Download App
66.66% Pesan Untukmu

Chapter 2: 2. Lebih beruntung dari mereka

Apakah aku lebih beruntung dari mereka yang hidupnya jauh lebih menyakitkan dariku?

Mayang Sari

Bogor, 1990

Typo bertebaran!

Happy Reading!

Diluar sana masih terdengar suara tembakan senjata, apa yang harus aku lakukan? Berkomunikasi dengan mereka pun aku tak bisa. Disini aku bagaikan seorang penonton yang sedang menghayati film yang sedang ditayangkan. Kesadisan mereka terhadap para tahanan penjara masih terus dilakukan, bahkan bejat nya mereka melakukan hal biadab pada wanita-wanita pribumi. Tampak disini sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan semuanya bagaikan tempat penyiksaan yang tidak ada celah sedikitpun untuk bisa kabur.

Apakah ini kehidupan manusia di zaman dahulu? apakah aku masih beruntung dibandingkan mereka yang setiap hari bahkan setiap jam dan menit hidupnya tersiksa. Tubuh mereka sangat kurus bagaikan tengkorak hidup. Aku menangis, kala tidak tahan melihat mereka yang disiksa bagaikan binatang.

Ingin sekali aku bertanya pada wanita yang sedang meringkuk sambil menangis ini. Aku rasa umurnya tak jauh berbeda dari ku mungkin umur wanita itu sekitar 18,19 ataupun 20 tahun, karena aku yakin umurnya tak jauh dari 20 tahun.

Menurutku Gadis ini sangat cantik, wajahnya memang asli pribumi, warna kulit tubuhnya kuning langsat bola matanya hitam hidungnya mancung dan rambutnya panjang, hitam legam dan tebal. postur tubuhnya sedikit tinggi mungkin hampir menyamai postur tubuh para tentara tadi hanya saja lebih pendek sedikit.

Tak ada yang bisa aku lakukan disini membantu pun rasanya itu tidak mungkin, karena aku tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu, Bagaimanapun yang telah terjadi dimasa dahulu itu semua adalah takdir, takdir yang telah Tuhan tetapkan.

Tiba-tiba rasa kantuk hadir, entah mengapa mata ini sudah tak dapat untuk diajak kompromi, akupun tertidur sambil meringkuk sama seperti wanita disampingku. Baru saja aku ingin menutup mataku tetapi teriakan menakutkan membangunkanku, betapa terkejutnya saat melihat ibu sudah ada dihadapanku dan membanjur tubuhku dengan air yang, ah... Akupun tidak tahu yang pasti air ini sangat keruh dan berbau.

Ibu menarik lenganku sangat kuat dan kencang, akupun kesakitan saat ibu juga menjambak rambutku sangat kencang. Aku meringis kesakitan, air mataku luruh kala merasa betapa kejam nya ibu tiriku. "Dasar anak tak tahu diuntung! Sudah jam berapa ini? Masih tidur aja, dasar anak malas!" Ucap ibu dengan emosi yang semakin membuncah terhadapku, aku semakin meringis kesakitan jambakan ibu semakin keras, dan akhirnya tubuhku didirong hingga keningku terpaut keras pada ubin lantai. Aku meringis kesakitan dan memegangi keningku yang sangat sakit dan ternyata keningku berdarah. Akupun bangkit dan menyeimbangkan tubuhku.

"Hiks... Ibu jahat! Kenapa ibu melakukan ini padaku? Padahal aku tidak pernah berbuat salah pada ibu. Apa salahku bu?" Bukannya menjawab ibu malah tertawa menakutkan, tak lama itu tawanya berhenti dia kemudian melihat ku dengan tajam sambil berkata "karena kamu anak dari wanita yang paling saya benci!" Ucap Ibu sangat menakutkan. Apa? Dia bilang membenci ku karena aku seorang anak dari wanita yang ia benci? Apakah wanita yang dia benci adalah ibu kandungku, lantas mengapa?"aku tak mengerti, aku bertanya-tanya dalam hatiku, sebegitu benci kah ibu Ratna pada Ibu kandungku, karena apa?

"Dasar cengeng! Cepat, kamu siapkan sarapan untuk kami! Kalau sarapan kami belum siap juga, Siap-siap untuk malam ini!" Ancam ibu padaku, kemudian melenggang pergi keluar dari gudang ini.

Aku masih menatap kepergian Ibu Ratna yang sehabis menyiksa ku, aku masih bingung oleh perkataannya mengenai ibu kandungku. Tanpa sadar ada seseorang yang memanggil namaku, pandanganku tertuju pada lemari diujung sana dan aku melihat bayangan perempuan yang lewat tepat dihadapanku.

'Wanita itu? Dia, dia wanita yang tadi ada dimimpiku, ke-kenapa dia bisa ada disini?" Bulu kuduk ku meremang aku merasakan kehadiran dia lebih tepatnya wanita itu, jantungku berdegup sangat kencang, aku merasa dia sangat dekat dengan tubuhku. Akupun terlonjak kaget kala wajahnya tiba-tiba muncul tepat dihadapanku, yang aku lihat saat ini bukanlah wajah cantiknya melainkan wajahnya yang seram dan bau bangkai yang sangat menyeruak. Aku mencoba menetralkan degupan jantungku yang sangat kuat bekerja. Akupun berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku, rasanya bau perempuan tersebut sangat bau menyengat sehingga aku mual dan tak kuat untuk berada di gudang itu.

Selesai membersihkan tubuhku kemudian aku bersiap-siap memasak untuk sarapan pagi. Aku sudah menyelesaikan membuat sarapan untuk Ibu dan Rara, akupun berbalik untuk membersihan tempat yang sekarang menjadi kamarku. Genangan air yang ibu banjurkan ke tubuhku masih berceceran di lantai, karena itu aku membersihkannya.

Aku masih merasa takut berada di gudang yang sekarang menjadi kamarku ini, bayangan wanita tadi masih terngiang di pikiranku, tanpa sadar aku memanggilnya karena memikirkan wanita itu. Kali ini rasanya lebih siap jika tiba-tiba dia muncul kembali dihadapanku.

Benar saja, dia benar muncul kembali namun dia menangis sambil berjongkok dipojokan lemari, akupun memberanikan diri untuk mendekatinya sampai benar-benar aku berada satu langkah dengannya, tiba-tiba dia mengagetkan dan menarik lenganku hingga aku masuk kedalam tempat yang sama dalam mimpiku yaitu sebuah buih yang sangat menakutkan.

Wanita tadi yang menakutkan telah berubah menjadi wanita yang cantik lagi yang aku temui didalam mimpi. Namun dia sedang memberontak kala tangannya ditarik oleh seorang Tentara Belanda yang saat itu menyelamatkan wanita itu dari pelecahan bangsanya sendiri, bangsa Belanda.

"Lepas!" Ucap wanita itu dan memberontak dengan keras.

"Ikut saya! Kamu harus ikut saya!" Karena wanita itu memberontak, pria Tentara itu memukul kepala wanita itu sangat keras sehingga wanita itu pingsan dan pria itu menggendong tubuh wanita tersebut. Akupun mengikuti Pria tentara itu, entah kemana dan sangat jauh. Pria itu kemudian meletakan tubuh wanita itu disebuah gubuk yang sangat kecil. Pikiranku sudah melayang kemana-mana, apakah lelaki itu akan berbuat sesuatu yang... Ah akupun langsung masuk kedalam namun anehnya tubuhku bisa masuk tanpa melewati pintu namun tubuhku langsung menembus pintu itu. Aku terheran-heran, rasanya aku sudah seperti hantu saja.

Aku melihat tentara Belanda itu sedang mengusap kepala wanita itu dan berbicara pilu pada wanita yang sedang pingsan tersebut. "Saya minta maaf, saya harus melakukan ini pada kamu. Saya tidak mau kamu dilecehkan dan menjadi seorang wanita yang dipaksa untuk melayani mereka. Saya tidak mau kamu terbunuh ditangan mereka yang jelas sebangsa dengan saya." Wanita itu kemudian sadar dari pingsannya dan langsung mendorong dada lelaki Tentara itu. "Ka-kamu" Dorongnya dengan sangat kuat.

"Mau apa kamu? Apa yang akan kamu lakukan pada saya?" Teriak wanita itu.

"Nee saya tidak melakukan sesuatu padamu"

"Bohong! Kalian semua bohong!" Ucap wanita itu tak percaya pada pria Belanda yang ada didepannya.

"Tolong percayalah pada saya, saya memang sebangsa dengan mereka tetapi saya tidak seperti mereka." Pria itu mencoba meyakinkan wanita itu.

"Kamu harus tau saya menolong mu karena saya tidak mau bangsa saya melecehkan wanita sepertimu yang tidak bersalah, ini semua karena ibumu." Ujar lelaki Belanda itu.

"Sekarang kamu membawa nama ibuku, tidak! Kalian semua hanya berbohong, kalian itu hanya menutupi semuanya bahwa kalianlah yang telah membunuh ibuku, saya melihatnya kalian menyiksa ibuku dengan kejam, sampai akhirnyaa ibuku mati... Hiks.. "

Lelaki Belanda itu hanya membuang nafas nya dengan kasar lalu berkata. "Kamu telah ditipu oleh ibumu!"

"Tidak! Kalian yang menipu! Dasar para penjajah yang telah merusak tanah kami!." Wanita itu semakin berteriak dan menangis sambil menutup telinganya. Lelaki Belanda itu berdiri kemudian melangkah pergi meninggalkan wanita itu. Sebelum itu lelaki itu berkata, "tetaplah disini, ini adalah tempat yang paling aman untukmu, saya akan selalu kembali dan menemuimu."

Lelaki itu melangkah pergi, saat akan membuka pintu tersebut lelaki itu menengok pada Wanita yang masih menangis diujung sudut gubuk. "Namaku William van voller, siapa namamu? " Tanya lelaki Belanda tersebut pada wanita itu, wanita itu tidak menjawab William. "Kau tidak mau menjawab ya, Het is ok (Tidak apa-apa), aku sudah tau namamu, namamu sangat indah, Arini." Setelah mengatakan itu tentara Belanda itu pergi entah kemana meninggalkan Arini sendirian, ya sekarang aku sudah mengetahui nama wanita Pribumi dan Pria Belanda tersebut.

Entah mengapa semua penglihatanku menjadi kabur dan saat penglihatanku telah jelas kembali semuanya berubah, tempat yang aku injak saat ini bukan lagi gubuk melainkan gudang kamar tidurku. "Apa?" Aku masi tidak mengerti dengan semua ini. Karena tidak mau berlama-lama memikirkan kejadian tadi buru-buru aku bersihkan genangan air yang masih berceceran dimana-mana.

Setelah selesai membersihkan lantai di gudang, akhirnya aku kembali ke ruang makan, karena cacing di perutku sudah keroncongan ingin diisi makanan. Makanan dimeja sudah habis hanya tersisa sambal dan tempe saja akhirnya aku makan makanan yang ada diatas meja.

Sepertinya Ibu dan Rara sedang pergi keluar. karena bahan makanan sudah hampir habis akhirnya aku pergi berbelanja sayuran kepasar terdekat di desaku. Walaupun sebenarnya jarak rumahku dan pasar lumayan jauh aku harus berjalan kaki untuk menghemat uang.

Sebenarnya aku tidak mau keluar rumah karena gunjingan orang-orang membuatku terusik. Mereka membicarakanku secara terang-terangan, bahkan hatiku sakit saat mendengar perkataan mereka yang sangat tajam. Waktu itu aku pernah di kucilkan oleh para wanita yang usia nya sama denganku mereka mencaci maki dan melempariku dengan batu hingga saat itu kepalaku berdarah.

Saat aku keluar rumah rasanya aku seperti umpan yang siap diterkam oleh mangsanya. Benar saja, baru juga aku melangkah keluar sudah ada mereka yang membicarakanku secara terang-terangan, ah... Sungguh memuakan! Rasanya hatiku sudah kebal mendengar gunjingan dari orang-orang. Mereka itu sangat pintar mencerca diriku tanpa tau sebenarnya apa yang aku rasakan.

Keadaan dipasar sangat riuh oleh orang-orang yang sedang berbelanja bahan makanan, tubuhku juga berdasakan oleh orang-orang yang sedang berbelanja, untung saja aku sudah mendapatkan bahan-bahan makanan yang aku butuhkan.

Kemudian aku memutuskan untuk pulang namun karena keadaan pasar yang sangat padat tubuh kecilku berdesakan oleh mereka, tanpa aku sadari dompet yang aku pegang tiba-tiba dirampas oleh seseorang berjaket hitam, akupun mengejar orang itu walau dalam keadaan tubuh yang berdesakan dengan orang-orang.

Aku meneriaki Copet itu namun tidak ada seorangpun yang mau membantu untuk menangkap copet itu, hingga akhirnya copet itu terjatuh karena pukulan seseorang yang sangat keras tepat di wajahnya. Lelaki itu terus menghajar pencopet yang keadaan tubuhnya sudah tak berdaya, aku yang melihatnya tak tega karena bagaimana pun dia juga seorang manusia. "Hentikan" Aku menghentikan aksi lelaki yang menghajar pencopet itu, dia yang Mendengarnya langsung Memberhentikan aksinya.

"Cukup, sudah cukup kau akan membunuhnya nanti, serahkan saja dia pada pihak yang berwajib." Akhirnya pencopet itu dibawa dan diserahkan oleh orang-orang pasar pada pihak yang berwajib walau keadaan tubuhnya yang lemah dan penuh luka lebam.

Aku mengucapkan terimakasih pada lelaki itu, kemudian dia mengangguk dan pergi entah kemana.

Aku sudah letih berjalan karena mengejar copet tadi, kakiku juga rasanya terasa kram. Aku memutuskan untuk berhenti sebentar dan duduk di tepian jalan. Ada sebuah mobil  kijang melintas dari kejuahan dan dia berhenti di tempat aku mengistirahatkan tubuhku. Seseorang turun dari mobil dan ternyata dia adalah lelaki tadi yang menolong ku dari pencopet. Tubuh lelaki itu tinggi, tinggi nya tidak seperti orang-orang Indonesia pada umumnya, wajahnya juga lebih kebule-bulean.

"Kamu? Kamu wanita tadi yang hampir kecopetan kan?" Tanya lelaki itu.

"Iya" Jawabku

"Sedang apa kamu disini? Apakah kamu tau jalan disini sangat sepi hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, bahkan banyak kejahatan yang terjadi disini apalagi kamu seorang wanita" Ucap lelaki itu, dia kemudian menawarkanku sebuah tumpangan padaku.

"Ah tidak usah, aku lebih baik jalan kaki saja."

"Kau yakin?"

Lelaki itu masih menawariku untuk memberikan tumpangan, bukan nya tak mau hanya saja aku tidak mengenalnya. Aku tahu dia lelaki yang telah menolongku dari pencopetan tadi tapikan niat seseorang tidak tahu entah itu baik atau buruk. Namun aku juga tidak bermaksud menuduhnya seorang penjahat, aku hanya berjaga-jaga saja, aku ingat salah satu hantu bernama maya yang memiliki kisah tragis dalam hidupnya. Diculik saat umurnya 8 tahun oleh seseorang yang ia tak kenali bahkan sampai di lecehkan dan akhirnya ia meninggal dalam kedaan tragis.  Seseorang memanggilku, Lamunan ku buyar saat dia menyadarkan aku. "Oh maaf"

"Jadi bagaimana?" Tanya nya lagi pada Mayang.

"Anu a-aku takut."

"Hey hey jangan berpikiran yang macam-macam, apakah wajah saya semenakutkan itu?" Kata lelaki itu sambil tertawa. Ah benar juga si, tidak ada yang seram dari wajahnya yang ada lelaki itu sangat tampan. Eh kenapa aku jadi berpikiran seperti ini?

"Kalau gak mau yasudah, saya duluan." Ucap lelaki itu sambil melangkah menuju mobilnya, aku harus bagaimana? benar kata lelaki itu jalanan disini sangat sepi apalagi aku berjalan kaki sendirian. Akhirnya aku memutuskan untuk menerima tumpangan lelaki tersebut.

"Tunggu!"

Lelaki itu masih memunggungi Mayang dan tersenyum tanpa diketahui oleh Mayang "hah dasar, malu-malu tapi mau. Ayo naik!" Mayang tampaknya malu karena mendengar lelaki itu mengejeknya. Kemudian ia masuk kedalam mobil lelaki itu.

"Sebelum itu perkenalkan nama saya, Satria" Satria menjulurkan tangannya pada Mayang dan dibalas oleh Mayang.

"Mayang Sari." Satria tersenyum singkat kearah Mayang dan menghidupkan mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan normal. Disepanjang perjalanan hening melanda mereka. Mayang yang masih merasa malu karena ucapan Satria, dan Satria yang hanya diam namun sesekali matanya melirik Mayang sambil tersenyum.

Kritik dan saran silahkan di coment.

Yang telah singgah harap berkenan memberikan vote dan comment nya, Terimakasih🙏.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login