Download App
6.27% LOVELIST

Chapter 18: Bab 18 : Delapan belas

Terdengar lonceng pintu butik berbunyi. Yang di buka pintunya oleh Alex.

"Selamat datang, Tuan Alex," sapa pemilik butik dengan ramah.

"Aku tidak punya banyak waktu, lebih baik sekarang kamu cepat ubah penampilannya menjadi lebih cantik!" perintah Damian kepada pemilik butik sambil menunjuk Ana.

"Baik, Tuan Alex. Silahkan anda menunggu saja di ruang tunggu, saya akan segera menyelesaikan ini," jawab pemilik butik sambil membungkukkan badannya.

"Mari nona ikut saya," ucap pemilik butik kepada Ana.

"Loh.. ini mau di apakan saya?," tanya Ana kepada pemilik butik sambil menggiring Ana ke salah satu ruang di sana.

"Nona tenang dan rileks saja," balas pemilik butik dengan sopan.

Akhirnya Ana menurut saja apa yang dilakukan oleh pemilik butik pada dirinya.

Sedangkan Alex yang menunggu di ruang tunggu bersama dengan Ara. Ia menjadi sedikit gelisah. Sedari tadi Alex melihat jam yang melingkar di tangannya itu setiap menit.

Ara yang melihat sikap kakaknya yang gelisah itu segera ia bertanya.

"Ada apa dengan dirimu kak? kenapa kau menjadi gelisah?" tanya Ara dengan senyum yang misterius.

"Apanya yang gelisah, kakak gak gelisah kok," jawab Alex dengan gugup.

Alex yang merasa di lihat oleh adiknya dengan mata yang mengintimidasi. Segera ia memalingkan wajahnya.

"Kenapa kak Alex menyuruh pemilik butik untuk merias kak Ana dengan lebih baik?" tanya Ara lagi dengan salah satu alis yang terangkat.

"K-kan kak Ana mau bertemu Mama sama Papa j-jadi harus tampil yang cantik dan elegan," jawab Alex dengan gugup.

"Oh.. iya aku lupa, kalau Kak Alex mau mempertemukan Kak Ana sama mama dan papa." ucap Ara dengan nyengir kuda.

Alex hanya mengabaikan ucapan adiknya. Ia bingung dengan dirinya kenapa ia menjadi gelisah seperti ini?.   Lalu Alex mengabaikan perasaanya yang sedikit gelisah itu sambil membaca majalah yang sudah ada di ruang tunggu.

45 menit kemudian Ana keluar dengan rambut yang di kuncir kuda dengan riasan yang natural. Dan ia memakai pakaian rok di atas lutut yang berwarna coklat susu. Dipadukan dengan sepatu berhak berwarna senada dengan bajunya.

"Tuan Alex, sudah saya perbaiki sesuai keinginan anda," ucap pemilik butik kepada Alex yang tengah membaca majalah.

Alex yang mendengar ucapan pemilik butik langsung menutup majalah yang ia baca. Setelah menutup majalah Alex terpanah dengan kecantikan Ana yang sangat natural itu. Hingga pemilik butik dan Ara menyadarkan Alex.

"Kakak!" panggil Ara dengan sedikit teriak.

"Tuan Alex," panggil pemilik butik dengan sopan.

"Eh.. em.. i-iya bagaimana," jawab Alex dengan gugup yang sudah sadar dengan lamunannya itu.

"Ada apa sih dengan dirimu ini kak? kok aneh sekali," ucap Ara dengan bingung karena melihat sikap kakaknya yang aneh.

"Engga papa. Mungkin AC-nya di sini gak terlalu dingin mangkanya kakak jadi gelisah." jawab Alex kepada Ara sambil tertawa kecil yang di paksakan.

"Baiklah mari kita menuju ke kasir," ucap Alex sambil melirik wajah Ana.

"Berapa total semuanya?" tanya Alex kepada penjaga kasir.

"Semuanya total 4 juta tuan," jawab penjaga kasir.

Lalu Alex mengeluarkan kartu hitam andalannya. Dan penjaga kasir menerimanya untuk pembayaran.

Setelah pembayaran selesai. Mereka kembali melangkahkan kakinya kearah mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Alex.

"Tuan, apa ini tidak berlebihan?" tanya Ana dengan memberanikan diri kepada Alex saat mereka sudah didalam mobil.

"Tidak, anggap saja ini sebagai hadiah untukmu," jawab Alex dengan santai.

"Tapi, tu-" ucapan Ana terpotong oleh Ara.

"Terima saja kak Ana sebagai hadiah. Jarang-jarang kak Alex memberikan sesuatu kepada seorang wanita." timpal Ara kepada perkataan Ana.

"Eh.. tunggu! Kenapa kak Ana tetap memanggil tuan kepada kakakku?" tanya Ara dengan wajah dungunya.

"Eh.. i-tu em.. itu," belum selesai Ana menjawab, langsung di sela oleh Alex.

"Karena kekasih Kakak ini sangat pelupa, oleh sebab itu dikira ini masih jam kantor." jawab Alex sambil melihat Ana dengan tersenyum.

15 menit kemudian mereka telah sampai di rumah Alex. Setelah turun dari mobil, mereka di sambut oleh Mama Rita didepan pintu masuk rumah.

"Selamat datang calon menantu mama," sambut Mama Rita dengan gembira kepada Ana.

Ana yang di sambut kedatangannya oleh Mama Rita dengan gembira. Ia membalas dengan senyum tulus.

"Selamat malam, Ma," salam Ana kepada Mama Rita.

"Malam sayang. Ayo masuk jangan sungkan anggap saja rumah sendiri," ucap Mama Rita kepada Ana.

"I-iya, Ma." balas Ana dengan gugup di iringi senyum yang tulus.

"Ayo, Ara masuk. Kita mulai makan malamnya. Kita sudah kedatangan pacar kakakmu," ajak Mama Rita kepada anak perempuannya.

"Let's go mam," jawab Ara dengan semangat sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah bersama Mama Rita.

Sedangkan Alex dan Ana yang masih berada di luar rumah. Mereka menjadi canggung seketika.

"Jika kau bertemu dengan keluargaku saat bersamaku, cukup panggil aku Alex." Perintah Alex kepada Ana dengan jantung yang berdebar.

"Tap-" ucap Ana terpotong oleh Alex.

"Apa kau tidak bisa pernah membantah! cukup turuti saja perkataanku," ucap Alex dengan tertahan.

Lalu Alex masuk kedalam rumahnya dengan langkah kaki yang lebar. Sedangkan Ana menyusul sambil berlari kecil. Karena ia menggunakan sepatu hak tinggi.

Alex menghentikan langkahnya di ruang keluarga. Ana juga melihat di sana ada Mama Rita, Ara dan seorang pria yang sekitar berumur 50 keatas duduk di samping Mama Rita.

"Ana Kemarilah! duduklah di dekatku nak," panggil Mama Rita menyuruh Ana untuk duduk di dekatnya.

Lalu Ana duduk di dekat Mama Rita dan juga ia duduk di dekat Alex.

"Kenalin sayang ini suami Mama Rita. Papanya Alex dan juga Ara," ucap Mama Rita memperkenalkan suaminya kepada Ana.

"Selamat malam tuan. Saya Briana Debora Caitlin. Cukup anda panggil Ana saja tuan," ucap Ana memperkenalkan diri kepada suami Mama Rita.

"Hai nak, malam juga. Panggil saja saya Papa Eric seperti Alex dan Ara memanggilku," jawab dan tutur Papa Eric.

"Baik tu- eh maksud saya, Papa." ucap Ana yang hampir salah sambil meremas kedua tangannya itu.

Mama Rita dan suaminya melihat tingkah Ana yang gugup itu hanya bisa tersenyum. Sedangkan Alex dan Ara hanya memperhatikan saja.

"Ya sudah sekarang kita mulai makan malamnya ya Pa. Kan kita sudah kedatangan calon mantu kita," ucap Mama Rita dengan cerianya.

"Baiklah Ma. Mari kita mulai acara makan malamnya." ucap Papa Eric sambil berdiri dari duduknya.

Lalu di sambut dengan Alex, Ara, dan Ana yang berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing. Mereka semua melangkahkan kakinya menuju meja makan. Sedangkan hanya membuntuti langkah Alex dari belakang.

Sesampainya keluarga Alex di meja makan mereka langsung duduk di tempat mereka masing-masing. Ana yang bingung mau duduk disebelah mana, ia hanya bisa berdiri dan melihat saja.

"Ana kenapa kau tidak duduk?" tanya Mama Rita.

"Duduklah di dekat Alex, Ana" lanjut Mama Rita menyuruh Ana untuk duduk di dekat Alex.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C18
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login