Download App

Chapter 3: Bagian 3

Pagi berlalu dengan cepat.

Kini, Budi telah mengikuti pelajaran di sekolah hingga usai.

Pada saat Budi hendak pulang, Budi dihadang oleh murid – murid yang kemarin ingin mengerjainya.

Tanpa banyak basa – basi, mereka langsung memukul Budi ditempat.

Apa daya, karena dikeroyok, Budi dipukul hingga babak belur tanpa memberi perlawanan yang berarti.

Budi hanya bisa membalas satu dua pukulan pada mereka.

Guru yang berada di sekitar segera melerai mereka, kemudian memasukan mereka ke dalam ruang BP.

***************

Orang tua murid yang memukul Budi segera datang setelah di panggil oleh Guru Sekolah, hingga menyisakan Budi yang sendirian dengan kondisinya yang babak belur.

Semua orang tua yang berkumpul menuduh Budi yang memulainya duluan dan terus mendesak para Guru agar Budi segera dikeluarkan dari sekolah.

Budi hanya berdiam diri, mendengar hinaan dan ejekan para orang tua murid.

Guru – guru yang berada di sana tak kuasa meredam amarah dari orang tua murid, dikarenakan Budi sudah terkenal akan kenakalannya di sekolah.

Beberapa saat kemudian, Sang Ibu masuk ke dalam ruang BP.

Tampak baju dan wajahnya begitu basah akan keringat.

Dengan cepat, Sang Ibu memeluk Budi.

Orang tua murid tersebut langsung mencemooh dan menghina mereka, mengatai Sang Ibu tidak mengajarkan sopan santun kepada Budi.

Budi tak kuasa menahan amarahnya, kemudian menjerit sekerasnya di tengah ruangan.

Budi : "Kalian boleh saja menghina dan melukai aku! Tetapi jangan kalian hina Ibu! Ibu bekerja keras dari pagi hingga malam untuk membiayai kami makan! Terkadang Ibu tidak sempat bersamaku selama di rumah! Dasar kalian semua manusia manja!!!"

Sang Ibu dengan cepat menenangkan Budi.

Ibu : "Sudah cukup, Nak! Ibu mengerti."

Tanpa memarahi Budi, Sang Ibu tetap memeluk Budi yang tengah menangis hingga tenang.

Setelah pamit dengan para Guru, Sang Ibu membawa Budi keluar dari ruangan itu, lalu pulang menuju rumah mereka.

*******************

Akhirnya, mereka sampai di rumah.

Budi beserta Sang Ibu masuk ke dalam rumah.

Tampak jika wajah Budi masih sembab karena menangis.

Budi berbicara kepada Sang Ibu yang tampak kelelahan.

Budi : "Ibu, kenapa Ibu tidak marah kepadaku? Padahal gara – gara Budi, Ibu harus meninggalkan pekerjaan Ibu untuk menjemputku di sekolah."

Sang Ibu begitu terkejut mendengar kata – kata yang keluar dari mulut anaknya.

Sambil tersenyum, Sang Ibu kembali memeluk Budi dengan erat, lalu mengusap kepala Budi dengan lembut.

Ibu : "Untuk apa Ibu marah? Ibu masih ingat jika orang tua mereka yang menghina kita sewaktu Ibu mengantar Budi di sekolah. Dan kamu usil kepada mereka karena kamu marah, kan? Hihihi. Budi persis seperti waktu Ibu masih muda! Apapun yang kamu lakukan, Ibu akan tetap sayang pada Budi. Ingat janji Ibu! Nah, sekarang cepat bersihkan tubuhmu, Nak!"

Budi mendengarkan perkataan Ibunya.

Dengan cepat, Budi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai, Budi begitu terkejut karena Sang Ibu masih berada di dalam rumah.

Budi : "Loh, Bu!? Kenapa masih di rumah?"

Ibu : "Ibu baru saja diberhentikan dari pekerjaan Ibu."

Budi : "Jangan–jangan... salah Budi!?"

Ibu : "Ah, tidak! Ini pun salah Ibu juga, karena mementingkan diri Budi dari pada pekerjaan Ibu. Walau Ibu mengumpulkan harta, tetapi itu semua tidak bisa menggantikan harta berharga Ibu yang sekarang. Akan selalu Ibu jaga harta Ibu satu – satunya!"

Sang Ibu segera memeluk Budi dengan lembut. Budi tak kuasa menahan tangis di pelukan Sang Ibu.

Setelah tangisannya mereda, Budi jatuh tertidur di pelukan Ibu.

**************

Keesokan harinya, Sang Ibu mendapat panggilan dari Kepala Sekolah, untuk menemui dirinya berserta Budi di sekolah.

Setelah bersiap – siap, Ibu dan Budi menemui Kepala Sekolah.

Ternyata, Kepala Sekolah telah mengetahui semua yang terjadi kemarin.

Dan juga, Kepala Sekolah mengetahui keadaan Ibu dan Budi.

Lalu, Kepala Sekolah memberikan keputusan yang begitu mengejutkan!

Kepala Sekolah memberi pekerjaan kepada Sang Ibu sebagai Ibu Kantin di sekolah mereka, sehingga Sang Ibu dapat mengawasi Budi selama di sekolah dan di rumah.

Sang Ibu menangis dan bersyukur kepada Kepala Sekolah yang memberi pekerjaan kepadanya.

*******************

Keesokan harinya, Budi pergi menuju Kantin Sekolah.

Budi melihat Sang Ibu sedang berjaga di Kantin Sekolah.

Kemudian, Budi berjalan menuju ke tempat ibunya berjaga.

Sang Ibu sadar dengan kehadiran anaknya, kemudian memanggil Budi untuk mendekatinya.

Ibu : "Budi, kemarilah!"

Budi : "Baik, Bu."

Ibu : "Nih, Bud! Ibu telah menyiapkan makanan kesukaan kamu, nih!"

Budi : "Wah! Asik! Hehehe."

Ibu : "Ibu tidak menyangka akan mendapatkan pekerjaan tetap sepeti ini! Walau Ibu agak sibuk, Ibu akan tetap menjaga Budi sampai besar. Jadi, fokus saja terhadap sekolah Budi. Oke?"

Budi : "Baik, Bu!"

Setelah menghabiskan bekal yang dibuat Sang Ibu, Budi segera mengikuti pelajaran di dalam kelas.

********************

Bulan demi bulan terlewati.

Tahun demi tahun berlalu begitu cepat.

Budi pun menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas ternama karena berhasil mendapat beasiswa.

Budi lulus dengan nilai sempurna di universitas tersebut.

Pada saat Budi selesai memberikan pidato kelulusannya, tiba tiba saja ada seorang wanita tua yang mengenakan pakaian lusuh mulai menaiki podium dan mendekati diri Budi dengan lambat.

Budi menyambut dirinya dengan senyuman hangat.

Bapak Rektor yang kaget akan perilaku wanita tua yang tidak sopan tersebut, bertanya kepada Budi.

Rektor : "Nak Budi! Siapa wanita tua itu!? Kenapa dia berjalan kemari? Dasar tidak tahu malu!"

Budi mendiami Rektor, lalu berjalan menghampiri wanita tua tersebut.

Budi memeluk hangat wanita tua itu, lalu menjawab pertanyaan dari Bapak Rektor yang terkesan kasar jika didengar secara seksama.

Dengan senyum lebar, Budi mengatakannya dengan lantang,

Budi : "Dia adalah Ibuku tersayang! Dialah satu – satunya hartaku yang berharga di muka bumi! Tanpa dirinya, aku tak akan pernah bisa berdiri di sini! Ibu, terima kasih!"

Sang Ibu tak kuasa menahan tangis akan pelukan hangat dari anak kesayangannya.

Kemudian, Sang Ibu yang sudah tua mengelus kepala anaknya yang sudah besar itu.

Ibu : "Ini baru anak Ibu!!!!"

Jerit ibu dengan terharu di depan seluruh peserta wisuda yang hadir.

******************

Itulah segelintir kisah mengenai kasih sayang seorang ibu yang tiada batas terhadap anaknya. Dan karena kasih sayang itulah yang mengantar sang anak menuju sebuah kesuksesan! Mungkin saja kisah tersebut bisa terjadi di sekeliling kita tanpa kita sadari. Akankah kamu menjadi salah satunya? 

Dengan ini, Dongeng Kasih Sepanjang Masa saya tutup. Terima kasih!


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login