Download App

Chapter 3: A.3 THE BASTARD BOSS

Bella berdiri mematung, syaraf-syarafnya seakan lumpuh seketika, bibirnya bergetar tak teratur, kakinya lemah seperti ubur-ubur, rasanya seperti akan runtuh gedung bertingkat ini. Ia tidak salah, lelaki yang duduk di meja kehormatan sana adalah lelaki yang sama dengan lelaki brengsek yang melecehkannya dengan cara mencium di tengah jalan tadi pagi. 

Empat jam lalu saat Ia menyeberang jalan di lampu merah, tiba-tiba disergap seseorang dari belakang lalu pipinya dilumat begitu saja. Bella hampir mati karena jantungan tapi untungnya gerakan refleksnya untuk menginjak sepatu lelaki itu menolongnya. Jika tidak, mungkin saja Ia sudah diculik. Tak ada yang menolongnya pagi tadi karena semua manusia sibuk mengurusi dirinya sendiri. Hanya Alanis yang menenangkannya via telepon.

"Kau?" Ucap lelaki itu lebih dahulu mengungkapkan keterkejutannya. Tak hanya Bella, Vincent juga terkejut bukan kepalang ternyata gadis yang tadi pagi sempat membuatnya dimabuk kepayang dalam hitungan detik, tak lain adalah calon karyawannya.

"Iya, Pak. Ini saya," tanggap Bella dengan kepercayaan diri penuh. 

"Kau, Kau yang tadi pagi jalan kaki? Jadi …." Vincent berusaha menyangkal kenyataan di depannya. Tapi meskipun Ia menyangkal sekuat apapun, kenyataan tetap kenyataan dan Ia adalah pihak yang bersalah.

"Ya, Bapak telah mempermalukan diri Bapak sendiri di depan umum," Bella memutar balikan fakta. Anggap saja CEO di hadapannya yang mempermalukan dirinya sendiri, bukannya Bella yang dipermalukan.

Entah mendapat kekuatan dari mana, sekarang Ia memilih untuk menghadapi pelaku pelecehan seksual dari pada menghormati seorang petinggi perusahaan yang akan menyeleksinya. Pandangannya penuh dengan kebencian kepada lelaki itu, Ia duduk tanpa basa basi lalu menunggu apa yang lelaki itu ucapkan lagi.

"Kau tidak punya sopan santun sama sekali, siapa namamu?" Ucap Vincent berusaha menegur wanita di depannya. Bukan menegur, lebih tepatnya mengintimidasi demi menutupi kelakuan bejatnya tadi pagi. Tapi sayangnya, Bella tidak gentar sedikitpun. Ia malah menyeringai meremehkan usaha lelaki di depannya.

"Apa Bapak tidak bisa membaca isi data itu? Bapak tidak perlu repot-repot menanyakannya kepada saya," jawab Bella sembari meletakkan map coklatnya dengan kasar di meja Vincent. 

"Orang kasar dan sesukanya sendiri sepertimu tidak pantas menjadi sekretaris, Zhavia Arabella," ujar Vincent. Demi apapun, lelaki di depan Bella sangat menyebalkan.

"Orang mesum dan bodoh seperti Bapak juga tidak pantas menjadi CEO!" Arabella menanggapi tuduhan Vincent.

"Mesum tidak berpengaruh bagiku untuk turun dari jabatan CEO dan tidak ada hubungannya dengan lamaran kerjamu. Aku tidak punya alasan untuk menerimamu di sini," tukas Vincent. 

"Bapak telah melakukan pelecehan seksual kepada saya. Kalau Bapak tidak menerima saya sebagaikaryawann di perusahaan ini, maka Bapak harus menerima konsekuensinya. Saya akan memviralkan kelakuan Bapak dan nama baik perusahaan ini akan tercemar dengan sangat cepat. Ingat, Bapak pasti punya musuh bisnis yang Bapak takuti," ujar Bella. 

Vincent terdiam beberapa saat, Ia memang memiliki kekuatan raksasa di perusahaannya, tapi di luar sana Ia juga memiliki musuh yang tidak kalah besarnya. Mungkin saja jika Bella menyebarnya di media sosial, mata-mata perusahaan lain yang mengetahuinya akan membantunya mem-blow up kelakuannya, membantu Bella memviralkan kelakuan calon penerus Muktiningjaya.

"Oleh karena itu, Bapak harus menerima saya," sambung Bella setelah Vincent belum juga menanggapi permintaannya.

"Kenapa?" Tukas Vincent.

"Karena saya membutuhkan pekerjaan. Atau Bapak lebih memilih jika saya memviralkan kelakuan Bapak tadi pagi? Saya bisa meminta rekaman CCTV ke Polsek," ucap Bella.

"Kau bisa diterima di sini dengan satu persyaratan," putus Vincent pada akhirnya.

"Apa itu?" Bella tak mau mundur, namun tidak juga beriktikad untuk memperbaiki sikapnya pada lelaki di depannya. 

"Kau masih ingat apa yang Kau terima tadi pagi?" Ucap Vincent diiringi seringai licik.

Melihat perangai Bella yang sangat angkuh dan keras, Ia memiliki asumsi bahwa wanita itu memiliki sisi binal dan sangat membuat Vincent terangsang. Hampir saja Vincent membayangkan yang tidak-tidak.

"Jadi, Bapak akan menciumku lagi?" Bella tidak percaya mengatakan itu. Laki-laki yang menduduki kursi CEO di perusahaan ini sudah gila rupanya. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Ia akan berhadapan dengan orang-orang kaya seperti yang ada di novel. Bella kira, kisah CEO muda dan berakhlak bobrok itu hanya ada di novel saja, nyatanya tidak.

"Ya, aku akan melakukannya lagi," ucap Vincent tanpa berlama-lama.

"Saya tidak mau diperlakukan seperti wanita murahan," jawab Bella tegas.

"Oh, jadi benar Kau wanita murahan?" Vincent tertawa membayangkan bahwa perkiraannya benar wanita yang dandanannya norak ini sebenarnya adalah wanita kelab atau karaoke plus plus.

"Saya bilang saya bukan wanita murahan!" Bella menggebrak meja, kemarahannya memuncak. 

Sebuah penghinaan yang sangat rendah bagi dirinya ketika Ia dinilai sebagai wanita murahan dan menjadi objek fantasi lelaki hidung belang seperti yang ada di depannya. Bella tak pernah sekalipun melakukannya bersama siapapun, meskipun Ia tahu karena sekarang akses informasi sudah sangat mudah. Bella hanya tahu dari film-film romansa dewasa di netflix.

"Dengarlah Pak Vincent Muktiningjaya, saya ke sini untuk melamar pekerjaan di perusahaan Bapak. Bukan untuk bersenang-senang seperti yang Bapak kira," desis Bella. Lelaki itu akhirnya berhenti tertawa.

"Saya hanya memberikan pekerjaan kepada orang-orang yang berkompeten saja," tanggap Vincent dengan santai. Bella semakin kesal karena Ia rasa Vincent meremehkan kopetensinya.

"Saya telah melewati tiga tahap tes dan itu sudah cukup membuktikan kemampuan saya, Pak. Karena Bapak telah berbuat dosa kepada saya, maka di tahap ini saya minta Bapak menebusnya dengan meloloskan saya tanpa alasan apapun," otot Bella.

"Baiklah, Sayang." 

Vincent berdiri dan dengan gerakan tiba-tiba Ia sudah kembali mendaratkan bibirnya ke wajah Bella. Kali ini tepat di bibir merah itu. Tangannya menangkup erat tengkuk Bella dan menjadikan gadis itu tidak bisa mengelak. Kecupan demi kecupan Vincent berikan secara sepihak kepada Bella.

"Oh, Kau menikmatinya?" Vincent berhenti untuk mengambil nafas dan Ia mendapat fakta bahwa Bella tidak menolaknya.

"Tidak," sangkal Bella. Ia membiarkan Vincent melakukan itu karena Ia yakin Vincent akan memberinya pekerjaan kali ini.

"Kau tidak menolak," ujar Vincent.

"Itu karena saya butuh pekerjaan," jawab Bella mengingatkan janji yang Vincent ucapkan barusan.

"Siapa bilang saya akan memberi pekerjaan hanya karena Kau memperbolehkan diriku menciummu?" seringai Vincent.

"Anda sangat licik, Pak!" Geram Bella. Sekarang Ia benar-benar marah, kecewa, dan malu. Dugaannya salah besar, padahal Ia tadi mendengar sendiri bahwa Vincent akan memberinya pekerjaan jika dirinya memperbolehkannya mencium lagi.

Bella sangat kecewa, pandangannya tertuju pada laptop yang masih menyala di meja Vincent. Mungkin sangat adil jika Ia membantingnya saja. 

"Jangan," seru Vincent. "Baiklah, besok pagi Kau mulai bekerja," akhirnya Vincent menyerah.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login