Download App
Menuai Kebencian Menuai Kebencian original

Menuai Kebencian

Author: Nugraheni_Yudiasti_8885

© WebNovel

Chapter 1: Prologue

"Aaa bodoh banget deh gue" desah Cia. Bisa bisanya dia hampir telat di hari pertamanya kerja. Begitulah Prisia Hanungtyas atau orang orang lebih suka memanggil dia Cia. Wanita berambut pendek dan dengan badan yang pendek pula kesal dengan hari ini. Pagi ini adalah wawanacara kesekian kali untuk Cia, sebelumnya dia selalu bangun lebih pagi namun mungkin hari ini bukan hari yang baik untuknya. Banyak kegagalan yang Cia hadapi akhir-akhir ini, namun Cia hanya percaya pada dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa mendapatkan kata sukses suatu saat nanti.

"Aduh semoga jakarta ngga macet deh. YaAllah kasih keajaiban dong sehari aja. Demi masa depan ku yang cerah ini." doanya sambil memakai sepatu.

Cia langsung menuju ke garasi. Ia numpang di rumah tantenya yang tinggal di Jakarta untuk sementara hingga Cia mendapat pekerjaan. Sesampainya di mobil, ia hendak meminta doa kepada keluarganya agar di lancarkan dalam tesnya kali ini. Budaya yang tidak pernah hilang sejak dua kakaknya 8 tahun mencari kerja.

"HP gue mana lagi" gumam Cia.

"Bangsat hp gue ketinggalan di kamar" umpat Cia. Cia keluar dari mobil, berjalan ke kamarnya lagi dan ternyata benar hpnya berada di meja riasnya.

Salah satu kebiasaan Cia yang paling Ia benci adalah keteledorannya. Namun, bagaimanapun dia ingin merubah dirinya, tetap saja ia tidak bisa. Sepertinya teledor sudah mandarah daging di dalam dirinya.

***

PT. Bumi Citra Asia Tbk.

Disinilah Cia melamar pekerjaan. Ia memilih perusahaan properti terbaik di Indonesia karena perusahaan ini bisa membuat karir yang bagus untuk Cia. Cia berasal dari keluarga yang sederhana. Berlibur adalah suatu hal yang tidak mungkin di keluarganya. Uang adalah alasan kenapa Cia jarang merasakan liburan dengan keluarganya. Sedangkan impian Cia adalah pergi jalan jalan ke luar ataupun ke dalam negeri. Sehingga, kebiasaan Cia adalah ikut liburan tantenya. Kebetulan Cia punya tente yang baik banget. Namanya Jennie, seorang banker di Jakarta. Tante Jennie sudah Cia anggap sebagai ibu keduanya saking akrabnya Cia dengan tante Jennie ini.

Semua orang seperti mengahapalkan jawaban dan memikirkan apabila nanti ditanya ini dan itu. Termasuk juga cia.

"Selamat pagi nama saya Prisia Hanungtyas. Saya lulusan Psikolog--" Cia berhenti berbicara "bentar deh, gue nyebut alamat dulu atau lulusan dulu ya? Bego banget sih gue dikit dikit lupa" keluh cia.

"Neng mau wawancara juga?" Tanya wanita di sebrang cia. Ya iyalah woi masa gue disini mau ngasih makan anjing. Batin Cia.

"Iya hehe, by the way kalo mau wawancara kita ngomongin alamat apa lulusan dulu ya mbak?" Kata cia sambil menggaruk kepala.

"Lulusan dulu neng, oh ya neng nya lulusan apa?" Sahut wanita disebrangnya lagi.

"Lulusan Psikologi". Udah kek nanya mulu mau belajar ni gue. Batin cia lagi.

Setelah selesai wawancara kerja yang sangat menegangkan bagi cia. Ia berjalan pulang sambil melihat kemegahan perusahaan yang dilamarnya. "Gila kalo gue beneran di sini si jaminan banget ni ga bakal pulang bsd. Fix banget gue tidur sini" gumam cia pelan sekali sambil menggegam handphone yang ada ditelinganya. Cia selalu menggumam sendiri tapi karena dia takut dikira gila akhirnya dia menempelkan iphone nya ditelinga agar orang melihat dia seperti sedang menelepon. Dari kecil Cia gemar berbicara dengan dirinya sendiri, berpendapat dengan dirinya sendiri, dan debat dengan dirinya sendiri. Menurut dia, dengan ia bermonolog, ia bisa mengeluarkan keluh kesahnya tanpa harus berkeluh kesah dengan orang lain.

"Wait bentar bentar Cia, kok gue kaya kenal tu muka ya?" Gumamnya sekali lagi sambil manaruh jari jari kanannya di dagu. Setelah berhenti sebentar untuk mengingatnya akhirnya dia memutuskan untuk tetap cool berjalan agar tidak seperti orang terkejut. Iya. Cia tau siapa orang yang sedang menatapnya. Dia Bram orang yang dulu pernah dia sukai sekaligus orang yang buat dia tau rasanya membenci. Saat ini Cia sedikit gugup karena sudah leboh dari 5 tahun ngga pernah bertemu dengan sosok Bram. Ia gugup bukan karena ia masih suka, tapi Ia merasa kenapa harus dipertemukan kembali dengan orang yang membuat Ia trauma setengah mati di 5 tahun yang lalu. Cia sampai berniat untuk putar balik namun itu membuat Cia semakin terlihat pengecut dan belum move on dari masa lalunya.

Bram terus menatap Cia. Sampai Bram sejajar langkah dengan Cia.

"Hai Ci. Long time no see. Apa kabar?" Sapa Bram. Aduh basa basi banget. Batin Cia sambil memutar bola matanya.

"Good Bram. Very very good" jawab Cia sambil sedikit terkekeh. Padahal Cia mengumpat dalam hati.

"By the way, lo juga ngelamar di sini? Atau udah kerja?" Tanya Bram membuka obrolan.

"Iya ngelamar, kalo lo?"

"Sama ni, gue ngelamar di bagian analisis menejemen bisnis" sahut Bram. "Kalo lo?" Tambahnya

"Gue jadi HRD dong kan lo tau gue kuliah di Psikologi" jawab Cia

"Semoga kita sama sama ketrima deh" doa Bram. "Iya Aamin" balas Cia. Oh oke basic coversation. Batin cia.

"Yaudah gue duluan ga bram, see you" pamit Cia. Cia tau Bram adalah orang yang paling awkward yang pernah Cia kenal. Saat SMA, Bram adalah salah satu orang yang paling di kesali anak kelas karena Bram yang terlalu kaku untuk menanggapi sesuatu.

"Eh cia..Em..Gue mau makan siang ni tapi gaada temen. Lo mau ngga nemenin gue?" Tanya Bram dengan sedikit gugup. Cia sedikit terkejut. Bagaimana bisa orang yang sudah 5 tahun lebih ngga pernah ketemu sekalinya ketemu minta di anterin makan siang.

"Makan apa?" Tanya Cia balik. Cia wanita jadi harus sedikit jual mahal.

"Ke antalogi?" Tawar Bram. Hah gila kali ni cowok. Bilang laper kok ke cafe. Batin Cia.

"Boleh deh, ayuk". Oke Cia always be Cia yang ngga bisa nolak orang. Padahal Cia bingung ngapain juga Ia nerima tawaran Bram.

"Lo naik apa kesini?" tanya Bram.

"Naik mobil, kalo lo?" tanya Cia balik

"Sama, udah bareng gue aja" ajak Bram. Namun sangat tidak mungkin Cia satu mobil dengan Bram. Ia tau pasti bakal awkward parah apalagi ia baru saja betemu. Lagian juga Antalogi searah dengan rumah tante Cia, setidaknya Ia nanti tak perlu bolak balik.

"ngga deh Bram, satu arah juga sama rumah tante gue" tolak Cia

Cia tidak tahu Tuhan sedang berencana apa untuk Cia di hari ini. Kenapa semua terasa 'sial' hari ini? Begitu kira kira yang ada pada pikiran Cia. Dia hanya berharap semoga pertemuan ini adalah pertemuan yang baik.

"Banyak hal yang pengen gue ulang Ci, kasih gue kesempatan ya?"

***

TO BE CONTINUE….

PLEASE GIVE ME VOTE AND COMMENT GUYS

LOVE YOU ALL

STAY HEALTHY


CREATORS' THOUGHTS
Nugraheni_Yudiasti_8885 Nugraheni_Yudiasti_8885

I'm still learning about writing. I'm trying to write this book from the deepest of my heart. Please give me star and comment if I was wrong. Thankyou

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login