Download App

Chapter 5: 5. Sakit Dompet

Micro rusak.

Leo benar-benar harus menahan diri agar tidak mengamuk. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan.

Robot yang susah payah ia kembangkan—perpaduan antara teknologi dan rune—harus mengalami beberapa kerusakan karena serangan yang dilakukan oleh Ayah Angkat Naganya—oh, benar. Ayah angkat. Ahahahaha! Sungguh, Leo benar-benar ingin tertawa, sekaligus menangis. Bila bukan karena melihat Naga Perak yang menganggapnya anak dan fisik tubuh ini yang lemah, Leo benar-benar ingin menjentukkan kepala ke dinding dan berteriak: What the—umurnya sudah lebih dari seratus tahun dan dipanggil Baby?! Bukankah ia lebih pantas dipanggil Kakek Buyut?!

Leo merinding. Sumpah, ia jijik. Namun tetap menahan diri dan berekting sok manis dan sok menjadi bocah polos. Beruntung, bahan yang diperlukan untuk memperbaiki Micro ada di dalam Ruang Jiwa dan ia bisa memperbaikinya.

Mendapati bahwa Micro tidak berfungsi dengan baik kembali, Leo melemparkan benda itu ke dalam Ruang sambil menunggu waktu yang tepat untuk memperbaiki. Yah ... meski si kecil selama ini tergantung dengan perawatan Micro, Leo tidak terlalu khawatir. Tubuh ini memang masih batita, tetapi setidaknya sudah bisa berjalan sendiri ke WC dan ke kamar mandi. Namun sekarang ...

Di sini, Leo benar-benar harus menahan diri agar tidak mengumpat.

Naga Perak, yang dengan aneh bin ajaib menganggapnya anak, hanyalah seekor hewan dari zaman batu.

Bagaimana tidak?

Setelah mengindentifikasi dirinya sebagai anak, sosok Naga berubah wujud menjadi humanoid. Berubah menjadi seorang pria tinggi berambut platinum dan bermata emas dengan tubuh kekar dan telanjang! Hell!!! Telanjang bulat! Tidak ada rasa malu dari ekspresi pria berwajah tampan itu. Seringai konyol yang merekah di bibirnya memudarkan ketampanan sang Naga. Dengan idiot, Naga humanoid itu berkata, [Baby, lihat? Kau dan aku sangat mirip ... kau adalah Naga kecil yang imut.]

Leo benar-benar dibuat kehilangan kata-kata mendengarnya.

Maaf, Nak? Apakah kau buta? Bahkan sosok humanoid mereka sudah sangat berbeda! Manusia tidak memiliki ekor naga berwarna platinum di belakangnya sepertimu! Mereka juga tidak memiliki sepasang tanduk di atas kepalanya sepertimu! Leo ingin mengumpat, tetapi mendadak tubuhnya kaku.

Satu, tidak memiliki rasa malu.

Dua, tidak bisa membedakan spesies.

Tiga, mengumpulkan berbagai macam telur busuk di ruangan yang lembab dan dingin.

Empat, tidak menggunakan Bahasa Persatuan.

Dari keempat hal ini, ditambah senyum konyol dan kepercayaan diri yang aneh, Leo bisa menyimpulkan bahwa ini benar-benar Naga Idiot. Ada masalah dengan kepalanya, mungkin karena terbentur sesuatu sehingga tidak memiliki IQ sama sekali dan berubah menjadi Naga primitif?

Sayangnya, Naga ini sangat kuat. Keturunan Naga Perak level 9 puncak, hanya sedikit lagi mencapai level 10. Oh, sungguh, berapa banyak Kesatria yang berhasil memasuki level 9? Mereka bisa dihitung dengan Jari di seluruh galaksi! Entah Leo harus merasa beruntung atau merana karena bertemu dengan Naga aneh ini.

Karena itulah sekarang Leo di sini. Duduk manis diatas tumpukan jerami yang telah ditutupi dengan kulit binatang, terlindung di dalam gua yang hangat dan tidak lembab. Namun sepasang kelereng ocean itu menatap kosong ke depan. Memandang seekor hewan yang telah mati dan masih mengeluarkan darah segar tepat di luar wilayah 'kasur'nya yang berukuran king size.

Seekor hewan menyerupai kuda dengan bulu seputih salju tergeletak di sana. Lehernya patah, mengeluarkan darah segar berwarna keperakan selayaknya sebuah timah cair. Di atas kepala yang ditumbuhi rambut putih, Leo bisa melihat sebuah tanduk yang mencuat ...

Unicorn.

Dalam perskeian detik, hanya dengan sedikit lirikan, An Leo mengenalinya.

INI UNICORN!!!

Leo menarik napas dan menghembuskan dengan kasar. Mendadak ia merasa sesak napas. Jantungnya berdegup—sakit. Sungguh, sangat sakit melihat Unicorn dengan mudah dibunuh dan sekarang dipersembahkan didepannya!

Tidak tahukan bahwa ia sangat sulit untuk menernakkan hewan ini?! Unicorn adalah hewan yang lembut dan penakut! Mereka mudah setress! Bila salah sedikit merawat, hewan ini akan memilih bunuh diri karena setress! Sangat sulit mengembang biakkannya! Belum lagi, umur mereka untuk mencapai kedewasaan adalah 50 tahun!!! 50 TAHUN!!!

Leo membuka dan menutup mulut. Napasanya semakin cepat—menatap pucat unicorn dewasa yang diperkirakan berumur lebih dari 100 tahun ...

Astaga ...

Demi apapun ...

Ini Unicorn dewasa—unicorn yang berkemungkinan akan bisa berkembang biak dan matang sehingga bisa memproduksi unicorn-unicorn kecil ...

[Baby, meski rasanya tidak terlalu enak, tetapi dagingnya sangat lembut dan bisa membuatmu kuat] tanpa dosa, sosok pria tinggi berjalan naik ke atas lapisan kulit dan meraih batita kecil yang sejak tadi tidak berbicara. Ia dengan lembut menggendong si kecil dan menempatkannya di pinggir kasur.

[Mereka sangat lincah dan sulit ditemukan, untungnya, Papa menemukan satu.]

MENEMUKAN SATU GUNDULMU!

Ada nada bangga yang terdengar dari Pria itu, tetapi Leo yang mendengarnya, menahan diri untuk tidak mengumpat. Sepasang iris biru masih menatap ke arah Unicorn dengan pandangan kosong, lalu beberap detik kemudian, menggeretakkan gigi.

Tentu saja membuat Kuat! Darah dan daging Unicorn berguna untuk menstabilkan energi! Oh, pantas saja Naga ini begitu kuat—sudah berapa banyak hewan ajaib dan semua hal baik yang ia pelihara, berakhir di perutnya?! Lalu Naga ini, dengan mudah dan polosnya, memakan mereka tanpa membayarnya?!

Tidak ada bayaran sama sekali untukku—pemilik Planet ini?!

Leo ingin mengumpat.

Sungguh, ia benar-benar ingin mengumpat.

Karena seorang batita yang lucu tidak bisa mengumpat dengan mulut cadelnya, dengan wajah merah marah, si kecil meraih tangan besar penuh otot lalu tanpa ragu membuka mulut dan menggigitnya!

Rasakan! Rasakan! Rasakan! RASAKAN!

Pria perak terkejut. Sepasang iris emasnya menatap bayi kecil yang dengan rakus menggigit lengannya. Gigi susu yang putih dan kecil, sedikitpun tidak menyakitkan atau bahkan memberikan efek gatal.

Gigitannya sangat lemah ... tetapi kenapa ia digigit? Apakah bayinya sangat lapar? Cosmos panik, buru-buru menarik tangannya dari jangkauan mulut si kecil—takut bila ia menyakiti bayi lemah yang baru saja menetas.

[Baby, sabar ... mulutmu tidak apa-apa?]

INI SAKIT, SIALAN!

Leo benar-benar ingin menangis. Oh, sungguh, kenapa kulit Naga sangat keras sehingga membuat giginya sakit?!

Mengangkat si kecil dari kasur dan memeluknya, dengan canggung tangan besar itu menepuk-nepuk punggung si kecil yang gemetar. [Gigitanmu sangat lemah ... bagaimana bila meminum darahnya saja?]

Tawaran itu membuat Leo berhenti bergetar. Wajah kecil itu memucat sempurna. Refleks, Leo mendongak—menatap tidak percaya ke Naga yang masih memiliki fitur wajah antara Remaja dan Dewasa.

[Minum ... dalah?] ucapnya—tidak percaya dengan pemikiran ekstream sang Naga. Bahkan untuk bahasa Naga, lidah pendek itu masih membuat suaranya tidak jelas dan cadel. Mendengarnya, membuat Leo merasa kesal. Itu sebabnya ia lebih banyak diam ketimbang mengungkapkan auman kemarahan. Namun sekarang, Leo benar-benar tidak bisa diam sama sekali.

Pria berambut platinum itu jelas merasa tidak terganggu. Sebaliknya, sepasang iris emas dengan pupil vertikal itu bersinar terang—senang bukan main mendengar suara lembut kekanakan sang batita. Buru-buru, sosok itu menempatkan sosok kecil di pangkuannya dan hanya dengan gerakan jari, gumpalan cairan perak selayaknya timah melayang-layang di udara dan mendekati mereka.

Wajah Leo semakin memucat.

Naga ini benar-benar berniat menyuruhnya meminum darah!

[Papa!] Leo langsung berbalik menghadap sang Naga. Tangan kecil montoknya menempel di dada bidang pria yang bertelanjang bulat itu. [Papa tidak memacaknya?] tanyanya cemas—mengabaikan fakta bahwa ia dipeluk dan duduk di pangkuan sosok yang tidak mengenakan sehelaipun pakaian.

Lupakan. Dalm hitungan menit setelah melihat wujud humanoid naga ini, Leo sudah memberikan sugesti kepada dirinya sendiri. Mereka sama-sama lelaki, Leo tidak perlu ambil pusing. Naga ini juga jelas tidak memiliki rasa malu, lalu kenapa ia harus mempertanyakan rasa malu di hadapan sosok kuat primitf ini?

Sepasang kelereng emas menatap bingung putranya. Kosa kata itu agak ... berbeda. Ia tidak bisa mengerti.

[Memacak?]

[Um!] Leo mengangguk. Walau primitif, setidaknya ia tidak akan memakan makanan mentah kan? Sungguh, Leo tidak mau memakan daging mentah meski itu adalah Unicorn! Ia masih sayang nyawa! Energi di dalam daging dan darah Unicorn sangat besar, tubuhnya yang sekarang tidak bisa memakannya secara langsung bila tidak ingin meledak! [Baby mau daging macak!]

Hewan apa itu macak?

Cosmos benar-benar tidak tahu apakah ada hewan bernama Macak, tetapi melihat bahwa si kecil benar-benar ingin memakan daging hewan itu ... oh, ia tidak bisa mengecewakan si kecil! Coba lihat mata bulatnya yang penuh harap, bagaimana mungkin ia bisa mengecewakan bayi kecilnya ini?

[Oke] Cosmos setuju—sukses membuat Leo menghela napas lega di dalam hati. [Tapi Baby minum darah ini dulu, nanti Papa coba cari Macak.]

Leo kaku. Mendadak ia kembali mendongak dan menatap Papa palsunya dengan pandangan kosong. Namun di mata sang Naga, bayi kecilnya yang lucu tengah linglung. Menatap bingung ke arah sang Ayah seolah tidak mengerti bahasanya.

[Baby pasti lapar,] Cosmos berujar lembut, mengusap perut kecil berlapis pakaian. Rasanya bulat, lembut dan hangat. Dengan aroma susu yang mengeluar dari tubuh Leo, Cosmos semakin dilanda kepuasan seolah berhasil membesarkan seorang bayi kecil yang sehat dan baik. Lebih mendekatkan cairan perak yang melayang-layang ke arah sang bayi, senyuman sang Naga semakin melebar. [Ayo minum dulu.]

Batita kecil refleks menjauh dari cairan itu. Ia menutup rapat mulutnya—melotot dan menatap marah ke arah sang Naga. Kedua tangan kecil turut berpartisipasi—menutup mulutnya dengan gaya kekanakan selayaknya anak kecil yang dengan keras kepala, tidak ingin minum obat.

Naga ini bahkan tidak tahu apa itu memasak?!

Leo memucat.

Ini benar-benar Naga primitif! Jadi selama ini, Naga ini memakan makanan mentah? Daging dan darah mentah?! Membayangkannya, membuat Leo benar-benar mual. Oh, bukan berarti ia tidak pernah merasakan miskin hingga memakan banyak hal menjijikan, tetapi selama ini, ia selalu bisa mengolah makanan dengan baik dengan peralatan dan kemampuannya. Bagaimanapun, selama ia bisa memakan makanan enak, kenapa ia harus memakan makanan yang buruk?

Namun yang menjadi masalah sekarang bukan prihal mentah atau tidak. Namun... astaga. Ini daging Unicorn! Naga ini benar-benar tidak tahu bahwa energi yang besar dari darah dan daging Unicorn berbahaya untuk makhluk yang lebih lemah sepertinya?!

[Kenapa tidak mau?] Cosmos bingung. Untuk pertama kalinya, menghadapi kekeras kepalaan bayi kecilnya. [Darahnya baik, itu bisa membuat kenyang ... Baby coba dulu?] bujuknya lembut.

Namun Leo masih menggelengkan kepala. Ia dengan keras kepala menutup mulut—tidak mau makan! Gila! Ia masih sayang nyawa!

[Okay] Cosmos menghela napas, tidak mampu untuk memaksa si kecil agar mau makan. [Papa akan coba cari macak ... ] sang Naga ragu-ragu. Ia tidak tahu apa itu hewan macak. Apakah jenis ikan? Atau jenis hewan berbulu? Bersisik? [Bagaimana wujud Macak?]

Haruskah kukatakan bahwa Macak yang kuucapkan itu adalah memasak? Lidah cadelnya tidak bisa mengatakan 'Memasak' jadi ia hanya bisa mengatakan Memacak, Namun ...

Melirik ke Unicorn yang tekapar di atas tanah, Leo menelan liur paksa. Ia ... memilih untuk tidak menjelaskan. Bagaimanapun, memasak Unicorn tetap akan membahayakan nyawa.

Batita kecil menggelengkan kepala. Kedua tangan masih di mulut. Namun dengan sepasang kelereng bulat yang bersinar, bayi kecil itu menatap Papa Naganya dengan polos dan penuh harap. [Baby mau buah ... bundar, melah dan lejat ... Papa bica?]

Memanggil diri sendiri Baby dan mengeluarkan nada manja seperti ini, An Leo harus menahan merinding dan mual. Sungguh, siapa yang bisa membayangkan kakek-kake reyot sepertinya mengatakan hal ini?!

Semua orang, dipastikan akan langsung muntah.

[Tentu!] dalam 0.01 detik, Naga idiot itu menyetujui. Buah? Tentu saja saja Cosmos tahu buah apa saja yang lezat! Ia akan memberikan bayi kecilnya buah terlezat di planet ini!

Dengan senyum kebapakan yang merekah, Cosmos kembali menaruh si kecil di atas lapisan bulu. Ia mengusap kepala si kecil dengan lembut dan hati-hati. [Papa akan membawanya, tunggu sebentar,] ucapnya lembut lalu bangkit berdiri, berbalik dan berubah menjadi seekor naga perak. Sepasang sayap besar terbuka, mengepak dan membawa tubuh itu terbang meninggalkan gua.

Hening.

Gua mendadak menjadi hening. Leo tidak bergerak dari posisinya selama beberapa detik sebelum akhirnya, dengan tuburu-buru berdiri dan merangkak turun dari tumpukan jerami berlapis kulit binatang.

Sepasang netra biru melirik Unicorn yang ada di atas tanah dan dalam satu gerakan, menghilang begitu saja—hanya menyisakan genangan perak sisa dimana Unicorn sebelumnya ditempatkan.

Tanpa sadar, sosok kecil menyeringai. Senang bukan main mendapati Unicorn sudah tersimpan manis di dalam Ruang Jiwa. Meski ia tidak bisa memakannya, tetapi tetap saja Unicorn adalah bahan yang langka dan bagus. Leo tidak bisa menyia-nyiakannya begitu saja. Lagipula, Planet ini miliknya—apapun yang ada di dalam Planet ini, jelas juga merupakan miliknya.

Terkikik senang, kaki kecil melangkah menuju pintu gua yang menganga. Suasana terang dengan awan dan pemandangan pegunungan membentang luas menyambut pengelihatan. Namun, ketika angin kencang berhembus dan sosok itu menunduk ...

Ia bisa melihat awan-awan di bawah sana.

Leo merinding. Ketinggian ini jelas diluar perkiraan. Demi apapun itu ... Naga ini benar-benar membuat sarang di tebing dengan ketinggian ratusan meter?! Lalu membiarkan dirinya—bayi kecil yang malang—di sini sendirian tanpa ada penghalang di mulut gua?!

Sungguh ...

Leo tidak tahu bagaimana Naga aneh itu mengangkatnya sebagai anak. Bila ia benar-benar seorang batita, mengingat bagaimana makhluk yang dipanggil Papa itu memberikannya daging mentah dan menempatkannya di gua super berbahaya ...

Sebuah keajaiban bayi itu bisa bertahan selama satu hari.

Beruntung, ia tidak memiliki phobia ketinggian, bila tidak, sosoknya pasti sudah jatuh dan menjadi daging cincang di bawah sana. Menggelengkan kepala, batita kecil kembali masuk ke dalam gua—tidak berniat untuk keluar kembali. Kaki kecil berlapis sepatu itu melangkah dengan canggung di bidang datar tanah seraya menatap ke kanan dan kiri dengan penuh minat.

Gua ini besar, dengan tanah yang datar dan kering. Hanya ada satu ruangan, dengan langit-langit berlapis bebatuan kapur yang tidak rata dan tinggi. Dalam sekali pandang, Leo tahu bahwa Naga Perak telah meratakan dan merawat gua ini dengan baik sehingga terasa lebih nyaman. Pencahayaan gua juga cukup bagus—bahkan mereka memiliki beberapa lubang selayaknya ventilasi kecil agar matahari dan udara bisa keluar-masuk dengan bebas.

Namun sayangnya, tidak ada yang menarik di tempat ini. Bila mengingat bahwa Naga aneh itu bahkan menyimpan banyak telur busuk di gua yang lain ... oh, jangan katakan bahwa Naga Perak memiliki lebih dari satu gua? Masing-masing gua mewakili fungsi yang berbeda?

Leo mengkerutkan alis. Wajah bulat itu memasang ekspresi serius yang tidak sesuai dengan usianya. Namun, si kecil tidak berhenti untuk terus berpikir. Mengevaluasi sekitar dan menemukan bahwa ruangan ini terlalu bersih. Tidak ada sisa makanan, tidak ada makanan yang ditimbun, bahkan tidak ada kotoran Naga ...

Cemberut, kaki kecil kembali melangkah mendekati tumpukan jerami. Ia merangkak naik ke atas kasur primitf yang memiliki ketinggian setengah dari tubuhnya. Perlu beberapa usaha untuk bisa mengangkat tubuh gemuk itu hingga berhasil memanjat. Ketika sampai di atas lapisan kulit binatang, lengan putih menyeka keringat yang membanjiri leher dan pelipisnya.

Oh, ia perlu diet. Tubuhnya terlalu gemuk. Si kecil menunduk dan menepuk-nepuk perut buncitnya. Namun baru sedetik ia berpikir untuk diet, rasa lapar menyapa. Perut buncitnya bergemuruh minta diisi.

Leo berkedip. Mendadak ingat beberapa makanan yang masih banyak tersedia di dalam Ruang Jiwa. Lalu, tanpa ragu, tangan kecil bergerak dan sebuah biskuit putih dengan aroma susu keluar dari udara. Sosok kecil nan gemuk tanpa ragu memasukkan benda itu ke dalam mulut.

Oh, apa itu diet? Ia masih anak kecil! tidak perlu diet!

Cepat-cepat menghabiskan beberapa biskuit sekaligus sampai kenyang, Leo mendapati bahwa Naga Perak belum juga kembali. Hal itu membuat si kecil lega. Ia tanpa ragu kembali mengeluarkan Micro dari dalam ruang seraya mengeluarkan beberapa alat untuk memperbaiki lebah pekerjanya.

"Tuan, biskuit hanya boleh dimakan 2, bukan 4," Micro tanpa ampun menegur—membuat Leo yang sempat berpikir untuk diet, merasa tertampar. Sosok bayi itu memerah malu, tetapi di sisi lain melotot marah.

"Aku cedang maca peltumbuhan!" kilahnya.

"Dua biskuit, itu cukup untuk membuat kenyang. Terlebih kandungan nutrisi dan energi di dalamnya cukup untuk Anda, Tuan," Micro tidak bernegosiasi sama sekali—semakin membuat Leo merasa kesal dengan ketatnya asupan makanan.

Salahkan kenapa rasanya enak! Leo tidak tahan bila hanya makan dua. Bagaimanapun, ia memiliki banyak biskuit. Semuanya tersimpan di dalam sebuah Kantung Ruang yang berada di dalam Ruang Jiwanya. Kantung Ruang itu sangat special. Bisa menampung apapun ke dalamnya dan membekukan waktu sehingga apa yang dimasukkan, akan tetap serupa dan tidak berubah ketika dikeluarkan meski itu beribu tahun kemudian.

"Lupakan," Leo mengelak—tidak mau berdebat dengan Micro prihal makanan. Bagaimanapun, ia yang akan kalah. "Cudah dilual, aktipkan Asisten."

Asisten adalah sebuah perangkat yang menjadi proyek besarnya. Perangkat lunak yang menggabungkan teknologi dan Rune. Leo masih sangat ingat bahwa proyek itu berhasil, digunakan oleh banyak ras dari berbagai macam tempat. Namun sayangnya, ciptaannya yang luar biasa ini juga menariknya ke dalam sumur neraka.

"Tidak bisa, Tuan, saya harus melakukan upgrade."

Upgrade?

Leo menatap lebah seukuran lalat dengan bingung. Sungguh, sudah berapa lama berlalu sehingga lebahnya memerlukan Upgrade? Apakah ada seseorang yang berhasil mengembangkan dan memperbarui Asisten? Namun bukankah Otak utama selalu bersamanya? Bagaimana mungkin bisa upgrade?

"Apa olang-olang maci memakai Asisten?" Leo mengkerutkan kening—memikirkan kemungkinan penggunaan perangkat lunak yang dibuatnya.

"Saya tidak tahu."

Leo cemberut. "Jadi, apa yang kau tahu?"

"Saya memerlukan Upgrade."

Sosok kecil tidak langsung setuju. "Melakukannya, apakah akan mendetekcimu?"

"Tidak," Micro tanpa ragu menjawab, lalu mulai menjelaskan. "Saya adalah Ibu Utama, tidak akan ada pendeteksi bisa menyusup. Upgrade berguna untuk menarik data dan menyalinnya—Tuan, tidak perlu khawatir. Tidak akan ada deteksi yang tersangkut atau Perangkat dengan kecerdasan serupa dapat mengimbangi."

Leo bersumpah mendengar nada sombong dari robot ini! Belajar dari mana robot ini bertingkah narsis? Sang Bayi benar-benar merasa terganggu dengan emosi tambahan dari nada dan suara dingin Micro.

"Oke," pada akhirnya, Leo mengangguk. Setuju agar Micro melakukan upgrade. "Bica apgled di dalam Luang Jiwa?"

"Tidak bisa," Micro mencoba terbang, tetapi sayangnya hanya bisa merangkak diantara lebatnya bulu-bulu yang panjang. "Di dalam Ruang Jiwa, tidak ada sinyal."

Leo cemberut. Menatap lebah hitam-emas dengan kesal. "Oke, lakukan apgled cetelah aku celecai mempelbaikimu."

Penciuman Naga sangat tajam, Leo tahu bahwa Naga itu sangat bermusuhan dengan Micro. Karenanya, tidak mungkin Naga emas membiarkan lebah ini tinggal. Lengah sedikit, Leo yakin bahwa Papa-nya, akan langsung menghancurkan Micro menjadi barang rongsokan. Terlebih Upgrade yang disebutkan, berkemungkinan memakan waktu lama.

Hanya memperbaiki sayap, Leo berhasil melakukannya dalam waktu singkat. Meski agak merepotkan karena ukuran tubuh Micro yang kecil dan tangan gemuknya, tetapi sang batita dengan cepat menyelesaikan tugas dengan baik.

Tepat ketika Leo sudah melepaskan Micro terbang keluar, sosok Naga perak terlihat dari kejauhan. Warna matahari senja membias membentuk warna kemerahan pada permukaan kulit yang penuh sisik. Warna yang tersiram pada tubuh kuat sang Naga, diluar dugaan, terlihat sangat indah, berpadu pada permukaan langit berwarna jingga selayaknya nyapa api yang berkobar lembut.

Leo terpesona selama beberapa detik, sebelum akhirnya sepasang netra fokus menatap Naga perak yang berubah menjadi wujud humanoid. Dengan senyuman merekah dan kedua tangan membawa sebuah daun raksasa berisikan buah-buahan merah, ekpsresi kagum berubah menjadi kaku.

[Baby, Papa membawa banyak makanan] Sang Naga melangkah mendekati Babynya lalu menaruh daun lebar yang menampung banyak buah tepat di samping boneka kecil itu. [Sekarang, Baby pilih yang mana Baby suka. Semua buah yang Papa pilih, adalah buah-buahan yang manis dan lezat!]

Leo kehilangan kata-kata.

Sepasang kelereng biru memandang ke buah-buahan besar dan kecil di atas daun. Ada berbagai macam bentuk dan ukuran, tetapi semua memiliki definisi yang sama. Buahnya berwarna merah—entah merah muda atau merah maroon. Namun yang membuat Leo kaku adalah kenyataan bahwa hampir semua buah yang berada di depannya, beracun untuk dimakan!

Demi apapun ... hampir semuanya beracun! Terlebih, bukankah semua ini bahan-bahan berharganya yang bernilai ratusan koin emas?! Wajah kecil itu memerah. Dengan marah, meraih lengan kuat sang Papa dan mulai menggigitnya!

HELL!!! LEO BENAR-BENAR MENYESAL MEMANGGILNYA PAPA!

Leo merasa sakit. Sungguh, ia benar-benar merasakan sakit gigi, sakit hati dan sakit dompet!


CREATORS' THOUGHTS
AoiTheCielo AoiTheCielo

Papa! Papa! Ahahaha, Leo harus mulai memanggil Papa! /jahat

ngomong-ngomong, aku benar-benar lupa mengedeti nama yang tertera di Cover, seharusnya Aoi The Cielo, tetapi kutulis Arkei, ahahaha ... yah, itu nama penaku yg lain, jangan khawatir.

Btw, cerita ini juga kupublish di WP, bila mau membaca lebih cepat, kalian bisa baca di WP, tetapi kemungkinan di sana tidak akan kulanjutkan untuk update ... yah, aku akan menulis dan melanjutkannya di sini 0w0

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login