Spider tadi juga mulai dibasahi oleh keringat.

Dari sekian banyak klien yang sudah Luci tangani, hanya Evan yang paling angkuh dan banyak maunya. Padahal saat bertemu di taman tadi Evan begitu baik dan terlihat ramah.

'Itu pasti topeng. Jangan mempercayai topeng yang dipakainya!' batin Luci.

"Tidak ada bentuk transparansi seperti yang Anda minta. Anda hanya perlu menjalankan tugas, dan selesai." Tuan John menguarkan nada menyebalkan penuh disiplin itu lagi.

Padahal Luci sangat membenci nada bicara seperti itu.

Ingin sekali Luci melempari Tuan John dengan kaus kaki busuk di flat miliknya. Pasti Tuan John akan pingsan dan tidak akan bangun selamanya.

Mati dong kalau begitu? Memang itu tujuan Luci.

"Maaf, Tuan, ini di luar batasan saya. Saya tidak bisa menjadi kekasih pura-pura Tuan Evan dengan cara seperti ini.

Jika Anda tidak bisa memenuhi permintaan saya tentang keterbukaan, maka lebih baik Anda mencari orang saja." Luci hampir bangkit untuk pergi.

Luci sudah sama sekali tidak peduli tentang penjara, tuntutan, dan sebagainya.

Biarlah Luci dipenjara atau dihukum, itu tidak masalah.

Toh sekarang sudah ada Spider yang bisa menjaga Hans.

Kalau Luci dipenjara masih ada Spider yang akan menggantikan tugas Luci untuk menjaga Hans.

Dan untuk biaya rumah sakit Luci bisa meminjam uang kepada Spider. Jika Luci sudah keluar dari penjara maka Luci bisa menyicil utangnya kepada Spider.

'Benar, lebih baik begitu daripada aku terjebak bersama psikopat ini,' pikir Luci.

Di perjanjian Evan menyebutkan bahwa Luci harus menjadi kekasih pura-pura Evan.

Yah sama seperti permintaan para kliennya yang lain, dan Luci tidak terkejut akan itu.

Tapi Evan tidak menyebutkan secara spesifik kenapa CEO itu mau menyewa jasa Luci.

Maksudnya, apakah Evan ingin memutus pacarnya yang matre dan tukang selingkuh? Atau Evan ingin menggagalkan sebuah perjodohan? Evan tidak menjelaskan satu pun alasan di sini.

Hal itu saja (tidak jelasnya alasan kenapa Luci disewa) sudah sangat bertentangan dengan cara kerja Luci yang harus tau semua fakta dan kejadian yang menimpa kliennya.

Dengan kata lain Luci harus tau secara detail kronologi dan latar belakang kenapa Luci diharuskan menjadi kekasih pura-pura para calon klien.

Karena walau bagaimana pun Luci membutuhkan semua info itu demi kelancaran pengintaian, penyamaran, dan sebagainya.

Tapi kalau Evan ingin menyembunyikan semuanya seperti ini, bagaimana Luci bisa bekerja kalau begitu? Bahkan jika begini terus Luci malah merasa dieksploitasi dan dijebak.

"Saya tidak akan seberani itu untuk membatalkan perjanjian ini jika saya menjadi Anda. Kami…." Tuan John mulai berbicara lagi.

"Aku tidak peduli. Kalian bisa menuntutku jika mau, sama seperti apa yang kalian ancamkan kepadaku tadi.

Tapi yang pasti aku tidak akan mengambil pekerjaan ini." Luci hampir merobek surat perjanjian yang berada di tangannya.

Luci ingin merobeknya menjadi beberapa bagian lalu Luci akan melemparkan robekan surat perjanjian itu ke wajah Evan.

Haha, itu akan menjadi sebuah kesempatan emas yang dimiliki Luci. Paling tidak hanya dengan cara itu Luci bisa meluapkan kekesalannya kepada Evan.

Tangan Luci yang hampir merobek surat perjanjian itu pun akhirnya berhenti setelah

Evan bangkit lalu menarik tubuh Luci hingga membuat tubuh Luci jatuh di sofa.

Evan pun menghimpit tubuh Luci sementara wajah Evan sudah semakin dekat dengan wajah Luci.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C37
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login