Download App

Chapter 37: Sindrom Cauvade

Dengan setia seperti kakak kandungnya Aksa menunggu Daniel di dalam mobil sambil membersihkan muntahan si Kudaniel di mobilnya menggunakan tisu kering dan tisu basah. Bos mana yang begitu murah hati membersihkan bekas muntahan anak buahnya.

"Dian, kalau ada yang mencariku, katakan aku sedikit terlambat karena harus ke klinik dulu!" Aksa menelepon sekretaris lainnya yang khusus menerima tamu untuknya.

Aksa masih menunggu Daniel. Sekarang situasinya kurang lebih seperti Aksa supirnya dan Daniel bosnya. Tapi Aksa sepertinya cuek saja. Selama Daniel tidak menyalahgunakan kebaikannya itu. Sambil menunggu, Aksa gunakan waktunya untuk mencoba mengontak Mr Zayyed lewat asisten pribadinya. Aksa ingin cepat menyelesaikan urusan investasi itu dengan Mr Zayyed, agar ia jauh lebih tenang. Dan juga tidak terus dironngrong neneknya.

"Oke Mr, nanti hubungi saya lagi jika Mr Zayyed sudah mempunyai jadwal bertemu," katan Aksa kemudian menutup panggilannya dan berbarengan dengan kembalinya Daniel ke dalam.

"Lho Pak sudah dibersihkan toh?" tanya Daniel tidak enak hati. Bahkan aromanya sudah berganti lebih segar, karena Aksa sudah menyemprotkan wewangian buah-buahan di dalam mobil.

"Hemmm, kau punya hutang budi padaku, nanti kalau aku sakit, kau yang harus mengurusku, termasuk jika nanti aku sakit tidak bisa jalan, kau harus mengurus kencing dan empupku!" kata Aksa cuek.

Daniel langsung ingin muntah lagi ketika dia mendengar ucapan Aksa dan otomatis membayangkan dia harus mengurusi Aksa yang kencing dan empup di tempat tidur dan dia harus mengurus itu semua. Dan itu tidak sebanding dengan yang dilakukan Aksa padanya.

"Itu namanya tidak adil Pak, Bapak hanya mengurus muntahan dari mulutku, sementara Bapak mengharapkan balasan aku mengurus muntahan Bapak dari ..... ah tidak mau Pak ... ogah ..." tolak Daniel mentah-mentah.

"Hehee, ogah juga aku sakit sampe ga bisa jalan. Jangan sampelah!" kata Aksa cekikikan.

"Kan ada istri Bapak yang ngurus!" sanggah Daniel.

"Iya ...."Aksa kemudian melajukan mobilnya menuju tempat kerja mereka.

Daniel masih terlihat pucat meskipun sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Kau sakit apa, tadi dokter bilang apa?" tanya Aksa penasaran.

"Kecapean bekerja karena terus diforsir bosnya, dan kata Dokter juga aku kurang vitamin B dan vitamin P?" jawab Daniel sambil mengurut keningnya yang mulai pening juga.

"Vitamin P?" kata Aksa heran. Kalau vitamin B dia tahu, nah vitamin P apaan? Dia baru mendengarnya.

"Apa tadi kecapen bekerja karena diforsir, kamu boong kan? Mana mungkin Dokter bilang begitu. Kamu cuma ngada-ngada Niel," Aksa sedikit tak enak.

"Adeeeuh, mana mungkin aku bisa kibulin bos ," gumam Daniel dalam hati.

"Loe punya penyakit biri-biri karena kekurangan vitamin B, dan penyakit pe'a karena kekurangan vitamin P?" tebak Aksa asal sambil tertawa-tawa.

"Aku Bete karena kekurangan Vitamin B (Belanja), dan aku Patah hati karena kekurangan vitamin P ( Pacaran)," jawab Daniel.

Tak ayal membuat Aksa tak bisa menahan tawanya.

"Busyeet kau benar-benar ya Niel, parah kamu ...." Aksa masih menertawakan Daniel.

"Jadi sebenarnya penyakit loe itu adalah sindrome KB sama kayak aku nih," kata Aksa sampai merasakan kram di pipi karena menertawakan Daniel.

"Kita punya Sindrome KB apa maksudnya, Keluarga Berencana?"tanya Daniel sedikit heran.

"KB, Kangen Berci*nta ... Hahaaha." Aksa tak malu-malu membahas itu di depan Daniel. Memang benar rasa kangen dengan istrinya Hana itu membuat semua kepala di tubuh pening dan berkedut apalagi kepala yang di bawah. (Tak usah dibahas detail, mungkin paham reader juga).

"Pak, maksud Bapak apa? Jangan meledek saya yang jomblo, Bapak enak kalau KB tinggal nyamper bini di LA. Nah aku KB bisa-bisa dikeplak Intan."

"O o ... jadi kamu benar KB sama Intan ni yeee. Awas loe ... dia bukan sembarangan wanita yang bisa didapatkan." Aksa masih saja tertawa membahas Daniel yang bucin.

Daniel hanya bisa mengurut dada dan sabar menerima segala bentuk ocehan bosnya tentang perasaan aneh yang menganggunya selama sebulan lebih ini.

Aksa menghentikan laju mobilnya karena lampu merah. Dekat trotoar Daniel melihat ada seorang tukang rujak gerobak yang mangkal. Sekonyong-konyong Daniel menahan air liurnya manakala melihat deretan mangga yang sudah dikupas di pajang dengan warna kuning menggoda.

"Pak -Pak ... tunggu ya !" Daniel kemudian membuka jendela mobil dan berteriak memesan satu porsi rujak mangga plus bumbu rujaknya yang sangat super pedas.

Aksa aneh melihat Daniel yang tak biasanya membeli rujak, dan apa tadi apa dia tak salah dengar. Super pedas. Daniel makan makanan yang pedas saja dia sudah tak kuat dan menyerah. Ini dia pake sok-sok an memesan rujak dengan sambal yang pedas. Aksa curiga kalau sebenarnya rujak itu dia pesan untuk dirinya. Karena dulu dia pernah mengerjai Daniel makan seblak dengan level pedas yang lumayan.

Satu porsi rujak mangga sudah berada di tangan Daniel sekarang. Aksa mulai waswas pasti sebentar lagi Daniel akan memberikan rujak itu padanya.

"Nyam nyam ....shhhh hah .... ssshh ...gila seger banget ... langsung hilang mualnya. Pak mau enggak nih, seger banget mangga sama bumbu rujaknya."

Aksa ternyata salah sangka. Dan dia begitu terkejut melihat Daniel yang sedang asyik makan mangga tanpa merasakan pedas sekalipun. Alis sebelah kanan Aksa langsung terangkat melihat perubahan wajah Daniel yang seketika segar bugar saat memakan rujak mangga itu.

"Ini aneh, kok perasaan familiar banget nih kelakuan Daniel," batin Aksa dalam hati. Kemudian dia langsung teringat ketika dia mengalami sindrom cauvade saat Hana hamil Baby-nya dulu.

"Jangan-jangan dia ..." pikir Aksa sambil menatap wajah Daniel yang terlihat menikmati rujak mangga itu. Persis seperti ibu-ibu yang sedang ngidam.

"Niel , gawat ... ini gawaat!" kata Aksa mulai panik saat dia menyadari sesuatu yang tidak disangka-sangka.

"Apanya Pak yang gawat?" tanya Daniel langsung melihat ke depan mobil. Takutnya bosnya itu menabrak nenek-nenek yang sedang menyebrang, atau dia melihat kerusuhan atau tawuran antar pelajar di jalan. Tapi dia tidak menemukan sesuatu yang gawat yang seperti Aksa sebutkan tadi.

"Mana Pak yang gawat?"tanya Daniel. Aksa langsung menghentikan mobilnya di bahu jalan. Dan langsung menatap wajah Daniel lekat-lekat. Aksa melihat kedua mata Daniel yang polos itu. Dia tidak sadar kalau dia sebentar lagi akan mendapatkan masalah besar.

Melihat Aksa yang cuma menatapnya dengan tatapan kosong. Dengan cueknya Daniel menyuapkan sepotong mangga lagi dengan bumbunya ke dalam mulutnya dan mengunyahnya seolah sedang menggoda selera Aksa dengan rujak mangganya.

"Kau sudah menghamili Intan!" kata Aksa tajam.

"Bppppruhhhh ....huk ..huk ." Kunyahan mangga yang barusan digiling gigi Daniel sukses besar menyembur ke arah wajah Aksa. Saking kagetny dengan ucapan bosnya itu.

Sementara Aksa dia kaget wajah tampannya kena semburan muntahan rujak Daniel.

"Danieel .... tadi kamu muntah di jok mobilku, sekarang kau muntah di depan wajahku ...!" teriak Aksa kesal.

*Bersambung

Hai para pembaca yang kece, jangan lupa untuk memberikan dukungan vote Power Stone yang banyak, berikan komentar di chapter ini. Yang belum review please luangkan waktunya untuk memberikan rating bintang lima. ^.^ Terimakasih


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C37
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login