Download App

Chapter 6: A.6 THE RIDICULOUS LIE

"Bella …." seru Vincent. Geisha juga sempat melihat wanita itu dengan jelas. Namun Bella lebih dulu berlari sekencang mungkin sebelum keduanya menghentikannya. 

"Bella? Oh, jadi jalang itu yang tidur bersamamu? Ya ampun Vincent, sudah kubilang jangan tidur sama karyawan. Aku tidak bermaksud campur tangan kepadamu, Vin. Tapi ini semua bisa menghancurkan dirimu, risikonya terlalu besar," ujar Geisha sembari mengenakan kembali semua pakaiannya.

"Kau tidak punya hak untuk mengaturku, Geisha," tanggap Vincent. 

"Tentu saja, aku hanya memberi saran. Tapi terserah dirimu akan memilih menghancurkan karirmu atau tidak," Geisha menggelengkan kepala.

"Meniduri karyawan itu tidak ada bedanya dengan meniduri wanita lain di luar sana dan aku akan tetap seperti ini-ini saja, duduk di atas kursi sambil memelototi layar komputer," bantah vincent. 

"Kau sekarang sedang berada di atas awan, suatu hari nanti Kau akan merasakan betapa susahnya mencari pekerjaan," ucap Geisha.

Vincent membiarkan langkah Geisha menjauhi dirinya lalu menutup pintu dari luar. Alih-alih mencerna ucapan Geisha, Vincent justru penasaran mengapa Bella tiba-tiba mengunjunginya tadi dan. Ia menyesal telah memperlihatkan dirinya sedang berhubungan badan bersama Geisha di depan Bella. Gadis itu pasti cemburu.

Vincent terpaksa berbohong kepada semua orang bahwa malam itu Ia telah tidur dengan gadis yang diciumnya di lampu merah. Itu semua karena awalnya malam itu Vincent menghindari teman-temannya yang semakin brutal kelakuannya. Dengan kepercayaan yang penuh, Ia berkata bahwa Ia ada kencan dengan gadis tersebut. Sebuah kebohongan yang sempurna, semua orang percaya kepada Vincent termasuk Geisha.

"Hallo," Vincent mengangkat telepon Tommy.

"Hallo, Vin. Kau keluar malam ini?"

"Keluar, tapi tidak bersamamu. Kau kesepian?" jawab Vincent percaya diri diiringi tawa mengejek.

"Oh, tentu saja tidak. Justru aku akan mengajakmu pergi ke kelab. Sekarang sudah ada Farel dan Gerry. Tinggal Kau yang belum ke sini," ucap Tommy.

Oh, shit. Vincent sudah kapok melakukan permainan gila seperti kemarin lagi. 

"Maaf, Tom. Tapi sepertinya aku lebih beruntung malam ini," ucap Vincent.

"Kau bersama wanita?"

"Tentu saja," jawab Vincent asal-asalan. 

"Oh, bersenang-senanglah, Vin," ujar Tommy. "Eh, omong-omong anak mana yang Kau tiduri?"

"Kau ingat gadis di lampu merah yang kucium kemarin, Tom?" Ucap Vincent menjawab dengan absurd pertanyaan temannya.

"Kau gila, Vin!" Pekik Tommy di seberang sana. Vincent tertawa mendengar keterkejutan Tommy.

Pada faktanya Vincent hanya duduk terdiam di rumahnya sambil mencari tahu tentang Bella. Tapi yang Ia dapatkan hanya foto-foto selfie-nya di Instagram yang membuatnya semakin frustasi. Melihat fotonya saja membuat Vincent tegang, Ia tidak akan kuat jika tidak segera menutup fitur search di Instagramnya. Lebih baik Ia meminta orang kepercayaannya untuk mengulik siapa Bella sebenarnya. 

"Pak Vincent," suara sekretarisnya membuyarkan lamunannya. 

"Iya? Gimana, ada yang menarik?" tanyanya. Ia tengah meminta sekretaris pribadinya untuk mencari tahu tentang Bella, gadis yang membuatnya tidak bisa menahan diri sejak peristiwa di lampu merah.

"Nona Zhavia Arabella memiliki adik tiri bernama Milla. Milla bersekolah secara homeschooling dan saat ini Ia masih pendidikan setara SMP. Nona Zhavia Arabella fresh graduate dengan predikat Cumlaude. Tentang orangtuanya belum diketahui, rupanya mereka adalah orang penting, Pak," ucap Chelsea, sekretaris pribadinya. 

"Tentang kuliah Bella?"

"Segera saya dapatkan, Pak," jawab Chelsea.

"Cari tahu juga tentang Milla dan orangtuanya," ujar Vincent. 

Karena Vincent menemukan Bella di lingkungan kerjanya, Ia merasa harus berhati-hati jika mau tidur dengannya. Jangan sampai nanti kenikmatan semalam yang Vincent dapatkan justru menjadi bumerang. Berbeda ketika Ia menemukan wanita di kelab malam atau lewat jasa mucikari, Ia akan merasa aman-aman saja.

Saat Ia keluar dari lift di lantai satu, Ia melihat Bella sedang menuju ke ruang arsip. Kebetulan sekali. Vincent langsung memangilnya dan gadis itu refleks menoleh. 

"Bisa kita bicara?" Ucap Vincent tanpa basa-basi.

"Bisa. Kita bicara di mana, Pak?" Ujar Bella berlagak sopan karena menjaga image di depan teman-teman. Karyawan lain yang mendapati CEO-nya ingin bicara dengan Bella segera mengambil alih tablet yang digunakan untuk mencatat barang yang akan diarsipkan nanti. 

"Terserah, aku ikut Kau saja," jawab Vincent. Jawaban paling menyebalkan bagi Bella.

Sambil wajah bersungut, Bella membawa Vincent ke kafetaria yang tentu saja agak sepi karena bukan jam istirahat karyawan. Bella menarik kursi dengan kasar untuk duduk dirinya.

"Mau bicara apa, Pak?" Tanyanya dengan ketus.

"Tentang menjelang siang tadi," jawab Vincent.

Bella tahu ke mana arah pembicaraan itu, Ia berdecih sembari menggelengkan kepala. Dasar bos mesum, batinnya.

"Apa Kau cemburu?"

"Aku jijiik, Pak. Bukan cemburu," jawab Bella dengan kesal. Vincent tertawa terbahak-bahak. Sia-sia Bella menyempatkan waktu dan meninggalkan pekerjaannya hanya untuk membicarakan hal menjijikkan seperti ini. 

"Tidak ada yang lucu dari adegan seks bebas di tempat kerja, Pak. Apakah etika kerja di kantor ini tidak berlaku bagi CEO?" cibir Bella. Vincent semakin tertawa.

"Tapi saya menikmatinya, Nona Bella," ujar Vincent. 

Bella terkejut dengan ucapan Vincent. Alih-alih menyesal, Vincent malah menanggapinya dengan santai seolah Ia sengaja mengajak dirty talk di tempat umum.

"Apa Anda seorang ekshibisionis, Pak?" Tanya Bella.

"Oh, Kau membicarakan salah satu kesukaanku, Bella. Ternyata saya tidak salah mengajakmu bicara sekarang," ucap Vincent. 

Sangat menjengkelkan, tanpa berbasa-basi pun Bella segera beranjak dari tempat duduk dan bermaksud pergi secepat mungkin.

"Mau ke mana? Kita belum selesai bicara," Vincent memegang lengan Bella dan membuat gadis itu hampir terhuyung.

"Saya ada banyak pekerjaan, Pak," seru Bella.

"Saya yang mimpin perusahaan ini, tenang saja. Kau, tidak perlu takut dipecat hanya karena meninggalkan pekerjaanmu sejenak," ujar Vincent.

Bella memutar bola matanya kesal. Apa lagi maunya orang ini, apakah Ia tidak ada pekerjaan lain selain menggoda dan bermain wanita? 

"Ada hal penting yang perlu kita bicarakan lagi, Pak?" Bella berusaha mengontrol emosinya agar tidak naik darah.

"Tadi mengapa Kau masuk ke ruangan saya begitu saja?" Tanya Vincent dengan nafa menyalahkan Bella. 

"Saya mau mengantarkan berkas yang harus ditandatangani waktu itu juga, tetapi sekretaris Anda tidak mau melangkahi keputusan Anda," jawab Bella dengan ketus.

Unfortunately, Bella malah menemukan CEO-nya sedang doggy style dengan tubuh indah wanita panggilannya. Bella merasa terkejut, jijik, sekaligus kecewa melihat Vincent melakukan hal demikian dengan jalang itu. Perasaan campur aduk yang sangat membingungkan, rasanya mata Bella sudah ternodai oleh adegan porno secara langsung.

"Oh, kukira Kau sengaja ke ruanganku untuk melanjutkan hal kemarin," ucap Vincent.

"Hal kemarin?" Bella dibingungkan oleh ucapan Vincent yang tidak lengkap.

"Ciuman kita, Kau sudah lupa? Apa perlu kuulangi agar Lau mengingatnya kembali?" 

"Pak Vincent!" seru Bella.

Vincent tertawa melihat Bella geram, Ia rasa Ia telah berhasil mempengaruhi Bella. Semakin Bella jengkel mendengar ucapannya, itu berarti Bella telah menganggap ucapan Vincent serius.

*** 


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C6
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login