Download App
50% ALENA KIM

Chapter 3: Chapter 2 "You Angry"

Perlahan senja mulai tidak lagi nampak diufuk barat, meninggalkan rona jingga yang sangat pekat dinetra cokelat itu.

Maniknya terus memperhatikan jalanan luar dari jendela taxi, pikirannya menerawang jauh. Sampai akhirnya roda taxi itu terhenti tepat ditujuan gadis itu, ia pun belum tersadar. Terlalu asik dengan lamunannya sendiri, sampai suara supir taxi itu bahkan tidak menyadarkannya.

"Maaf Nona,, ini sudah sampai" ucap pria paruh baya itu, karna ia merasa penumpangnya tidak ada pergerakan.

Kepalanya menoleh kebelakang, mengecek penumpangnya itu.

Gadis itu menopang dagunya dengan satu tangan, tatapannya menyorot keadaan diluar.

"Nona.."

"Nona.." ucap supir itu, dengan tidak enak menyentuh lutut gadis itu. Membuat si empunya terjengit kaget.

"Maaf,, tapi alamat tujuan anda sudah sampai nona"

Detik berikutnya gadis itu tersenyum canggung, menangkap keadaan sekeliling yang menampakan rumah besar bercat dominan emas dan kuning gading dengan pagar masih tertutup.

Setelah membayar, ia melangkah ke depan gerbang dan tanpa menunggu gerbang itu sudah dibuka dari dalam.

Menampilkan sosok tinggi putih tengah tersenyum hangat padanya.

"Noona sudah pulang?"

Gadis itu mengangguk pelan dan membalas senyumannya. Langkah kakinya masuk dengan berat, entah kenapa hari ini terasa sangat melelahkan untuknya.

Kepalanya tertunduk lesu menatap teras yang ia tapaki, ia mendongak kala suara menyambutnya.

"Sore nona.." sapa johnny ramah.

Awalnya gadis itu kaget, namun langsung ia balas dengan senyuman ramahnya. "Sore juga johnny-ssi.."

"Tuan OH sudah pulang sejak 20 menit yang lalu nona,, mungkin dia tengah menunggu anda"

Seolah tertampar dengan tangan kasar, alena tersadar saat tadi ia sudah menemukan johnny sudah dirumah diwaktu yg terbilang masih sore.

"Terima kasih johnny-ssi."

Perbincangan singkat keduanya tak lepas dari sepasang manik lain yg sejak tadi juga berada disana.

Seperti dalam penjara, yang sunyi dan dingin. Seperti itu juga kehidupan alena dirumah besar itu. Tidak dibolehkan pergi kemanapun dan dengan siapapun tanpa seijin pemilik rumah.

Melanggar aturan itu, sama saja dengan membahayakan nyawanya sendiri.

Karna memang itulah perjanjian yg didapatnya dari suaminya yang dingin dan ketus itu.

Alena berjalan melewati ruang tamu, disana pria dingin itu tengah duduk sembari fokusnya pada buku ditangannya.

"Dari mana?" tanya sehun, nada suaranya benar² tidak bersahabat walaupun yang didengar alena sama saja seperti hari² sebelumnya. Dingin dan tak ramah.

Hanya kuku jemarinya saja yang bisa ia salurkan dari rasa takutnya, seakan keadaan disana ikut mencekam, bunyi dentuman jarum jam besar itupun tidak masuk diindera pendengarnya.

Seiring dengar keterdiaman alena, jemari sehun meremat kuat buku dalam genggamannya, maniknya ikut menajam.

Dengan kasar ia membanting buku tebal itu diatas meja, menatap nyalang gadis itu yg kini menatapnya dengan ketakutan. 

Sejujurnya sehun bukanlah pria dengan temperamental buruk, dia berubah jadi arogan, dingin dan kasar semenjak 3 taun yang lalu itu.

Kehidupan monoton dan sangat tidak diinginkannya selama ini. Dimana ia harus tinggal serumah, bahkan harus setiap saat melihat wajah gadis itu. Wajah gadis yang membuatnya malu kepada siapapun diluar sana jika mereka tahu hubungan keduanya. 

"Bukankah aku sudah memperingatimu untuk tidak selangkahpun kakimu keluar dari rumah ini tanpa persetujuanku?!" Tangan² kasar itu mengepal kuat dengan emosinya yang ditahannya sejak tadi.

Kedua maid dirumah itu merasa tidak ada hak apapun untuk membela nyonya mereka, yang setiap saat selalu mendapat perlakuan seperti itu jika melanggar atau pun melakukan kesalahan.  Mematung dan diam membisu, serta rasa iba yang kentara mereka rasakan.

Langkah panjangnya mendekat kearah gadis itu, menambah cepat debaran jantung alena. Keringat dingin membasahi pelipisnya, rok merahmuda dirematnya menyalurkan rasa gemetar yang ia rasa.

"Kau lagi² menampakan wajah terkenalmu ke orang² luar!,, Kenapa kau suka sekali membuatku marah dan membuatku menanggung rasa malu!!"

Bahu kokohnya naik turun, lagi² gadis itu melanggar aturan yg dibuatnya dulu setelah pernikahan keduanya.

"M-ma.. maafkan aku" Hanya kata itu yang mampu ia keluarkan. Bibirnya terlalu kelu.

Sehun menampilkan smirknya, memajukan wajahnya lebih dekat dan menyorot netra cokelat itu penuh dengan amarah dan kebencian.

"Kau pikir, dengan maaf semuanya bisa seperti dulu lagi? Keinginan yang tidak bisa ku dapatkan bisa tercapai? Menikahi gadis yang aku cintai? Kau itu pembawa sial!!"

Apalah arti sakit bagi gadis itu, ia bahkan seperti merasa lukanya yang masih basah tergores lagi. Nyeri dan sesak didadanya membuatnya ingin merobohkan pertahanan tubuh mungil itu.

"Maafkan aku.."

Alena sendiri bisa mendengar deru nafas suaminya dan giginya yang saling beradu. 

"Kenapa kau suka sekali berkeliaran dengan wajahmu itu!?Apa kau bangga? Kau merasa cantik!?"

Alena menggeleng lemah, netranya menyorot tepat dimanik kelam pria itu.

Sehun mengacak surai hitamnya dengan frustasi.

"Kenapa?,, seolah aku tidak pantas untuk bahagia? seolah aku harus terus berdiam dirumahmu ini" Ucap alena dengan lirih, sejujurnya ia bahkan tidak sanggup untuk berucap apapun.

Pria itu menoleh kaget mendengar ucapan gadis itu yg menurutnya terdengar konyol.

"Kau tanya kenapa? Apa kau tidak sadar siapa sebenarnya dirimu? Dan dengan adanya pernikahan sial itu, semua orang terdekatku jadi tahu siapa istri dari Oh sehun, penerus tunggal keluarga Oh, mau taruh dimana harga diriku?! Apa kau memikirkannya?!"

Bukankah sebuah pernikahan adalah sesuatu yang diberkati dan dibanggakan. Kenapa bisa ada manusia yang menyebutnya sebagai kesialan, benarkah dirinya memang tak seberharga itu.

"Maafkan aku,, jika namamu kotor karna diriku"

"Jelas! Kau tidak lebih dari seorang jalang!"

Satu kalimat yang selalu membuatnya remuk redam diantara kesakitan batinnya. Menangispun tidak ada gunanya, ia hanya terdiam membeku dengan tatapan kosongnya.  Seolah dunianya yg sudah hancur kini bertambah lebur.

Sepasang manik yang menyaksikan kejadian itu dari balik jendela menyorot penuh arti, gejolak ingin merengkuh tubuh itu dalam dekapannya dan memberinya ketenangan serta kehangatan.

               

                        🌼🌼🌼

Banyaknya bintang dan gemerlapnya memang indah, angin malam berhembus pelan membelai paras cantiknya.

Dedaunan malam terasa tenang, dibawah cahaya lampu yang menyorotnya.

Jarinya yang saling bertautan diatas pangkuannya, wajahnya menengadah keatas tersenyum samar ketika salah satu bintang disana bersinar paling terang.

Udara diluar sangat dingin, karna malam hari suhunya bertambah cepat. Kakinya hanya menggunakan sendal biasa, baju tipis tanpa dilapisi kain hangat lain, ia begitu tenang duduk diayunan dingin itu yang bergerak pelan mengeluarkan bunyi decit dari besinya. 

"Kenapa diluar? Disini dingin noona"ucap jaehyun dengan khawatir, ia duduk diayunan satunya.

"Aku sedang melihat dia" Tunjuknya pada bintang yang menjadi fokusnya sedari tadi.

Senyum samarnya tepatri, membuat lekukan kecil diarea bibirnya.

"Dia cantik dan juga paling terang, benar kan?" tanya alena, ia menoleh pada jaehyun yg sedang mengamati ekspresi wajahnya.

Bahkan untuk seperkian detik, jaehyun terpesona dengan senyuman itu. Membuatnya ingin terus menatap wajah sempurna didepannya.

"Kau juga cantik,, bahkan sangat cantik"

Pria itu berdiri, melepas jas hitam miliknya dan melampirkannya dibahu kecil alena. "Dingin,, kau bisa sakit"

"Apalah arti cantik, jika semua orang membenciku dan tidak menginginkanku"

Bukan cantiknya yang membuatmu bangga, tapi bagaimana orang lain memandangmu dan menghargaimu. Tidak menghakimi dirimu atas tuduhan yang bahkan sama sekali tidak kau tahu.

"Aku tidak membencimu" kata jaehyun, kakinya menahan tubuhnya yg akan bergerak lagi karna ayunan itu.

"Semua wanita berharga didunia ini, kau pun berharga untuk orang lain"

"Tapi tidak untuk suamiku" pelannya, masih mempertahankan senyuman samarnya.

Senyumannya memang membuat senang dan sakit secara bersamaan. Bukan senyuman seperti itu yg jaehyun ingin lihat, binar manik indah itu bahkan tidak lagi terlihat hanya redup, kosong dan lemah.

"Kau sangat mencintainya?"

Lagi² alena tersenyum, bahkan sekarang tertawa kecil menampakan lekukan jelas diarea bibirnya.

"Apakah ada seorang istri yang tidak mencintai suaminya sendiri?"

Jaehyun mengangguk yakin, seperti anak kecil yang hendak diberi mainan baru. "Istri yang hanya menginginkan harta suaminya"

Kini gadis itu malah tertawa gemas dengan jawaban dari bodyguardnya itu. "Kenapa kau tertawa?"

"Karna kau lucu"

"Aku?"

"Iya kau,,, Jung jaehyun.."

Jaehyun mengernyit bingung, membuat kerutan didahinya terlihat. Serasanya ia tidak menjawab hal lucu, kenapa gadis itu malah tertawa.

"Jika seorang istri tidak menginginkan harta suaminya, dia mau makan dan berpakaian dari mana?"

Ucapan gadis itu ada benarnya, karna memangkan yang mencari nafkah seorang kepala keluarga.

"Tapi kau bisa makan dan berpakaian dengan jerih payahmu sendiri"

Senyum alena luntur, terganti dengan raut menerawang jauh. Mengingat semua perjalanannya selama 3 taun, hingga didetik ini.

Hanya jaehyun yang tahu, jika dirinya bekerja diluar sana demi dirinya sendiri, membeli bahan makanan dan kebutuhannya sendiri.

"Itu sudah tekadku,, aku memang menantu dari keluarga Oh, tapi identitasku tetap alena yang hanya sebatangkara. Aku tidak ingin dianggap hanya bisa menumpang saja"

"Tapi kau menantu mereka dan istri tuan sehun" sergah jaehyun.

"Aku hanya ingin mandiri saja"ujarnya dengan tenang

Alena berdiri dan mendekat ke jaehyun, menaruh kembali jas hitam itu dipundak kokohnya.

"Terima kasih,, Good night"

Ia beranjak pergi dari sana, karna menurutnya itu salah, berduaan bersama bodyguard nya saat suaminya sedang tidak ada disampingnya. Walaupun memang selalu tidak ada untuknya.

                           ~¤¤¤~


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login