Download App

Chapter 44: Mengalihkan Fokus

"Aaah... Apa Kau ingin terlihat keren dengan berbuat baik sebelum menyiksaku?"

"Kau tahu.. Ini lebih menyakitkan daripada pukulanmu?"

"Kau tahu, perbuatanmu telah mengiris hatiku dengan ribuan pisau?"

Air mata Kira mengalir semakin deras. Kira berdiri dari kursinya. Menghapus air matanya, dan berusaha menghilangkan sesak dalam hatinya. Kondisi apartemen tanpa seorangpun, membuat Kira tak ada hentinya memikirkan Ryan.

Jam 04:00 pagi

Kira akhirnya tertidur kembali di kasurnya setelah menangis dari jam 11 malam. Kira belajar, makan, tidur, semua dilakukan sambil terus menangis. Tentu saja ini membuatnya lelah. Tenaganya habis, sehingga Kira tertidur sangat pulas.

Jam 06:30 pagi

Tiiiiit

Pintu apartemen terbuka.

Sari memasuki apartemen dan segera naik ke lantai atas setelah menscreeening seluruh ruangan, Kira tak ada dilantai dasar.

"Apa terjadi sesuatu? Oh, semoga tak ada apa-apa.. Akan sangat merepotkan untukku harus menjelaskan ke Tuan Muda jika terjadi sesuatu pada Nyonya Muda.

Klek

"Haaaah... Kenapa Nyonya Muda berantakan seperti ini? Matanya sembab, rambut acak-acakan, wajah pucat, dan pakaiannya masih sama seperti kemarin. Apa Nyonya pingsan?" Sari yang baru saja membuka pintu kamar sangat kaget melihat Kira seperti ini. Dia belum pernah melihat Kira seperti ini. Bahkan para pelayan dirumah dulu, mereka selalu memberitahu Sari, bahwa Kira selalu bangun pagi. Tak pernah kesiangan sama sekali.

"Nyonya Muda.. Nyonya Muda.." Sari mencoba membangunkan Kira. Menggoncangkan pelan tangannya.

"Kenapa Dia tak bangun juga?" Sari sedikit panik.

"Nyonya Muda.." Digoncangkan tubuh Kira lebih kencang.

"Aah.. Maaf Sari. Apa Aku kesiangan?" Kira bangun dari tidurnya. "Maafkan Aku membuatmu cemas."

"Tidak apa-apa Nyonya Muda, saya hanya sedikit khawatir."

"Huuuh.. Untunglah Nyonya Muda tak apa-apa.. Bisa ribet kalau terjadi sesuatu lagi." Hati Sari lebih tenang saat Kira menjawabnya.

"Jam berapa Sari?" Wajah Kira sangat panik saat mengamati kaca disekelilingnya, matahari sudah terbit tinggi.

"Jam tujuh kurang sepuluh, Nyonya Muda!"

"Haaaah? Astaghfirulloh.. Aku kesiangan.. Aku harus bekerja di lab!" Kira memijat keningnya. Lalu segera turun dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.

"Sari, tunggulah di luar. Aku akan menemuimu dibawah. Aku mau mandi dulu." Kira berbicara sambil berjalan ke kamar mandi.

"Baik Nyonya Muda!" Sari berdiri dan meninggalkan kamar.

Klek

Menutup pintu dan jalan ke lantai bawah.

"Owh.. Bodohnya Aku.. Kenapa Aku lupa memasang alarm sebelum tidur tadi? Haaah..!" Kira merenggut pada dirinya sendiri, sambil membuka pakaiannya, bersiap untuk mandi. Namun sesaat Dia terdiam. Mengingat sesuatu yang penting.

Kira memakai kembali gamisnya, kembali ke walking closet, mencari sesuatu disana. Membuka semua laci, satu persatu melihat isinya, dan juga mencari di meja rias, dan berbagai kotak yang ada didalam sana. Tapi yang dicarinya tak ada.

"Haaah.. Masalah lagi!" Kira ngedumel dengan masalah keduanya pagi ini, setelah masalah pertamanya, bangun kesiangan.

Klek

Kira membuka pintu kamarnya

"Sari, Aku bisa minta tolong padamu?" Tanya Kira dari atas, sambil berteriak, karena enggan membuang waktunya untuk turun.

"Tentu saja, apa yang bisa saya bantu, Nyonya Muda?" Sari juga berteriak dari bawah.

"Pembalut.. Tolong belikan Aku pembalut. Aku ga ada stock diatas." Kira tertawa kecil.

"Huuh.. Alhamdulillah, Untung Sari perempuan.. Jadi Aku ga terlalu canggung!" Batin Kira bergumam

"Tentu saja, Nyonya Muda! Saya akan membelikan dan menaruhnya di walking closet." Sari berlari meninggalkan ruangan setelah mengatakan kalimatnya.

"Terima Kasih, Sari!"

Kira segera masuk kembali ke kamar dan langsung ke kamar mandi.

"Bath - tub.. Kau sangat suka berendam di bathtub.. Dan pasti sangat menyenangkan berendam disana sambil menikmati indahnya Kota di malam hari." Kira tertegun beberapa detik saat melihat bathtub dengan jendela besar disekelilingnya.

"Haaah.. Apa yang Aku pikirkan! Tak ada waktu untuk memikirkannya sekarang! Aku harus segera berangkat ke kampus!" Kira segera menuju shower untuk mandi. Membersihkan dirinya dibawah pancuran air hangat. Berusaha menhilangkan semua penat dan mengembalikan kewarasannya.

"Banyak kerjaanku di kampus.. Semoga Kau tak lagi muncul dalam pikiranku! Aku sudah ga masuk satu hari kemarin. Hufff.. Beberapa mata kuliah Aku harus belajar sendiri. Menyebalkan... Semoga catatan Rini bisa membantuku. Hah, tapi Rini tak bisa diharapkan.. Catatannya berantakan, bahkan Dia sering tertidur dikelas.. Haaah.. Bagaimana ini?" Kira terus saja berbicara dengan hatinya saat mandi. Tak berhenti Kira mencoba mencari jalan keluar untuk urusannya di kampus hari ini dan kemarin..

Setelah sepuluh menit berada dibawah pancuran shower, Kira mematikan air dan menuju wastafel untuk menggosok gigi, mencuci muka, mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Kira sempat tertegun melihat semua luka ditubuhnya. Kira mengambil obat di laci, dan memakaikan pada luka-lukanya.

"Kau gila, Kira! Lihat betapa gilanya Dia membuatmu seperti ini.. Tapi Kau masih merindukannya!" Logika Kira mulai berbicara.

"Tapi Aku juga menyakitinya.. Dia marah karena perbuatanku yang melanggar perintahnya." Namun hatinya membela Ryan.

Kira melangkah keluar dsri kamar mandi menuju walking closet setelah rambutnya kering. Sari sudah menaruh pembalut wanita disana. Merk premium dengan lapisan ion yang Kira tahu harganya lebih mahal dari yang biasa dipakainya. Kira mengambilnya satu, lalu mengambil baju dilemarinya. Hari ini Kira memilih memakai gamis hitam dengan bordir bunga berwarna putih. Memakai kerudung hitam dan sepatu berwarna putih. Kira memakai niqob yang berwarna hitam.

"Astaghfirulloh.. Baju labku belum di cuci!" Kira segera mengambil tasnya yang tergantung di walking closet dan tak seperti dalam bayangannya. Baju lab di dalam tasnya sudah dicuci, wangi dan dilipat dengan rapih.

"Ryan.. Kau membuatku gila dengan sikapmu! Bahkan Kau memperhatikan hal detail seperti ini?" Kira tak ingin lagi menangisi Ryan, suaminya. Tapi hal kecil yang ditemukannya ini, telah membuat air matanya kembali menetes. Mungkin bukan cuma hal kecil.. Perhatian Ryan seperti ini membuat Kira menggila dan semakin merindukannya. Tapi kini.. Tak ada lagi lelaki itu. Dia tak bisa berterima kasih, apalagi mewujudkan keinginannya untuk memeluknya.. Sepertinya sesuatu yang mustahil! Kira menghapus cairan bening dimatanya dan segera beralih ke meja belajarnya. Memasukkan buku, laptop, dan handphonenya. Kira juga melihat dompet disana. Bukan dompetnya yang biasa.

"Dompet panjang yang bagus.. Pasti barang mahal. Apa ini untukku?" Kira ragu, Tapi Kira tetap membukanya. Kartu-kartu mahasiswa dan semua yang ada didompet lamanya sudah ada didompet barunya ini. Disana juga ada kartu yang diberikan Ryan. Jumlah uang cash didalamnya juga cukup banyak dan tebal. Lebih banyak dari uang yang diberikan Kira pada ayahnya.

"Kertas apa ini?" Kira membukanya.

"Date of birth 27.12.90"

 

"Andi, berikan Aku satu black card, dari American Express centurion card!"

"Ini Tuan Muda! Pinnya tanggal lahir, bulan lahir, dan tahun lahir Anda, Tuan Muda!"

 

"Jadi Kau ingin memberiku pin kartu itu." Kira teringat lagi percakapan Asisten Andi dan Ryan. Lagi, setitik bening sudah tak tertahan keluar kembali dari sudut mata Kira.

Tangannya mencoba menghapusnya, lalu memasukkan dompetnya ke dalam tas, dan Kira segera keluar. Dia tak ingin berlama-lama dalam kamar sehingga pikirannya yang berpetualang tanpa arah, menambah sakit perasaannya.

Klek

Kira menutup pintu kamarnya.

Berjalan melangkah ke lantai bawah..

"Sari, maaf membuatmu menunggu lama! Ayo berangkat sekarang!" Kira tak menghentikan langkahnya ketika bicara dengan Sari. Dia langsung menuju ke pintu keluar.

"Baik Nyonya Muda!" Sari mengikuti dibelakangnya.

Klek

"Selamat Pagi, Nyonya Muda!" Penjaga didepan apartemen menyapa Kira.

"Selamat Pagi!" Jawab Kira yang tak berhenti melangkah, tapi terus berjalan ke arah lift.

TING

Pintu lift terbuka.

"Hmm.. Kalian tak perlu mengantarku ke bawah!" Kira berbalik ke arah Lima penjaga mengikuti Kira dan Sari. Menjelaskan apa yang ingin dikatakannya. Lima sisanya, masih ada di depan apartemennya.

"Kami akan mengawal Nyonya Muda selama di kampus. Ini perintah Tuan Muda. Mohon kerja samanya, Nyonya Muda." Salah satu bodyguard wanita, yang sepertinya adalah pemimpin dari para bodyguard menjelaskan pada Kira.

"Apaaa?"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C44
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login