Download App

Chapter 4: Kejutan dari Mantan

Makan malam ini jauh dari apa yang dibayangkan oleh Savira. Song Joong Ki? Cha Eun Woo? Sepertinya Savira harus menerima kenyataan jika lelaki yang ada di depannya ini lebih mirip seperti tukang kebunnya ketika dia masih sekolah.

Umurnya memang masih muda. Dua puluh delapan tahun. Namun wajahnya, Savira sempat berpikir jika lelaki yang ada di depannya itu sudah berumur empat puluh tahun.

Makan malam yang canggung pun terjadi. Apalagi ketika ibunya berpura-pura sedang ada keperluan ke luar rumah. Padahal klise.

"Kamu kerja di Jakarta mana Vir?" tanya Rinaldi. Dia tersenyum-senyum sejak bertemu dengan Savira sampai membuat Savira berpikir jika lelaki itu sudah salah makan sebelum datang ke sini.

"Jakarta pusat," jawab Savira.

"Oh. Kalau kita nikah kamu ikut sama aku aja ya," ucapnya dengan percaya diri.

"Eh, lho. Kok nikah? Aku kan belum tentu mau nikah sama kamu, Di?"

Ya, sebut saja Di. Daripada Rin atau Aldi. Sepertinya terlalu berat untuk disematkan pada lelaki yang berdandan ala Elvis Presley saat ini.

"Kata ibu kamu. Kamu mau nikah. Makanya aku datang ke sini buat lamar kamu."

Savira meletakkan sendoknya di atas meja dengan kasar. Sampai membuat suara dan Rinaldi terkejut.

"Kamu kayaknya salah. Aku belum ada niatan untuk nikah."

Apalagi sama kamu.

"Kamu kan udah tua, Vir."

"Memangnya kenapa kalau udah tua? Memangnya aku udah nenek-nenek sampai kamu sebut tua?!" Savira kesal sampai Rinaldi hendak terjungkal dari kursinya.

Apalagi ibunya yang baru saja datang entah dari mana. Dia melihat pemandangan yang ada di meja makan kaget karena tampak wajah anaknya sedang marah-marah pada Rinaldi.

"Vira! Kamu kenapa sih?" tanya ibunya dengan pandangan sebal. "Kok nak Rinaldi sampai ketakutan seperti ini?"

"Bu?! Savira kan belum bilang kalau Vira mau nikah. Tapi kenapa ibu, ah udahlah."

Savira hendak melangkah dan menjauhi mereka berdua tapi lengan ibunya menahannya.

"Vir, ibu mohon. Ibu mau lihat kamu nikah."

"Tapi ya jangan sekarang juga. Apalagi sama--"

"Memangnya kenapa sama aku, Vira? Karena aku jelek makanya kamu begini? Nolak aku?" tanya Rinaldi. "Apa karena aku kelihatan tua jadi makanya kamu gak mau?"

Savira diam dan mengiyakannya dalam hati.

Ibunya mendelik ke arah Savira dan tahu apa yang sudah terjadi baru saja.

"Maaf ya Nak, lebih baik kamu pulang dulu. Savira kayaknya terkejut."

Rinaldi mengangguk. "Pantas saja kamu gak nikah-nikah ternyata karena ini to," gumam Rinaldi dan membuat Savira naik darah.

"Tuh kan Bu gak sopan."

"Kamunya juga pasti udah gak sopan."

"Habisnya dia langsung main ngajak nikah. Siapa yang gak kaget?!"

"Duduk, ibu mau bicara."

Ibunya kemudian duduk dan menatap wajah anaknya itu dengan serius. Dia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi agar anaknya mau menikah.

"Ibu kesulitan cari perjaka buat kamu karena semuanya rata-rata udah nikah." Helaan napas berat terdengar dari arah ibunya.

"Vira bisa cari sendiri Bu."

"Dan diselingkuhi seperti dengan Doni?"

"Dari mana ibu tau?"

"Desy bilang semuanya. Makanya ibu khawatir kamu gak akan nikah karena trauma."

"Savira lebih trauma lagi malahan waktu ibu bawa Rinaldi ke sini," gumam Savira.

"Sekarang terserah kamu. Ibu kasih waktu kamu 3 bulan buat cari calon suami. Dan kalau kamu gak mau nikah. Terpaksa kamu harus nikah sama Rinaldi."

"Bu?!"

"Apalagi?"

"Jangan-jangan ibu beneran punya utang sama keluarganya Rinaldi," tebaknya ngawur.

"Kebanyakan nonton sinetron kamu." Ibunya meninggalkan Savira menuju kamarnya.

Savira menatap masakan ibunya yang hanya ia sentuh beberapa. Ia tahu jika tadi dia sudah menyakiti hati lelaki itu.

Namun dia juga terlalu terburu-buru sampai membuat Savira tak nyaman sampai berkata seperti itu.

Ya meskipun dia juga kecewa karena Rinaldi tidak seperti Song Joong Ki dan Cha Eun Woo tentunya.

Savira menghela napasnya. Tiga bulan itu sangat cepat. Apalagi kalau mencari yang mau serius dengannya.

Apakah dia harus kembali pada Rico saja?

Dan akhirnya Savira pun iseng melihat profil Favebook milik Rico. Ia melihat statusnya yang masih lajang.

Dan kini dia sudah mapan dengan pekerjaannya. Tampaknya Savira sudah tidak ada tempat lagi untuk kembali pada mantannya itu.

Apalagi ketika melihat satu foto di mana dia dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang berpakaian seksi.

Savira: Gimana kabarmu?

Tanpa sadar Savira mengirimkan pesan teks pada Rico melalui messenger.

Rico masih aktif di Favebook. Tapi dia sepertinya enggan membalas pesan dari Savira.

Namun mata Savira membelalak ketika pesannya dibaca oleh lelaki itu.

Dibaca. Ya status itu sudah berubah menjadi dibaca.

Rico: Baik, kamu?

Dan akhirnya obrolan di Favebook beralih ke telepon. Membuat mereka mengobrol kembali.

Savira memang terkesan tak tahu malu. Dengan menghubungi Rico lebih dulu.

Tapi mau bagaimana lagi, dia membutuhkan Rico saat ini.

"Oke, atur aja tempatnya," ucap Rico ketika Savira meminta ketemuan dengan Rico.

"Nanti aku kabarin."

Rasanya canggung. Mungkin jika Savira tidak memutuskan hubungannya dengan Rico dulu, lelaki itu pasti masih akan menyayanginya. Dan memberikan apa saja termasuk melamarnya saat ini juga.

Namun saat ini keadaan sudah berbeda. Rico sudah bukan seperti dulu lagi. Lelaki itu tampak susah digapai.

"Bu, Savira pulang ya," pamit Savira.

"Udah malam tidur di sini aja."

"Besok masih kerja."

"Berangkat dari sini kan bisa."

Savira melirik jam di dinding. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Mungkin untuk saat ini dia harus memenuhi permintaan ibunya itu.

"Ya udah deh." Savira menyerah pada akhirnya.

"Tadi kamu teleponan sama siapa?" tanya ibunya ketika Savira hendak kembali ke kamarnya.

"Oh itu. Teman."

Savira tak bisa mengatakan jika itu adalah Rico.

"Cowok atau cewek?"

"Cewek."

Savira tak bisa memberikan harapan pada ibunya.

"Bu, kalau Savira gak nikah kan malah bisa temenin ibu sampai tua."

"Terus kalau ibu mati siapa yang nemenin kamu? Lagian selama ini kamu tinggal sendirian gak sama ibu. Jadi apa bedanya."

Savira diam tertampar oleh kalimat dari ibunya.

"Cari yang sayang sama kamu, Vir. Jangan lihat lelaki dari fisiknya aja."

"Tapi kan gak Rinaldi juga kan Bu?"

"Kamu maunya seperti siapa? Doni? Ganteng tapi begitu?"

Savira diam.

"Vira tidur aja deh."

Itu lebih baik daripada dia berdebat dengan ibunya bukan?

**

Keesokan harinya. Setelah Savira pulang bekerja. Dia sudah menunggu Rico selama empat puluh lima menit.

Sejak tadi dia gelisah karena tak melihat bayangan dari mantan kekasihnya itu.

"Jangan-jangan lupa," gumam Savira.

"Ah gak mungkin. Dia bisa ketemu sama aku kan kesempatan langka."

Suara langkah mendekat dan Savira mengangkat wajahnya. Ia melihat bayangan Rico sudah berdiri di depan mejanya sambil tersenyum.

Tapi ia tak sendiri …

"Maaf telat, aku harus jemput pacarku dulu," kata Rico.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login