Download App

Chapter 12: Cemburu Pada Anak Sendiri

Felicia terkekeh, ia berpura-pura geli mendengar ucapan dari sahabatnya. Padahal di dalam hati, gadis itu cukup berdebar menghadapi pertanyaan dari sahabatnya sendiri. Tanpa langsung menjawab, ia menghampiri Maya yang masih berdiri di samping mobilnya. "Apa kamu mau masuk ke dalam, untuk membuktikan semuanya?" tanya gadis itu pada sahabat dekatnya.

"Tak perlu. Aku juga harus pulang, Mama sudah mengirimkan pesan untuk memintaku segera pulang." Maya melebarkan senyuman di bibirnya lalu kembali masuk ke dalam mobil. Dia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh keluar dari kompleks perumahan mewah itu.

Setelah mobil Maya semakin menjauh dan tak terlihat dari pandangan Felicia, dia langsung mengetuk pintu belakang rumahnya dengan buru-buru. Gadis itu tak ingin ada yang melihatnya masuk melalui pintu belakang. Begitu pintu terbuka, ia langsung masuk dan berlari ke kamarnya. "Terima kasih, Bik," ucapnya sambil berlalu begitu saja.

Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya karena merasa sangat heran dengan kelakuan anak dari majikannya. "Hati-hati, Non," teriaknya saat melihat Felicia berlari melalui tangga menuju ke kamarnya.

Di dalam kamarnya, Felicia tersenyum sendiri mengingat hal bodoh yang sedang dimainkan. Namun dalam hatinya menyimpan kekhawatiran, dia takut jika Maya mengetahui kebenaran itu. Bisa aja sahabatnya itu akan marah bahkan membenci dirinya. Sambil termenung dan berbaring di atas ranjang, Felicia memikirkan cara untuk mengatakan semuanya pada Maya. Paling tidak, Maya adalah satu-satunya teman yang mau menerima dia apa adanya. Tanpa sadar, gadis itu terbuai dalam tidurnya. "Kak! Jangan pergi, Kak. Kak Alvaro!" Felicia berteriak di dalam tidurnya.

Suara teriakan gadis itu membuat Amelia yang kebetulan melewati kamar itu cukup terkejut. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar dan memastikan keadaan Felicia. "Sayang! Bangunlah." Ibunda dari gadis itu langsung memberikan belaian penuh kasih sayang pada anak perempuannya. Dia tahu jika Felicia terlalu merindukan kakak kandungnya, Alvaro. Sayangnya, Amelia tak mampu melakukan apapun. Semua keputusan berada di tangan suaminya, Felix Angelo.

Felicia yang menyadari kehadiran seseorang di sebelahnya langsung membuka matanya perlahan. Dia langsung memeluk ibunya begitu erat. "Ma!" Suara isak tangisnya terdengar lirih dan cukup menyedihkan. "Aku rindu Kak Alvaro, Ma," ucap gadis yang begitu sedih karena mengingat betapa kerasnya seorang Felix Angelo pada anak lelakinya.

"Tenanglah, Sayang. Mama akan membujuk papamu agar membawa Alvaro kembali bersama kita," hibur Amelia dengan wajah yang juga sangat sedih. Sudah terlalu lama mereka membiarkan Alvaro hidup sendiri di negeri orang. Dia berpikir jika itu adalah waktu yang tepat untuk membawa anak lelakinya itu untuk kembali. "Mandilah dulu biar badanmu segar," ujar Amelia pada anak gadisnya.

Gadis itu menganggukkan kepalanya sambil memperlihatkan sedikit senyuman di bibirnya. "Mama harus membuat Papa membawa Kak Alvaro kembali," sahut Felicia dengan penuh harap.

Sebuah belaian lembut diberikan Amelia pada anak perempuan kesayangannya. Dia merasa kasihan melihat anak gadisnya terus saja merindukan kakak lelakinya. "Percayakan pada Mama kali ini," balasnya sebelum keluar dari kamar itu. Wanita itu pun berjalan menuruni tangga di rumahnya. Di saat itu pula, Felix Angelo baru saja masuk ke dalam rumah yang lumayan baru itu. Amelia langsung menghampiri suaminya dengan senyuman dan tatapan penuh arti. "Selamat datang, Mas," sapa wanita yang sudah merangkul lengan suaminya.

"Ada apa, Ma? Sepertinya ada sesuatu yang begitu mengganggu," tanya Felix Angelo pada istrinya.

Amelia tak langsung menjawab pertanyaan dari suaminya itu. Dia mengajak pria di sampingnya itu untuk masuk ke dalam kamar. Mereka pun duduk di sebuah kursi yang berada tepat di depan jendela kamar itu. "Mas!" Wanita itu menatap suaminya dengan hati yang berdebar-debar. Dia takut jika sang suami akan menolak keinginannya.

"Katakan apa yang sudah mengganggu pikiranmu?" Lagi-lagi Felix kembali bertanya kepada wanita yang selalu mendampinginya.

"Aku ingin Mas Felix membawa Alvaro kembali pada kita." Amelia langsung terdiam dengan wajah memohon pada suaminya sendiri. Bahkan air mukanya berubah sedih dan sedikit pucat.

Terlihat jelas perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh Felix. Pria itu langsung terdiam sambil menatap tajam wanita di sampingnya. Rasanya dia tak tahan jika harus melihat istrinya memohon dengan wajah yang menyedihkan. "Apa anak manja itu yang memintamu?" tanyanya dengan suara tegas dan juga cukup serius.

"Bukan karena Felicia ... aku sendiri yang sangat merindukannya. Ini sudah sangat lama kita membiarkan Alvaro hidup seorang diri di sana. Jika Papa tak menyuruhnya pulang, aku sendiri yang akan membawanya kembali," tegas Amelia pada seorang pria yang berstatus sebagai suami satu-satunya. Biasanya dia tak pernah meminta apapun pada suaminya itu. Hanya saja, soal anak lelakinya itu telah membuat Amelia harus mengungkapkan segala perasaan yang selama ini sudah ditahannya.

Pria itu tak langsung memberikan jawaban apapun pada istrinya. Felix justru meninggalkan Amelia duduk seorang diri di kursi itu lalu keluar dari kamar. Dia ingin memikirkan keputusan besar yang akan diambilnya saat itu juga.

Sedangkan Amelia menjadi sangat kesal melihat suaminya meninggalkan kamar begitu saja. Rasanya dia sudah tak tahan melihat betapa keras dan angkuhnya pria yang menikahi dirinya puluhan tahun silam. "Bagaimana kamu bisa bersikap sekeras itu pada anak-anak kita?" gumam Amelia sambil berurai air mata. Dadanya mendadak sesak dan begitu menyakitkan. Sudah terlalu lama dia menahan segala kegundahan di dalam hatinya. Ingin rasanya Amelia segera pergi dan menjemput anak lelakinya itu. Sebenarnya dia bisa melakukan semuanya sendiri. Hanya saja, rasa cintanya pada Felix telah membuatnya terus hormat dan tak melawan keputusan suaminya itu. Setiap malam Amelia selalu menangis karena terlalu merindukan anak lelakinya.

Tanpa Amelia sadari, Felix Angelo sudah kembali masuk ke kamar itu. Dia melihat sendiri bagaimana istrinya menangis dengan wajah yang begitu sedih. Felix tak pernah mengira jika kepergian Alvaro menyisakan luka yang begitu besar untuk istri yang sangat dicintainya. "Maafkan Papa, Ma." Kalimat itu yang pertama diucapkan oleh Felix kepada istrinya. Dia pun kembali duduk di samping wanita itu sambil memberikan belaian lembut di kepalanya. "Papa berjanji akan membawa Alvaro pulang secepatnya." Sebuah jawaban yang selama ini sudah sangat dinantikan oleh dua orang wanita di rumah itu.

Sontak saja, Amelia langsung memeluk suaminya. Dia merasa sangat bahagia mendengar perkataan dari pria di pelukannya. "Terima kasih, Mas. Aku sudah tidak sabar ingin memeluk Alvaro," ucapnya dengan wajah yang terlihat sangat bersemangat dan juga bahagia.

"Sebelum memeluk anakmu, Mama harus memeluk Papa dulu sampai puas. Aku pasti akan sangat cemburu jika Mama terus memeluk anak lelaki kesayangan Mama itu," goda Felix Angelo pada istrinya. Sekeras apapun dirinya, Felix selalu bersikap lembut pada wanita yang dicintainya itu.

Happy Reading


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login