Download App

Chapter 190: Keberangkatan

Seseorang wanita saat ini sedang menatap lurus pada sebuah cermin untuk melihat pantulan pada wajahnya tersebut. Namun perbedaan dari apa yang dia lihat adalah, sekarang dia sudah melepaskan kaca matanya dan menatap wajahnya sambil tersenyum licik saat ini.

Wanita tersebut saat ini, semakin percaya diri dengan apa yang akan dia lakukan saat ini. Dia kembali memakai kacamatanya dan mulai merubah ekspresinya menjadi ekspresi wanita polos, yang diketahui oleh teman – temannya saat ini.

"Kamu akan menjadi aktor yang hebat, Nakamura Eri" kata wanita tersebut.

Namun saat ini, dia tidak merasakan bahwa seseorang sedang mengendalikannya. Sehari sebelumnya, setelah dia sedang menyantap makan malamnya, dia dipanggil oleh seseorang untuk menemuinya disuatu tempat.

"Kamu mau pergi kemana Eririn?" tanya sahabat dekatnya yang duduk disebelahnya.

"Aku ingin beristirahat sejenak. Kejadian tadi membuatku sangat kelelahan saat ini" jawab wanita tersebut yang merupakan Eri.

"Apakah kamu mau aku bantu mengantarkanmu kekamarmu Eririn?" tanya sahabatnya kembali.

"Tidak perlu. Karena mungkin aku akan mencari udara segar sebentar, lalu kembali kekamarku" jawab Eri.

Sahabatnya tersebut merasa sedikit khawatir tentang perilaku sahabatnya tersebut, namun setelah Eri meyakinkan sahabatnya tersebut bahwa dia baik – baik saja, akhirnya sahabatnya tersebut membiarkan Eri untuk beranjak dari sana.

Eri yang sudah beranjak dari restoran dimana dia bersama sahabatnya makan malam, akhirnya menuju kesuatu tempat, yang dimana seorang pria menyedihkan saat ini sedang menunggu kedatangannya dengan sangat gelisah.

Memang pria didepannya ini, merupakan rekan yang mengikuti rencananya. Eri yang merasa dirinya bisa menjadi orang yang luar biasa dan bisa mendapatkan apa yang dia mau, akhirnya membuat sebuah rencana, walaupun tindakannya tersebut amatlah tercela.

Setelah dia sudah mendengar keluh kesah pria didepannya, Eri sebenarnya ingin sekali langsung membunuh Zen, setelah melihat orang yang dicintainya dipermalukan oleh Zen sebelumnya didalam labirin, namun dia mencoba untuk masih bersabar. Sampai akhirnya, saat dia akan kembali kekamarnya, dia tidak sengaja mendengar percakapan dari Shizuku dan Kaori.

Dari percakapannya, Eri akhirnya menemukan cela bagaimana membunuh Zen, karena dipastikan Zen akan sendirian, dan dia yakin bisa membunuhnya saat Zen sedang lengah saat itu. Namun rencananya tersebut sia – sia, setelah pisau yang digunakan untuk menusuk Zen, tidak menembus tubuhnya yang keras tersebut.

Dan akhirnya disinilah dia, saat ini sedang mencoba menjadi gadis yang polos untuk menipu orang yang dianggapnya teman dan merasakan jijik untuk melakukannya dan tidak mengingat apapun setelah kejadian tersebut.

Disisi lain, seorang biarawati sedang mendiskusikan sesuatu kepada seseorang penting pada sebuah kekaisaran, karena tuannya saat ini merasakan anomali yang memasuki dunia ini, semakin tidak terkendali.

Berbeda dengan biarawati pada kerajaan tempat para pahlawan berkumpul, saat ini biarawati ini, mencoba menghasut orang yang dia coba hasut ini, untuk menaklukan semua demi-human pada dunia ini.

.

.

"Kamu akan berpetualang sendiri?!" teriak semua wanita Zen, setelah mendengar perkataan Zen sebelumnya.

Memang setelah kembali ke Alaska dan mengumpulkan semua wanitanya, Zen berencana untuk memberitahukan bahwa dia akan berpetualang sendirian, untuk menaklukan beberapa labirin seorang diri.

"Tenanglah, jika aku berhasil menyelesaikan sebuah labirin yang akan aku tuju saat ini, aku bisa kembali kapanpun yang aku mau" kata Zen.

"Lalu bagaimana dengan pelatihan kami Zen?" tanya Asuna.

"Maka dari itu, aku akan berpetualang sendirian, sedangkan Yue, Shea dan Tio akan membantu kalian untuk menjadi kuat" kata Zen.

"Tetapi kami ingin berpetualang bersamamu Zen" jawab Yue dan dibalas anggukan oleh beberapa wanitanya.

"Tempat yang akan aku kunjungi, sangatlah berbahaya. Terlebih lagi, sebuah jebakan mungkin akan menantiku disana. Jadi aku tidak bisa membawa kalian" kata Zen.

"Jika itu jebakan, mengapa kamu sangat ingin sekali pergi kesana Zen?" tanya Suguha.

"Untuk memancing seseorang" jawab Zen.

Para wanita Zen saat ini masih bingung dengan mahsut perkataan Zen tersebut. Mereka hendak bertanya namun Zen selalu menjawab bahwa mereka akan segera tahu suatu saat nanti. Akhirnya mereka hanya membiarkan hal tersebut, karena mereka tidak medapatkan jawaban dari Zen.

Akhirnya perbincangan tempat itu mulai berubah, setelah beberapa dari mereka mulai mengobrolkan hal lain, seperti Silica yang menceritakan pengalamannya yang sedang menjalani pelatihan untuk menjadi seorang penyanyi idol.

Hari lalu berganti, sekarang Zen bersama kelompok penyerangnya sudah kembali kekota Horaud. Rencananya hari ini Zen akan meninggalkan mereka ditempat ini dan pergi menuju Labirin Gruen Volcano.

"Ingat, jika terjadi sesuatu yang sangat berbahaya, langsung kembali ke Alaska dan juga tolong menjaga satu sama lainnya" kata Zen dan dibalas anggukan oleh wanitanya yang berada ditempat tersebut.

Akhirnya setelah Zen menjelaskan beberapa hal dan mencium satu persatu wanitanya, akhirnya mereka mulai keluar dari penginapan mewah yang mereka sewa sebelumnya. Namun disebuah lobby penginapan ini, Zen melihat beberapa orang yang dikenalnya.

"Zen, apakah kamu akan ikut bersama kami kembali ke ibukota?" tanya Kaori yang langsung mendekati Zen, setelah melihat pria tersebut turun dari kamarnya.

Memang Shizuku dan Kaori sempat ingin mengajak Zen keibukota tadi malam, namun entah mengapa, kamar yang ditinggali oleh Zen ternyata tidak ada orang yang berada didalamnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberitahukannya besok, jika mereka bertemu dengannya.

"Maafkan aku, tetapi aku masih mempunyai beberapa urusan dikota ini" kata Zen.

"Tapi Ze-" kata Shizuku terpotong setelah sebuah suara terdengar didalam kepalanya. Tidak hanya Shizuku, Kaori juga mendapatkan pesan yang sama seperti apa yang diterima oleh Shizuku.

"Aku hanya memberitahu kalian, aku mempunyai perasaan buruk jika kalian kembali ke ibukota sekarang. Namun pilihan ada ditangan kalian, kalian bisa tetap disini dan berlatih dengan wanitaku, atau kembali keibukota." Kata Zen melalui telepati kepada kedua wanita didepannya tersebut.

Zen lalu tersenyum setelah memberikan telepati kepada kedua wanita tersebut, dan akhirnya berpamitan untuk beranjak dari sana, disusul oleh para wanita yang mengikutinya saat ini. Shizuku dan Kaori saat ini menatap kepergian kelompok tersebut dengan kebimbangan saat ini.

"Baiklah, sepertinya kita akan berpisah saat ini" kata Zen. Lalu satu persatu wanitanya mulai memeluknya dan bersiap melihat prianya tersebut meninggalkan mereka.

Zen lalu tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari dalam penyimpanannya, yang merupakan sebuah motor trail yang dibuat oleh Rinko. Zen lalu menaiki motornya tersebut dan akhirnya mulai beranjak dari sana, meninggalkan para wanitanya yang masih menatap kepergiannya tersebut.

"Baiklah, mari kita menjadi kuat" kata Asuna bersemangat.

Mereka mulai memasuki labirin Orcus, dan mulai membantai beberapa monster dengan tujuan untuk menjadi kuat dan dapat bersama Zen saat ini. Saat asik membantai monster, terdengar suara langkah kaki mendekati mereka.

Para wanita Zen lalu melirik asal suara tersebut dan menyambut kedua orang yang saat ini mendatangi mereka.

"Sepertinya kalian berdua sudah menentukan pilihan"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C190
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login