Download App

Chapter 9: Chapter 9

"Buat apa loe masuk ke gudang?" tanya Gabriel. Varrel kembali menoleh ke lelaki tinggi itu.

"Sembunyi dari anak SMA yang mau ngejar Varrel, tapi tenang aja, mereka gak lihat Varrel masuk ke sana kok. Dan Varrel gak akan bocorin hal ini ke orang lain," jelas Varrel. Dari nada bicaranya yang sedikit bergemetar membuktikan bahwa lelaki culun ini tengah ketakutan.

"Tapi, Alvin si temen loe yang sipit itu tau hal ini kan?" tanya Ken membuat teman-temannya menoleh. Seketika saja Gabriel mencengkeram kerah pakaian Varrel dengan kasar membuat semua orang terkejut. Ken mencoba untuk memisahkan mereka dan membuat tenang Gabriel.

"Siapa lagi orang lain yang tau hal ini hah?" geram Gabriel. Varrel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketakutan.

"Eng―enggak ada, enggak ada. Cuma Alvin, sumpah!" jawab Varrel. Gabriel melepaskan cengkeramannya itu dan menjauhi lelaki ini. Ia sangat kesal dengan lelaki cupu itu entah apa alasannya. Sepertinya ia sedikit muak dengan tingkah Varrel.

"Eh cupu, gue tanya sama loe, waktu SD loe sekolah di mana?" tanya Kimi to the point menanyakan hal yang ingin mereka tau sejak awal. Tentu saja semua yang ada di ruangan ini terkejut. Bahkan Gabriel yang membelakangi mereka menolehkan kepalanya.

"Di SD MI juga kak," jawab Varrel.

"Kalau loe sejak SD udah di sini, berarti loe tau dong geng TG8?" tanya Kimi lagi. Bukannya menahan pertanyaan Kimi, keempat temannya malah membiarkan Kimi bertanya sesuka hatinya. Mungkin dengan to the point maka akan terungkap siapa lelaki di hadapan mereka ini.

"TG8? Ya, tau. Bahkan Varrel dulu pernah bergabung sama mereka," jawab Varrel. Gabriel yang mendengar hal itu langsung mengalihkan pandangannya karena kesal. Begitu pula Ken, Vernatha, Kimi dan Mike yang sempat memalingkan wajah mereka. Tentu saja mereka sangat terkejut dengan jawaban lelaki culun itu.

"TERUS KENAPA LOE PURA-PURA KAYAK GINI HAH?" bentak Gabriel sambil berjalan mendekati Varrel.

BUG!

Satu pukulan keras mengenai wajah Varrel hingga tersungkur ke lantai aula. Ken langsung menolong Varrel yang merasa kesakitan di wajahnya. Mike pun mencoba menahan tubuh Gabriel yang sepertinya ingin memukul lelaki itu lebih banyak lagi.

"GUE UDAH MUAK SAMA KEPURA-PURAAN LOE, AVAN."

"GABRIEL, CUKUP!" bentak Ken. Ia sama sekali tidak suka dengan sikap Gabriel yang seenaknya. Gabriel menjadi semakin emosional kala mendengar jawaban-jawaban Varrel dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya itu. Bahkan Varrel pun tidak mengerti mengapa lelaki tinggi itu sangat marah padanya.

"Kita belum dengar penjelasan dia, loe harusnya bisa tahan emosi loe. Jujur, gue gak suka loe yang kayak gini, Yel," omel Ken. Gabriel menjauhkan tubuhnya dari Mike. Lagi-lagi ia membelakangi teman-temannya itu.

"Rel, loe gak apa-apa?" tanya Ken. Varrel mengangguk dan berdiri.

"Maaf sebelumnya, mungkin Varrel ada salah sama kalian. Mungkin Varrel emang gak dibolehin masuk ke ruang bawah tanah itu. Maka dari itu, Varrel minta maaf. Varrel gak tau kalau ruang bawah tanah itu punya kalian. Maaf kalau lancang dan tanpa seizin kalian masuk ke sana seenaknya. Sekali lagi Varrel minta maaf," ucap Varrel merasa sangat tak enak. Ia merasa bahwa mereka marah akibat dirinya yang seenaknya masuk ke ruangan milik seseorang tanpa izin.

"Kalau gitu, Varrel pamit pulang. Varrel janji gak akan ke sana lagi dan gak akan kasih tau hal ini sama orang lain. Varrel Janji. Permisi!" lanjutnya lalu beranjak dari aula sekolah meninggalkan anak-anak SMA itu. Kini mereka saling diam setelah kepergian Varrel. Sepertinya mereka tengah memikirkan hal yang sama.

"Gue bilang apa? Dia itu Avan. Mana mungkin ada orang lain yang gabung sama TG8 selain dia," tegas Gabriel tanpa menoleh ke teman-temannya.

"Kalau kita belum dengar penjelasan dia dengan detail, mana mungkin kita bisa langsung pastiin dia Avan atau bukan. Gue tau dia sendiri yang bilang kalau dia gabung sama TG8, tapi mungkin ada penjelasan lain di dalam kata-katanya itu," kata Ken mencoba untuk lebih tenang dari sebelumnya.

"Iya, Ken benar, Yel. Lagi pula kita gak sempat nanya nama lengkap dia, di mana dia tinggal, apa dia masih inget kita atau enggak. Yang kita bahas tadi cuma markas kita. Siapapun pasti bakalan menemukan markas itu kapan aja," ucap Mike menyetujui ucapan Ken.

"Mu-mungkin ini cuma kebetulan," kata Kimi. Gabriel menolehkan kepalanya menatap gadis itu.

"Ck, kebetulan apanya sih, Kim? Dari tadi loe ngomong kalau semua ini cuma kebetulan, gue udah muak sama kata itu. Loe cuma mencari alasan agar loe gak percaya kalau Avan itu masih hidup, loe cuma gak mau inget-inget dia lagi. Iya kan? Gue tau itu, Kim," marah Gabriel. Kimi membalas tatapan tajam lelaki itu.

"Loe dan kita semua juga tau kalau Avan udah gak ada. Semua ini cuma tanggapan loe yang gak terima kalau Avan udah meninggal. Bahkan loe bilang orang lain mirip dia, otak loe udah rusak!" balas Kimi penuh penekanan. Walaupun ia terlihat santai, namun nada bicaranya yang datar cukup menyakitkan. Gabriel sangat kesal dengan ucapan gadis itu, terlihat dari tatapannya yang mulai memandang Kimi dengan tatapan kebencian.

"Udah dong Yel, Kimi! Berantem gak akan selesain masalah. Mending kita interogasi dia lagi dan suruh dia buat bicara jujur sama kita. Kalau kita gak tau cerita yang sebenernya kayak gimana, gak ada gunanya kalau kalian berantem gak jelas kayak gini, iya kan? Kalian malah memancarkan percikan api di antara kita. Sekalinya api itu membesar, maka kalian gak akan bisa memadamkannya lagi," ujar Mike mencoba untuk menyadarkan mereka. Kimi dan Gabriel pun saling memalingkan wajah mereka ke arah lain.

"Mike bener tuh," kata Vernatha menyetujui. Mike yang merasa dipuji pun menunjukkan gigi putihnya sambil mengangkat kedua jempol tangannya kepada Vernatha. Vernatha hanya tersenyum manis.

"Yaudah. Sekarang kita pulang, dinginin kepala masing-masing. Besok kita bahas lagi setelah kalian tenang. Oke?" usul Ken. Kimi, Vernatha, Mike dan Gabriel pun menyetujui usulnya. Mereka akhirnya beranjak meninggalkan aula sekolah dan menuju ke rumah masing-masing.

Kejadian ini membuat mereka merasa nostalgia bisa bertemu kembali dengan teman masa lalu mereka yang bernama Avan itu. Varrel yang bagi mereka sangat mirip dengan Avan membuatnya berurusan dengan anak-anak SMA itu. Ketidaksengajaan yang dilakukan Varrel malah membuatnya terjerumus ke dalam masalah yang sama sekali tidak ia harapkan. Anak-anak SMA itu sepertinya ingin memaksa Varrel untuk mengingat-ingat suatu hal besar. Entahlah! Varrel sendiri tidak tau mengapa dirinya sendiri harus terlibat dengan mereka.

Bersambung ...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login