Download App

Chapter 2: •Satu•

•Kelanjutan bab sebelumnya•

Rumah Kanya.

Rasanya saat itu aku ingin menampar wajah daddy berkal-kali. Tapi sayang, aku begitu menyayangi dirinya. Sekarang aku hanya menangis dipelukan Kanya, dan mengingat ucapan daddy tadi.

"Udah Sheina, jangan nangis terus." Kata Kanya sambil mengelus punggungku.

"Kenapa sih, setiap daddy lo pulang selalu gini, apa dia marahi lo?" Tanya Kanya kepadaku.

Kanya sampai sekarang belum kalau aku dan daddy saling jatuh cinta. Kemudian aku mengendurkan pelukan dan menatap Kanya dengan tatapan sendu.

"Kenapa sih? Dimarahi daddy lo? Gue telpon Chris ya?"

Sial, kenapa Kanya bisa-bisanya ingin menelepon Christian. Kalau Christian tahu aku menangis seperti ini, dia akan sangat marah.

Aku pun menggeleng pelan, dan mengusap air mata.

"Jangan, Chris lagi ga mau diganggu hari ini." Jawabku dengan alasan.

"Ya masa ganggu sih, orang pacarnya nangis ini." Ucap Kanya.

Sial, lagi-lagi ucapan Kanya membuat aku mikir seketika. Iya benar, Christian adalah kekasihku disekolah. Dia adalah pria yang baik dan juga sayang kepadaku. Tapi sayang ... aku ..., tidak sepenuhnya mencintai Chris, lataran perasaan ini hanya untuk daddy seorang.

"Ini hari minggu, Chris itu lagi main futsal. Jadi pasti ga mau diganggu hari ini." Kataku supaya Kanya paham.

Kanya pun menghela napas dan mengangguk.

"Yaudah, lo jangan nangis lagi dong." Ujar Kanya sambil mengelus pipiku.

Aku tersenyum tipis dan mengangguk.

"Kanya..." panggilku dengan suara merendah.

"Apa?" Jawab Kanya.

"Gue boleh ga menginap di sini?" Pintaku dengan wajah yang memelas.

"Boleh sih, tapi emang daddy lo mengizinkan?"

Jleb! Aku sampai lupa, daddy itu overprotektif banget. Jangankan menginap, kerja kelompok saja cuma boleh 2 jam, bagaimana bisa menginap? Yang ada bodyguard menjemputku paksa.

"Oh iya ya, tapi gue males buat pulang." Ucapku sambil menundukkan wajah.

"Lo kenapa sih? Ini gue udah nanya 10 kali, tapi lo ga jawab!" Kata Kanya dengan sangat kesal.

Aku hanya terkekeh geli sambil membaringkan tubuh ke atas kasur.

"Lagi sakit hati." Jawabku dengan santai.

Aku tahu pasti Kanya akan menanyakan soal tentang Christian.

"Oh jadi lo lagi berantem sama Chris?"

Tuh'kan benar, pasti dia akan berucap seperti itu.

Aku pun terdiam dan menatap ke langit kamar. Kemudian Kanya menggoyangkan tubuhku dengan pelan. "Gue bukan kacang please." Katanya.

Aku tersenyuk tipis dan terbangun, lalu duduk.

"Sakit hari karena omongan daddy." Ucapku sambil menggigit jari telunjuk.

Kanya mengernyitkan dahi, dan wajahnya terheran-heran.

Aku pun terkekeh geli melihat wajahnya, lalu aku kembali membaringkan tubuh.

"Daddy lo ngomong apa emang?" Tanyanya yang bingung.

Kemudian aku tidak menjawab, dan mengingat kejadian tadi pagi.

[Flashback]

•••

"Aduh, dad." Rintih sambil meremas selimut.

"Do you love me?" Tanya daddy.

"Iya dad, daddy sendiri?" Jawabku, sambil membalikan pertanyaanya.

Seketika daddy terdiam dan kemudian langsung melumat bibirku dengan penuh kasih sayang. Bibir daddy membuat aku sangat gila dan frustasi selama seminggu ini. Perlahan daddy menggigit bibirku dan itu membuatku mengeluarkan suara.

"Ummhh.."

Daddy pun memelukku sambil menangis, entah mengapa dia tiba-tiba menangis.

[In Real life]

•••

"Woy! Malah melamun!"

Sialan Kanya, dia membuyarkan kejadian indah tadi pagi bersama daddy.

"Ngomong apa daddy lo?" Katanya yang masih penasaran.

"Ngomong, gue anak punggut." Jawabku sambil tertawa pelan.

"Dih apaan banget, gak percaya gue!" Ucap Kanya sambil melipatkan kedua tangan dan wajah yang kesal.

Kemudian karena aku malas melanjutkan pemabahasan itu, jadinya aku memejamkan kedua mata dan tertidur.

•••

Di sisi Raiden yang lagi mengobrol dengan sahabatnya.

"Lo salah bicara seperti sama Sheina." Cetus Kafael.

Raiden hanya terdiam sambil menatap foto Sheina. Dalam hatinya begitu sangat cinta dengan gadis ini.

"Kalau emang lo mau meperlakukan dia sebagai anak, yaudah NO LOVE!" Tega Kafael kepada Raiden.

Apa bisa Raiden melakukan itu? Hampir 2 tahun rasa cinta ini tumbuh kepada Sheina. Seharusnya cinta sang ayah kepada anaknya, tetapi rasa cinta kepada sang kekasih.

"Kalai Sheina tahu gue akan menikah dalam dekat ini, bagaimana?" Kata Raiden sambil mengusap kasar wajahnya.

Raiden dijodohkan sang kakek dengan seorang wanita pilihannya.

Kafel mendengar itu hanya menghela napas, dan bingung harus jawab apa.

"Ga mungkin gue bilang ke opa, kalau mencintai Sheina." Kata Raiden sambil menggeleng kepala.

Kemudian Kafael menepuk pundak Raiden. "Dari awal lo bawa Sheina ke rumah, dia adalah anak lo, jadi lo harus lakukan itu." Saran Kafael.

Raiden begitu sangat berat hati melakukan itu, baru kisah cinta berjalan 3 bulan dengan anak angkatnya sudah harus kandas.

"Gue tahu berat, but ..., Lo harus jelaskan ke dia pelan-pelan pasti dia mengerti dan lo juga harus menguburkan perasaan itu." Ucap Kafael lalu pergi begitu saja.

•••

19.15

Aku baru pulang, daddy sudah berdiri sambil menatapku dengan tajam.

"Maaf dad aku—" belum selesai bicara daddy langsung menghampiriku dan memelukku.

"Daddy minta maaf." Katanya sambil mencium pipiku.

Aku pun bingung dan mengangguk ragu, tetapi tidak membalas pelukan daddy.

Daddy melepas pelukannya dan menatapku sambil menyelipkan rambutku ditelinga kanan.

"Ayo makan, calon mommy kamu ada di ruang makan."

[deg]

Mendengar ucapan itu sekujur tubuhku terdiam membeku dan mata berkaca-kaca, kemudian sontak tanganku melayang menampar wajah daddy.

"You know what!? Mulai detik ini aku benci untuk mencintai daddy." Kataku dengan nada suara menekan dan berlari ke kamar meninggalkan daddy begitu saja.

To be continued.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login