Download App

Chapter 104: Memasuki Gereja Aksiom

Diruang kontrol room, di Ocean Turtle. Ketiga orang pengawas projek ini sedang melihat sebuah data yang sangat menarik. Data ini merupakan data Fluctlight dari Eugeo, yang dimanipulasi oleh Zen dan Cardinal sebelumnya.

"Sebaiknya kamu cepat menyelesaikan projekmu Rinko-san. Kita hanya perlu Zen membawanya ke World End Altar, karena informasi terakhir Eugeo berada bersama Zen saat ini" kata Seijirou.

"Tetapi, bukankah tempat itu sangat susah dijangkau karena melayang, bukankah mereka akan ketahuan jika pergi kesana?" tanya Rinko.

"Mungkin Zen akan melawan pengatur dari dunia tersebut, karena Zen saat ini berada digereja Aksiom" kata Higa yang saat ini masih mengotak atik sesuatu.

Mereka terus menerus menjelaskan rencana mereka, karena mereka berhasil mendapatkan sampel Fluctlight yang sempurna.

"Lalu bagaimana dengan Alice?" tanya Rinko.

"Kita bisa menyuruh Zen mengirimkan mereka berdu.." kata Seijirou terpotong.

"h..ha....lo.. ha..lo" terdengar suara keluar dari kontrol room ini.

"Seijirou-san bukankah ini berasal dari World End Altar?" kata Higa yang melihat sebuah jendela baru muncul pada layarnya.

"Halo.. apakah ada yang bisa mendengarku.." kata suara tersebut.

"Zen-kun" kata Higa yang saat ini mulai menjawab suara tersebut.

"Apakah itu Higa-san?" tanya Zen.

"Halo Zen-kun, bagaimana kamu bisa menghubungi kami?" tanya Higa.

"Ya, aku sekarang sedang melarikan diri dari pengejaran beberapa ksatria, dan aku menemukan tempat ini" kata Zen berpura – pura.

"Zen ini aku Seijirou, apakah kamu sendirian ketempat itu?" tanya Seijirou.

"Halo Seijirou-san, kebetulan kemarin aku ditahan di pusat gereja Aksiom, namun aku berhasil melarikan diri bersama Eugeo dan terdampar kesini. Tetapi saat ini dia sedang tidak sadarkan diri" kata Zen.

Namun tiba – tiba seorang wanita mematikan alat komunikasi mereka dengan Zen sebentar.

"Bukankah menurutmu aneh? Kalian bilang tempat itu sangat susah untuk dikunjungi?" kata Rinko.

"Jika perkataan Zen benar dia melarikan diri dari gereja tersebut, maka itu tidak mustahil mereka ada disana, karena tempat itu tidak terlalu jauh dari sana. tempat itu berada disebelah gerbang barat kota itu" balas Higa.

"Zen bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?" kata Sijirou yang kembali menghidupkan komunikasi mereka.

"Apa cepatlah, saat ini aku sedang dikejar oleh beberapa ksatria" kata Zen.

"Bisakah kamu melogoutkan Eugeo menggunakan konsole yang kamu gunakan itu?" tanya Seijirou saat ini.

"Hah.. apa mahsutmu? Lalu bagaimana denganku? Bukankah lebih baik aku yang kalian keluarkan?" kata Zen.

"Otakmu masih butuh penyembuhan Zen, jika kamu keluar sekarang, kamu akan otomatis mengalami kelumpuhan karena otakmu yang belum sembuh" jawab Higa.

"Lalu mengapa aku harus mengeluarkan Eugeo?" tanya Zen kembali.

"Apakah kamu lupa tujuan projek ini Zen?" tanya Seijirou.

"Hah.. Baiklah - Baiklah" kata Zen.

"Baiklah, tunggu aku menormalkan kembali FLA dari dunia tersebut dan kamu bisa mengeluarkannya dari sana dengan konsole yang kamu pakai saat ini" kata Seijirou.

"Oke, cepatlah kurasa para ksatria yang mengejarku semakin dekat" jawab Zen.

"Higa-kun" kata Seijirou.

Lalu Higa menarik sebuah tuas guna menurunkan waktu dunia ini dan menyelaraskannya dengan dunia underworld, agar Zen bisa mengeluarkan Eugeo dari sana.

"Sekarang Zen" kata Higa.

Lalu Zen mulai mengoperasikan tanda log out dan terlihat Eugeo perlahan – lahan mulai bercahaya dan menghilang dari tempat itu.

Higa saat ini masih mengawasi data yang berhasil dikeluarkan Zen tersebut dan mulai melirik kearah Seijirou sambil tersenyum karena berhasil mendapatkannya.

"Baiklah Zen, terima kasih. Aku akan menaikan lagi FLA tempat tersebut" kata Seijirou dan waktu di Underworld mulai dipercepat kembali.

"Baiklah, sepertinya beberapa ksatria sudah mendeteksiku, aku harus pergi" kata Zen.

"Zen.." kata Higa setelah melihat koneksinya dengan Zen sudah terputus.

"Bagaimana Higa-kun?" tanya Seijirou

"Sabar, mari kita lihat" kata Higa lalu memunculkan sebuah layar dengan sebuah bentuk bulat didalamnya.

"Halo Eugeo" kata Higa.

"Halo." Balas suara tersebut.

Mendengar ini semua orang disitu mulai tersenyum, namun tidak dengan Rinko yang saat ini merasa sangat aneh saat ini. Namun dia dikejutkan dengan seseorang menepuk pundaknya.

"Sekarang giliranmu Rinko-san" kata Seijirou.

"Hah.. baiklah" kata Rinko lalu berjalan menuju labnya saat ini.

.

.

"Bagaimana berhasil?" tanya Cardinal.

"Yap, aku sudah mengeluarkannya dari dunia ini." Kata Zen.

Lalu Cardinal mulai menutup pintu yang digunakan Zen dan menghilangkannya, setelah melihat Zen sudah masuk kedalam ruangan ini.

"Jadi sekarang, kita tinggal menghabisi Quinella dan melanjutkan rencana kita selanjutnya" kata Zen.

"Namun masalahnya, kau hanya akan sendiri kesana Zen, jika aku keluar dari tempat ini, Quinella akan langsung mengetahui keberadaanku. Dan juga aku tidak bisa membuka portal langsung keruangannya, kecuali aku bisa menyusupkan anak buahku keruangannya" Kata Cardinal.

"Tenanglah, aku akan sampai diatas menara ini dengan mudah, lagian aku sudah berjanji dengan seseorang untuk menyelamatkan Kakaknya" kata Zen.

"Baiklah, lebih baik kita istirahat dan memulai aktifitas kita besok" kata Cardinal dan diiyakan oleh Zen.

Keesokan harinya, Zen sudah siap untuk memulai rencananya selanjutnya. Dia saat ini sudah berada dibalik sebuah pintu dan akan meninggalkan tempat ini.

"Pastikan kamu menggunakan sistem autoritas saat terhimpit saja Zen, karena Quinella mungkin bisa mendeteksi autoritasmu. Kalau melawan Quenella sendirian mungkin kita bisa, namun jika dia mengerahkan seluruh ksatria integritasnya, kamu akan tamat. Lihatlah mengapa aku mengurung diri selama ini disini" kata Cardinal.

"Tenanglah, aku akan melawan ksatria integritas dengan kekuatanku sendiri" kata Zen.

Lalu Zen mulai akan keluar dari tempat tersebut, namun Cardinal mulai memeluknya dari belakang.

"Berhati – hatilah Zen" kata Cardinal.

"Baiklah" kata Zen.

Zen lalu membuka pintu tersebut dan membawanya menuju sebuah tempat yang dipenuhi dengan berbagai perlengkapan persenjataan. Zen lalu berkeliling dan mencari pedangnya beserta pedang Eugeo.

Lalu Zen sudah menemukan apa yang didapatkannya dan mulai menaruh kedua pedang tersebut dipunggungnya saat ini. Lalu dia melihat beberapa jubah dan mulai mengganti pakaiannya yang dia pakai sebelumnya.

Zen perlahan sudah bersiap dan akan keluar dari tempat tersebut. Namun Zen tahu, akan ada seorang ksatria intergitas yang menunggunya diluar saat ini. Zen lalu langsung mengeluarkan kedua pedangnya dan bersiap untuk berperang.

Zen membuka pintu ruangan ini, namun langsung dikagetkan dengan panah yang langsung mengarah kearahnya.

Melihat sebuah panah mendekat kearahnya, Zen dengan cepat menghindarinya. Lalu dengan cepat Zen melesat kearah pemanah tersebut setelah dia menghindari serangannya. Pemanah itu tidak tinggal diam, dia langsung memanah kembali Zen.

Zen dengan sigap menangkis semua serangannya dan membuat pemanah itu mulai seidikit frustasi.

"Enchant Armament" kata pemanah tersebut sambil merubah panahnya menjadi sebuah panah api.

"Hah.. kamu kira kamu saja yang bisa" kata Zen.

Zen lalu menguatkan genggaman pedangnya dan berteriak lantang.

"Enchant Armament" dan bisa terlihat kedua pedang Zen mengeluarkan aura kegelalapan dan Es.

"Mari berperang"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C104
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login