Download App

Chapter 20: DIA PUNYA RASA

Happy Reading 🥰

"Yaaang... mana celana chino gue yang coklat?" Teriak Rizky dari dalam kamar.

"Ada di lemari." Balas Ifa yang sedang sibuk membuat sarapan.

"Nggak ada." Tiba-tiba Rikzy sudah memeluknya dari belakang, bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer.

"Ada kok, coba cari lagi. Dua hari lalu sudah gue masukin ke lemari." Ifa masih sibuk menyiapkan roti bakar dan jus. Bukannya kembali ke kamar, Rizky malah terus memeluk Ifa sambil mencium leher jenjang istrinya.

"Ky, sudah dong. Nanti gue salah ngolesin selai nih ke rotinya." Ifa berbalik berusaha mendorong tubuh Rizky.

Bukannya menjauh, Rizky malah mengecup bibir Ifa. "Morning breakfast."

"Morning breakfast kok cium? Mana kenyang." Ledek Ifa. "Lagian ngapain sih keluar kamar pakai boxer doang. Nanti kalau tiba-tiba emak masuk gimana?"

"Tenang, pintu masih terkun....."

"Ipaaaaaah....." Tiba-tiba terdengar suara mak Bella sambil menggedor-gedor pintu.

"Tuh kan... sana bukain pintunya."

"Tapi yang, gue kan nggak pakai baju. Elo aja deh yang bukain pintu."

"Gue lagi manggang roti. Kalau hangus gimana?"

Terpaksalah Rizky yang membuka pintu dengan hanya menggunakan boxer. Setelah pintu terbuka Rizky langsung kabur ke kamar.

"Pah, kenapa laki lo nggak pake baju? Ah, emak tau nih. Kalian mau bikin cucu buat emak ya."

"Apaan sih mak. Lagian emak ngapain sih pagi-pagi kesini?"

"Tadi si bunda datang, bawa semur ayam dan telor balado buat bekal Iky. Kata bunda, kasihan kamu kalau tiap hari harus masak buat bekal Iky."

"Emak sudah sarapan?" Tanya Ifa. "Ipah buatin roti bakar ya."

"Nggak usah pah. Emak kagak bisa sarapan kayak bule gitu. Kagak nendang. Tapi kalau ada nasi uduk boleh dah."

"Emak mau nasi uduk? Iky beli sebentar ke depan komplek." Rizky yang sudah berpakaian rapi muncul dari kamar.

"Hehehe.. emak nggak pernah nolak rejeki pagi. Bilangin sama mpok Ika, nasi uduk buat mak Bella. Dia sudah hafal apa kesukaan emak."

Sepeninggal Rizky, emak menatap serius Ifa. "Pah, emak mau tanya sama elo. Jawab yang jujur ya."

"Nanya apaan sih mak? Kayak Fenny Rose aja."

"Elo bahagia?" Ifa terdiam. Bingung harus menjawab apa. Ia tak tahu bahagiakah perasaannya saat ini. Yang pasti ia menikmati kebersamaannya bersama Rizky saat ini. Walau tak pernah ada kata cinta terucap di antara keduanya.

"Ipah mau jujur sama emak. Ipah nggak tau apakah ini bahagia yang dirasakan. Yang pasti Ipah merasa nyaman berdekatan dengan dia."

"Elo cinta sama dia?"

Ifa kembali terdiam. Cintakah gue sama dia? "Apa itu penting mak? Toh sekarang Ipah sudah nikah sama dia. Kenyataan yang nggak bisa dirubah meski nggak ada cinta dalam pernikahan ini."

"Apakah dia cinta sama elo?"

"Ipah nggak tau mak. Dia nggak pernah menyatakan perasaannya."

Ganti kali ini mak Bella yang terdiam. Salahkah aku memaksakan pernikahan ini demi mencapai impianku, batin mak Bella.

⭐⭐⭐

"Assalaamu'alaikum. Yuhuuuu jeng Ulfa...." mak Bella siang itu berkunjung ke rumah besan.

"Eh, mak Bella. Masuk deh. Bentar ya, aku lagi masak rendang."

"Wah pas dong. Aku bisa icip-icip." Muka mak Bella langsung cerah dan langsung menuju dapur.

"Jeng Ulfa, aku mau tanya sesuatu nih." Mak Bella memulai percakapan sambil menikmati nasi hangat plus rendang yang baru matang. Hmm.. nikmaaat☺

"Serius amat mak. Kayak detektif Conan lagi cari info."

"Jeng Ulfa pernah tanya nggak gimana perasaan Iky ke Ifa?"

"Iky mah nggak bakal jawab kalau ditanya soal itu. Tapi aku tau gimana perasaan dia ke Ifa."

Flashback on

"Assalaamu'alaikum." Rizky baru pulang sehabis mengantar Ifa.

"Wa'alaikumussalaam," jawab bunda Ulfa yang sedang membaca Al Qur'an di ruang tamu. "Kok malam Ky pulangnya. Mampir kemana dulu?"

"Tadi nemenin Ipah ketemuan sama temannya."

"Ooh. Tapi kenapa muka kamu kok bete gitu? Capek?"

Rizky duduk disamping bundanya dan memeluk lengan bundanya sambil menyenderkan kepalanya ke bahu bunda Ulfa. Sebagai anak tunggal Rizky memang terbiasa bermanja-manja pada bundanya.

"Capek hati bun."

"Capek hati gimana?"

"Tadi habis ngeliatin orang ditembak."

"Ditembak? Mati?" Tanya bunda Ulfa kaget. "Kamu sudah laporin ke polisi?"

"Bukan ditembak beneran bun." Rizky tertawa geli.

"Lho tadi kamu kan yang bilang kalau ada orang yang ditembak. Sudah ditangkap belum penembaknya. Hati-hati kamu nanti jadi saksi lho."

"Aduh bunda.. maksud Iky tuh ditembak buat dijadiin pacar. Masa gitu aja bunda nggak tau. Emang jaman bunda dulu nggak ada istilah ditembak? Dulu ayah juga nembak bunda kan?"

Bunda Ulfa tersenyum dan mengangguk. "Siapa yang ditembak Ky? Ifa? Jadi tadi kamu nemenin dia ketemuan sama cowok yang nembak dia?"

"Iya bun."

"Ya ampun Ikiiiy... kok kamu mau-mauan sih." Bunda Ulfa terkekeh.

"Awalnya kan cuma mau ketemuan karena tuh cowok pengen ngomong sama Ifa. Sebenarnya Ifa sudah nolak buat ketemu, tapi Iky yang paksa buat tetap ketemu. Eh, nggak taunya tuh cowok nembak Ifa."

"Terus gimana Ifanya? Dia terima?"

"Belum sih bun. Ifa minta waktu."

"Terus kenapa kamu yang bete? Kamu cemburu?"

"Idih siapa yang cemburu. Biasa aja bun." Rizky langsung berdiri dan hendak masuk kamar namun tangannya ditahan oleh bunda Ulfa yang menatap mata anaknya dengan seksama.

"Apaan sih bun?" Rizky jengah ditatap penuh selidik oleh bundanya.

"Kamu suka Ifa?" Rizky menjawab dengan mengangkat bahu seolah tak peduli. Kemudian ia masuk ke kamarnya.

Bunda Ulfa tersenyum melihat reaksi Rizky. Rupanya anaknya memiliki rasa terhadap Ifa. Apakah itu cinta. Mari kita tunggu beberapa hari lagi, batin bunda Ulfa.

Beberapa hari kemudian, saat makan malam bunda Ulfa melihat wajah Rizky lebih bete dari sebelumnya. Hmm.. apakah itu artinya Ifa menerima cowok yang waktu itu menembaknya.

"Ky, besok malam ada acara nggak?" Pancing bunda Ulfa. "Tadi mak Bella minta tolong kamu buat antar Ifa belanja bahan-bahan kue. Mobil mereka dipakai Zayyan."

"Iky sih nggak ada acara bun. Mungkin malah si tengil yang punya acara. Besok kan malam minggu. Biar aja besok dia minta antar sama si Bule."

"Bule tuh siapa? Cowok yang waktu itu nembak Ifa?"

"Iya." Jawab Rizky pendek. Ada nada kesal dalam suara Rizky. Hmm, sepertinya dugaanku benar, batin bunda Ulfa.

Dua minggu kemudian saat bunda Ulfa masuk ke kamar Rizky, dilihatnya meja belajar berantakan. Banyak kertas-kertas dan foto-foto bertebaran di atas meja. Haduh anak lanangku kenapa sih? Biasanya dia apik lho. Bunda ulfa berniat merapikan, namun.....

"Bun... nggak usah dirapiin mejanya. Biar nanti Iky aja yang rapiin." Rizky yang baru datang langsung menghentikan niatan bundanya.

"Kamu habis ngapain sih? Kok tumben berantakan banget. Oh ya, kamu darimana?" Bunda Ulfa sempat melihat foto-foto itu adalah foto Rizky dan Ifa. Dan kertas-kertas yang berserakan bertuliskan nama Ifa.

"Habis dari kamarnya Ipah, bun."

"Hush.. kamu kok mainnya ke kamar anak perawan. Ora ilok.. bukan mahram."

"Tadi nggak cuma berdua kok bun. Ada teman-temannya Ipah. Meta juga ada."

"Oh ya, ada apa kok pada ngumpul?"

"Habis dengerin Ipah curhat sambil nangis-nangis. Tuh liat baju Iky basah karena dia nangis di dada Iky."

"Kenapa Ifa nangis di dada kamu? " tanya bunda Ulfa kepo. "Emang dia nggak malu nangis di dadamu?"

"Sudah biasa bun. Setiap kali dia putus sama cowoknya pasti deh nangisnya di dada Iky."

"Dia putus sama si Bule?"

Rizky tersenyum. "Iya bun. Baru tadi siang mereka putus. Gara-gara si Bule nggak sanggup menghadapi emak dan babe. Bunda tau sendiri kan gimana mak Bella kalo interogasi pacar anaknya. Polisi aja kalah."😄

"Kamu senang Ifa putus?"

Rizky hanya tersenyum. Bunda Ulfa sudah tidak membutuhkan jawaban lain. Fix, anaknya suka sama Ifa. Entahlah dia menyadarinya atau tidak.

Flashback off

Mak Bella melongo mendengar cerita bunda Ulfa. Oalah ternyata memang ada rasa tho, tapi belum pernah menyatakan langsung.

"Anak-anak kita kenapa nggak saling ngaku aja ya. Biar sama-sama enak." Mak Bella gregetan sendiri. Saking gregetan, mak Bella makan sampai nambah-nambah.😄

⭐⭐⭐

Hadeeeeuh apa susahnya sih saling jujur tentang perasaan masing-masing.

Penulis ikutan gregetan sama mereka berdua.

Jangan lupa vote dan comment ya

⭐⭐⭐⭐


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C20
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login