Download App
93.84% Baby's Dragon

Chapter 61: 20. Hutan (I)

"Hey," menyodok tanah dan daun-daun kering dengan tongkat kayu, Amerta dengan cemberut melirik Leo. Ia memikirkan semuanya dengan perlahan, tetapi percakapan yang sempat masuk ke pendengarannya membuat gadis itu tidak tahan. "Katakan dengan jujur, Merci itu masih keluargamu kan? Dia dari ras Naga … ."

Menyandarkan punggung ke salah satu akar raksasa, Leo bersedekap. Alisnya terangkat menatap sosok yang berjongkok dan terus menempel dengan Bastian. "Memangnya kenapa?"

Amerta mencibir. "Aku mendengar semuanya. Kau dan Merci jelas-jelas adalah keluarga, nah, dua keluarga berada di tengah hutan yang berbahaya, terlebih kau adalah Penyihir. Lalu, kenapa Ayahmu sengaja tidak mau menjemput? Katakan dengan jujur, apakah kau anak angkat atau anak pungutnya?"

Apa perbedaan dari dua pertanyaan itu? Si perak mendengus. "Ayahmu juga sangat kaya, jadi, boleh aku tanya kenapa uang justru dititipkan kepada Guardianmu ketimbang kau sendiri? Atau alat canggih perlindungan diri, kenapa tidak langsung diberikan ke tubuhmu?"

Elf pirang tercenga. "Apa? Kenapa kau membahas tentang cara pendidikan Ayahku?"

"Tidak, jawab dulu pertanyaanku. Aku sangat serius bertanya."

Amerta cemberut. Mulutnya bungkam. Tidak mau menjawab.

Leo menyeringai. "Karena Ayahmu tidak mempercayaimu."

"HEY!"

"Papaku mempercayaiku," Leo menyela sebelum sosok pirang meledak karena amarah. "Sudah kukatakan, Papaku tahu apa yang bisa dan tidak bisa kulakukan. Itu sebabnya dia menyuruh kita di sini. Dia tahu titik koordinat Planet ini, merasa tempat ini … jauh lebih aman ketimbang ketika keluar nanti. Itu sebabnya, dia memerlukan waktu untuk menjemput kita."

Bastian dan Amerta sama-sama tertegun begitu mendengarnya.

"Apa maksudnya?" alis si pirang terpaut.

"Status kita berempat bukanlah warga sipil biasa," senyuman si perak mengembang. "Kita semua sangat berharga dan berkumpul bersama … bila penjahat menemukan kita, bukankah mereka hanya mendapatkan jackpot?"

Ekspresi Bastian berubah menjadi serius. "Dengan kata lain, Tuan An sengaja membuat ilusi bahwa kita sudah mati? Untuk memancing pembunuh sebenarnya agar keluar?"

"Tunggu, tunggu, tetapi kenapa harus di hutan?" Amerta menyela, tidak bisa mengerti jalan berpikir kedua laki-laki ini. "Kenapa tidak tempat lain? Kenapa harus di tengah hutan? Tidak bisakah Ayahmu menjemput kita lalu menyembunyikan kita?"

Leo menghela napas. "Apa kau tidak sadar bahwa pergerakan pembunuhan begitu besar, tetapi tidak ada satu pun kelompok petugas yang datang dan menyelamatkan kita?"

Bastian tertegun. Mendadak, ia teringat di malam itu. Sungguh, Amerta sempat berteriak begitu kencang, tidak mungkin tidak ada yang mendengarnya. Namun apa yang dikatakan Leo memang benar. Bukankah pergerakan pembunuhan itu begitu besar? Dan bahkan lokasinya berada di dekat Academy Royal Ion! Bagaimana bisa … bagaimana bisa tidak ada yang menyadari?

"Maksudmu … ada kemungkinan pihak pemerintah Negara Ion ikut terlibat?" Bastian memucat, menatap ke arah si perak dengan tidak percaya. Namun Leo hanya tersenyum, tidak mengatakan apa pun kembali.

Sebenarnya … Leo hanya mengatakan omong kosong.

Tujuan utama Naga Idiot itu tidak mau segera menjemput, murni karena melihat tiga makhluk yang seumuran dengannya. Sungguh, sejak Naga Perak masuk sekolah, sosok itu, entah bagaimana mulai terobsesi bahwa ia harus mengubah anaknya menjadi suka bergaul dengan orang lain.

Serius, Apakah Cosmos benar-benar menganggapnya tidak bisa bergaul dengan orang lain!? Terlalu introvert sehingga terbelakang mental?!

Leo marah. Namun mengingat dirinya sangat fokus dengan satu hal dan cenderung mengisolasi diri bila sudah sangat tertarik dengan sesuatu, harus diakui bahwa dirinya memang agak tertutup.

Namun tetap saja …

Sungguh …

DIRINYA BUKAN BENAR-BENAR ANAK KECIL! OKAY?!

Leo sangat ingin memprotes, tetapi ada tiga mata yang berbeda mengawasi. An Cosmos, jelas tahu bahwa Leo akan lebih memilih diam dan bersembunyi ketimbang mengungkapkan semua hal yang dimilikinya.

Lalu untuk kejadian penculikan ini? Oh, Leo yakin, pihak Negara Ion murni tidak mengetahui apa pun. Lagi pula, kejadian berlangsung cepat. Bila mereka semua adalah pembunuhan profesional, mereka semua tahu bahwa waktu adalah yang terpenting. Jadi, sebelum keamanan bergerak, mereka memilih menculik keempat bocah ketimbang mendapatkan tangan kosong.

Lalu untuk lokasi yang berada di dekat daerah Academy Royal Ion … oh, mereka bahkan pingsan sebelum mengetahui apa pun. Jadi, siapa yang menjamin bahwa keamanan sempat datang atau tidak?

Melihat Amertha dan Bastian mulai mendiskusikan masalah Pembunuhan dengan serius dan otak yang sok menjadi Detektif, Leo tidak ikut campur. Sosok pirang itu dengan nyaman mencari posisi dan mulai … bersantai. Bagaimana pun, ini di hutan. Tidak mungkin untuk tidur. Bahkan di tempat aman, tidurnya akan sangat ringan, apa lagi di tengah hutan seperti ini?

Perlu beberapa jam untuk Merci kembali dengan membawa seekor kelinci raksasa … ukurannya sekitar 1 meter, benar-benar gemuk dan besar. Namun mata Bastian dan Amerta justru bersinar begitu melihat bulu yang tebal dan lembut.

"Setelah memanggangnya, sebaiknya kita segera pergi," Merci melempar kelinci ke arah Amerta dan Bastian, sepasang iris emas menatap ke arah Leo yang duduk agak jauh dari api unggun. "Sepertinya, ini adalah daerah Binatang Buas."

Senyuman Amerta dan Bastian sama-sama membeku kaku.

"Dari mana kau tahu?" Bastian menelan liur paksa.

"Tidak ada hewan kecil atau beberapa binatang lainnya di sini," remaja Diandra mengerutkan alis. "Aku juga tidak menemukan beberapa tengkorak di satu tempat, seolah-olah tempat itu adalah tempat pembuangan sampah. Dan lagi … perlu tempat yang sangat jauh untuk mendapatkan kelinci ini."

"Bila benar-benar teritorial Binatang Buas …," si Raven bergumam ngeri. "Lebih baik kita pergi sekarang. Aroma makanan akan mengundangnya mendekati kita!"

Merci setuju mendengarnya, tetapi Amerta langsung menggelengkan kepala.

"Tidak, aku sangat lapar," keluhnya, nyaris memohon. "Kepalaku sudah pusing, tidak bisakah kita memanggangnya dulu?" sepasang iris hijau menatap Bastian. Gadis mungil itu mencengkram erat selimut miliki si raven.

"Bila Monster itu menemukan kita, kita akan tamat," Merci mengerutkan alis. "Aku akan menggendongmu--"

"Bakar saja di sini," Leo menyela. Tanpa ragu mendukung Amerta. Ia menghela napas, bangkit berdiri dan mendekati daging kelinci yang tergeletak di tanah. "Bakar dengan cepat dan makan dengan cepat. Bagaimana pun … kita perlu energi."

"Bagaimana bila kita ditemukan?" Bastian tidak setuju. Mendadak, pangeran Yuron menjadi sangat cemas. "Aroma darah saja sudah bisa mengundangnya, bagaimana bisa kita tidak pergi?"

"Area teritorial Binatang Buas sangat luas, kau kira kita akan dengan mudah keluar? Merci bahkan perlu beberapa jam … selama itu, apakah kita akan memiliki energi untuk berjalan dalam keadaan lapar?"

Bastian masih ingin membujuk, tetapi sepasang iris emas si perak terlihat santai. Tidak terganggu sama sekali. Kata-kata Binatang Buas sepertinya bukanlah hal yang akan membuatnya ketakutan. Melihatnya, remaja Arya teringat sesuatu. Mutiara Pelindung. Bukankah itu masih berlaku selama 12 jam? Bahkan ketika ditemukan oleh Binatang Buas, bukankah mereka akan baik-baik saja?

Naga Biru ikut terdiam. Sepasang iris emas menatap sosok perak yang berjongkok di sebelah kelinci, lalu menatap ke arah Bastian dan Amerta. Ketiga sosok remaja yang merupakan Penyihir … meski fisik Leo adalah yang terkuat, tetapi tetap saja. Ketiganya adalah Penyihir dan mereka, memang memerlukan makanan untuk mengisi energi. Terlebih, tidak ada di antara mereka yang makan sejak membuka mata. Keempatnya … bahkan Merci sendiri, dalam keadaan kelaparan.

Jadi, tanpa melakukan perlawanan kembali, ketiga remaja laki-laki berurusan dengan bangkai kelinci. Mengelola secepat mungkin untuk dijadikan kelinci panggang. Amerta, dengan jujur tidak ikut campur. Bagaimana pun, gadis pirang tidak pernah menyentuh benda-benda tersebut. Ia hanya bisa duduk dengan manis, menunggu hingga hidangan kelinci bakar yang … tidak enak, masuk ke dalam perut.

Amerta benar-benar nyaris memuntahkan daging yang ada di mulutnya. Namun begitu diancam tidak akan diajak dan tidak akan dibiarkan ikut dengan ketiganya kembali … gadis Elf dengan wajah sekecut kulit jeruk, menelan kokas gelap yang tidak enak.

Jadi, membakar dengan cepat dan memakannya dengan cepat benar-benar terjadi. Oh, siapa yang mau menikmati kokas tidak enak ini? Jadi, hampir semuanya digigit dan langsung ditelan. Bagaimanapun, yang terpenting adalah perut yang terisi. Karenanya, sebelum 12 jam benar-benar habis, empat remaja kembali melakukan perjalanan. Kali ini, dengan ancaman Binatang Buas yang mengintai, tidak ada yang berani bersantai kembali kecuali si perak yang pura-pura waspada dan lebih pendiam.


CREATORS' THOUGHTS
AoiTheCielo AoiTheCielo

Culik, culik, penculikan!

Yup, empat piyik mulai berpetualangn bersama di hutan~

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C61
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login