Download App

Chapter 3: Chapter 1 — New Ages

Franseria, 01 Desember 2332. Pukul 04:00:00

*Bip Bip Bip Bip*

Alarm berbunyi. Jari-jari keriput dari seorang kakek berhenti dari pekerjaannya hanya untuk menekan tombol jam yang ada di tangan kirinya.

"Sudah jam segini? Kapan terakhir kali aku tidur sesuai jadwal? Sejak para peneliti itu memintaku untuk membuat droid sialan ini, aku tidak lagi mendapatkan waktu tidur yang cukup. Apa ini sebuah siksaan untuk tubuh tuaku?" keluh kakek itu.

Rambutnya putih uban. Matanya sayu dengan lingkaran hitam yang mengelilingi kelopak mata. Ekspresinya pun tak layak dikatakan lagi bahwa dia senang dengan pekerjaannya yang saat ini. Kemana semua semangatnya itu pergi?

Di depannya adalah layar komputer, dan apa yang berada tak jauh di belakang monitor itu adalah kasur besi yang biasa digunakan sebagai tempat untuk mereparasi droid militer yang sudah rusak parah. Akan tetapi, apa yang ada di kasur tersebut saat ini ialah seorang manusia —tidak, itu mungkin berlebihan— sebuah droid militer yang menyerupai seorang lelaki.

"Asisten!" panggil si kakek.

"Saya di sini, insnyur!" jawab asisten. Dia sudah berada di sisi sang insinyur tua sepanjang hari.

Berdiri sepanjang hari menemani sang insinyur tua adalah pekerjaannya sebagai asisten pribadi. Berbeda dengan si kakek, asisten muda yang satu ini sudah berdiri layaknya sebuah manekin yang mengenakan baju bengkel. Matanya terus bolak-balik dari huruf-huruf yang diketik dengan sangat cepat dan droid yang berbaring di kasur besi. Meskipun pakaian ini panas dan sulit untuk meregang, tapi kedua hal itu tidak mencegah seorang asisten insinyur tua untuk melakukan tugasnya secara maksimal. Bagaimana tidak? Dia sangat berdedikasi pada pekerjaannya sejak awal dirinya diciptakan, ditambah lagi wajahnya serupa dengan wajah sang insinyur tua ketika dia masih muda.

Ya, dia juga merupakan sebuah droid. Droid yang adalah cerminan dari sang insinyur ketika masih muda, setidaknya hanya pada tampilan eksteriornya saja.

"Tolong kau periksa ulang kode yang baru saja kubuat. Jika ada eror, tolong perbaiki." Insinyur tua memberi perintah.

"Baik, insinyur!" Asisten insinyur mengambil alih tempat duduk sekaligus komputer yang baru saja ditinggalkan sang insinyur tua.

"Aku tolong padamu, ini adalah pekerjaan terakhir kita pada droid ini. Memberi sentuhan akhir dan memastikannya sekali lagi seharusnya adalah tigasku, tapi jujur, aku sudah sangat lelah. Apa kau mau aku terkena serangan jantung dan meninggal?"

"Jangan khawatir. Jika tubuh anda tiba-tiba kejang, saya akan langsung melakukan pertolongan darurat dengan memberikan anda aspirin dan nitrogliserin yang sudah saya siapkan di laci meja, untuk berjaga-jaga jika situasi tersebut benar-benar terjadi. Dan sebagai pengingat, kita memiliki CPR di sini. Saya yakin alat itu hanya dikhususkan pada anda seorang, insinyur."

Sebagai respon dari ucapan asistennya, insinyur tua berdecak lidah.

"Apa kau menyindirku? Meski pikiran kita sama dan pikiranmu juga sudah ditambahkan lagi dengan pikiran dari seorang dokter dan prajurit, tapi kau cukup kasar juga pada seseorang yang sudah menciptakanmu."

"Tidak, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya mengatakan bahwa saya sudah mempersiapkan segala hal untuk mengobati anda ketika anda terkena serangan jantung. Bukankah lebih baik anda memuji saya?"

" Hmfh! Terserahlah, aku mau ke ruanganku dulu." Insinyur tua menghela nafas berat. "Dewan sialan! Memaksaku bekerja lembur selama berbulan-bulan. Benar-benar sebuah keajaiban aku masih hidup sekarang. Apa mereka tidak menyadari betapa berharganya diriku bagi negeri ini? Seharusnya mereka memperlakukanku dengan lebih baik lagi." Insinyur tua berjalan keluar ruangan sambil menggerutu, dan suaranya pun menghilang setelah pintu otomatis yang berada di belakang punggung tertutup kembali.

Asisten insinyur, yang nama sebenarnya adalah Mark II (dua), memutar kepalanya kembali pada monitor. Tugasnya kali ini ialah mempersiapkan sentuhan akhir yang berupa kode-kode perintah pada sistem droid melalui komputer yang ada di depannya, lalu mengecek ulang semuanya dari awal hingga akhir, mencari jika ada kode yang eror atau masalah pada fisik droid sebelum akhirnya menyalakan droid tersebut.

Mark II meletukkan jari-jari tangannya, meskipun dia tahu kalau hal itu tidak berguna. Meletukkan jari-jari tangan sebelum melakukan pekerjaan hanyalah kebiasaan yang tak sengaja tertanam pada sistem Mark II karena rekaman otak sang insinyur. Selain meletukkan jari-jari tangan, dia juga mempunyai kebiasaan lain yang aneh dari dua rekaman otak lainnya. Mungkin agak banyak untuk disebutkan semuanya.

Mark II pun mulai menekan tombol-tombol pada keyboard dengan sangat cepat. Sepuluh jari dia gunakan secara efektif, ditambah lagi dengan menghubungkan koneksi langsung kepada komputer dengan perantara wi-fi, Mark II mengambil alih semua sistem komputer atas dirinya dan bekerja hingga lima kali lebih cepat daripada manusia biasa.

Meskipun mengetahui kehebatan Mark II, insinyur tua tetap melakukan sebagaian besar dari pekerjaannya. Jika ditanya, 'mengapa?', maka jawaban yang akan diberikan oleh sang insinyur tua ialah, "Karya itu akan terlihat indah jika dikerjakan sendiri." dengan ekspresi bangga. Tanpa bertanya pun, Mark II sudah mengetahui jawabannya karena dia memiliki pikiran dari sang insinyur.

Saat ini, Mark II —droid yang seharusnya tidak memiliki ekspresi— merasakan kesenangan yang mengalir ke seluruh sirkuit yang ada pada tubuhnya. Dari tiga rekaman otak yang ada, hanya ketika memperbaiki atau membuat droid lah yang memberikan kesenangan tiada tara pada Mark II.

Jadi, inilah yang selalu dirasakan oleh insinyur....

04:58:30

Hampir satu jam sudah berlalu dan Mark II juga sudah hampir selesai dalam melakukan pengecekan ulang tehadap sistem serta fungsi droid yang akan diaplikasikan kepada sebuah droid laki-laki yang sedang berbaring mati di atas kasur besi.

Bayangkan saja kamu mengetik ratusan ribu kata yang dipisahkan lagi pada beberapa anak file, jika terjadi satu kesalahan saja ketika melakukan pengetesan, maka terjadilah rantaian eror yang berujung pada perbaikan ulang seluruh kode yang telah dimasukkan.

Setelah membaca semua kode, tanpa disangka, 40% dari jumlah kode yang dimasukkan insinyur tua adalah eror dan Mark II harus memperbaikinya. Daripada dibilang memperbaiki, lebih tepatnya Mark II mengetik ulang semuanya setelah dia tiba pada eror di awal-awal coding.

Mark II menekan dua tombol yang akan langsung menerapkan kode tersebut sekaligus menjalankan ulang sistem pada droid. Sepasang tombol, 'Control + F10'. Setelah muncul pemberitahuan "Perubahan berhasil diterapkan", Mark II berdiri dari kursinya, dia mengambil kertas yang berisi tentang catatan penting dari fungsi tubuh sebuah droid.

Meskipun begitu, dia sebenarnya sudah mengingat semua informasi yang dimuat pada kertas tersebut, namun apadaya jika memegang kertas sembari mengecek pasiennya adalah kebiasaan yang dia dapat dari salah satu rekaman otak.

Mark II berjalan perlahan sambil menggunakan sensor mata yang dapat melihat menembus ketebalan besi. Tujuannya ialah mencari tiap kesalahan sirkuit yang mungkin saja terjadi.

"Sistem sudah diupload dan tidak ditemukan kecacatan pada tubuhnya." Mark II menuliskan semua hasil pengamatannya secara detil di kertas yang dia pegang. "Sekarang tinggal memberikan sentuhan akhir. Sangat disayangkan bahwa insinyur menyerahkan tugas ini pada droid sepertiku. Hmm ... mungkin tidak, aku akan menganggap diriku sebagai insinyur ketika dia masih muda."

Seperti yang digumamkan Mark II, ekspresi di wajahnya berubah seketika, menunjukkan gairah yang nyata ketika dia akan menghidupkan sebuah kumpulan logam yang mati.

Tangannya yang agak kotor mengangkat belakang kepala droid yang tengah berbaring itu, lalu menekan sebuah titik pada bagian lehernya.

*Sfshhh*

Seperti bunyi minuman botol ketika dibuka tutupnya.

Kulit —lempengan besi— di bagian leher tersebut pun terbuka, terlihat sebuah tombol yang bertuliskan "ON" pada sisi atas dan "OFF" pada sisi bawahnya. Dan saat ini tombol itu berada pada posisi "OFF".

Ini adalah saatnya....

Saat dimana sebuah droid dibawa ke dunia yang fana ini....

Dengan otak dan tanpa perasaan. Dengan kemampuan dan tanpa bakat. Semuanya diperoleh hanya dengan memberikan rekaman otak pada sebuah droid. Robot yang umurnya kurang dari tiga puluh menit saja sudah dapat setara dengan prajurit veteran jika dia diberikan rekaman otak dari prajurit veteran tersebut. Semua pengalaman yang ada di dalam rekaman akan diserap dan langsung dapat diimplementasikan oleh droid dengan sangat mudah, tanpa adanya latihan.

Ini adalah zaman dimana robot digunakan untuk berbagai tujuan tertentu di dunia, termasuk pada melakukan proyek 'Lost'.

"Ayo, bangkitlah dari tidur abadimu, Beta-03!" Mark II berseru.

*Click!*

Tangannya menekan tombol 'ON' pada belakang leher droid yang dia pegang. Setelah tombol itu ditekan, kulit —lempengan besi— yang sebelumnya terbuka pun langsung tertutup secara otomatis.

Mark II dapat merasakan aliran energi yang mengalir pada kabel-kabel yang ada di dalam tubuh Beta-03, energi itu mengalir layaknya pembuluh darah yang secara berkala melewati inti baterai.

Saat Mark II melihat Beta-03 membuka mata untuk pertama kalinya, dia pun membuka kacamatanya, memeragakan gerakan yang sama seperti saat sang insinyur tua menciptakan dirinya —Membentangkan kedua lengannya.

"Selamat datang di Bumi, Beta-03," sambut Mark II dengan senyum tipis.

Dia masih harus melihat bagaimana subjeknya membalas sambutan yang diberikan. Apakah responnya kaku atau tidak. Mengingat droid yang baru bangun ini hanyalah sebuah purwarupa, Mark II tidak akan terkejut jika ada banyak eror yang terjadi pada Beta-03, meskipun sudah melakukan banyak usaha yang dikerahkan untuk memogramkannya.

Contohnya seperti saat Beta-03 berlutut di hadapan Mark II sesaat setelah dia terbangun. Siapa yang masih melakukan gerakan seperti itu selain dari orang-orang zaman dulu.

"Unit Beta-03 menyambut kepada sang pencipta," hormatnya.

Mark II mengabaikan sikap anehnya lalu membalas dengan nada yang sedikit ditekankan karena rasa semangatnya.

"Aku Mark II.... Jadi, katakan Beta-03, bagaimana keadaanmu saat ini?"

'Keadaan' di sini yang dimaksudkan oleh Mark II ialah, apakah ada masalah yang terjadi pada sistemmu? Dan tentu saja, Beta-03 langsung menjawab berdasarkan kesimpulan tersebut.

"Berfungsi dengan baik, meskipun penyerapan rekaman otak pada sistem drive masih memuat dengan lambat."

"Hmhm...." Mark II mengangguk sambil mencatat ucapan yang dia dengar ke dalam laporan. "Baiklah, berarti kamu memilih cara seperti ini." Mark II pun meletakkan kertas-kertas dan pena yang dia pegang. Dia meraih ke satu set baju putih dengan celana panjang yang warnanya juga sama. "Kenakan ini. Di sini, tidak akan ada orang yang mau melihat tubuh telanjangmu itu."

"Saya mengerti."

Mark II menyerahkan set baju tersebut dan melihat proses pemakaian baju yang dilakukan oleh Beta-03. Meskipun begitu, alasan mengapa Mark II menatap Beta-03 dengan serius adalah karena dia ingin mengetahui apakah ada kemacetan yang terjadi pada sistem gerak tubuh Beta-03. Namun, tidak ditemukan masalah sepersen pun.

"Setelah kamu bersiap, dalam satu jam akan ada orang penting yang ingin bertemu denganmu. Seharusnya kamu sudah tahu apa tujuanmu diciptakan, tidak?"

"Ya pak! Saya sudah mengetahuinya dan saya akan memenuhi semua perintah yang diberikan pada saya."

"Kulihat sikapmu masih kacau. Terkadang kamu memeragakan tingkah seperti seorang tentara, dan terkadang malah seperti ninja zaman baholak di hadapan tuannya. Aku hanya khawatir karena nanti kamu akan meremukkan tangan seseorang saat kamu berjabat tangan, kamu tahu? Para seni bela diri." Mark II mengangkat kedua bahunya seperti seorang komedian. "Untuk saat ini, cobalah beradaptasi dengan semua rekaman otakmu itu."

"Dimengerti!"

"Kalu bisa, cukup gunakan satu kebiasaan saja yang kamu peroleh dari rekaman otakmu itu. Ada sebuah kutipan, 'Penampilan yang baik adalah penampilan yang konstan' mengerti?"

"...." Beta-03 tidak memberikan jawaban dengan ucapan, hanya sebuah anggukan pelan yang dia tunjukkan.

"Bagus. Aku yakin para atasan akan sangat senang dengan kehadiranmu, Beta-03. sebelum misimu dieksekusi, kamu bebas asalkan tidak melanggar perintah dasarmu."

Beta-03 terdiam sejenak, memberi jeda yang hening setelah Mark II berkata. Dia tahu bahwa dalam waktu yang kurang dari satu jam, dirinya akan menerima sebuah misi yang akan menjadi tujuan dari mengapa dia diciptakan. Untuk mereka yang telah menciptakan dirinya, Beta-03 tidak akan membantah sekecil apapun terhadap semua perintah mereka. Dan mengetahui bahwa dia masih memiliki sedikit kebebasan untuk bergerak tanpa berdasarkan misi, Beta-03 merasa sangat berterima kasih. Perlahan, dia membuka mulutnya.

"Kalau begitu, bisakah aku mendapatkan waktuku untuk sendiri di sini?"

"Tentu," Mark II membalas dengan sedikit tanda tanya di suaranya.

Selama hidupnya hingga sekarang, baru kali ini dia merasakan bahwa sebuah droid memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan para manusia.

Meskipun Mark II sendiri juga memiliki tingkat kesamaan yang dibilang tinggi dengan manusia, namun droid yang sedang berdiri menunggu jawaban didepannya itu memiliki apa yang tidak dimilikinya.

"Baiklah, nikmati waktumu. Aku akan ke ruangan insinyur. Sampai jumpa dalam waktu satu jam," lanjut Mark II.

"Terima kasih." Beta-03 menunduk dalam.

Dia pun melihat punggung kaku Mark II sesaat sebelum menghilang dari balik pintu.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login