Download App

Chapter 2: ZIVANA - 2

💛 💛 💛

Matahari tampak malu menunjukkan dirinya, di sebuah kamar seorang gadis masih saja bergelut manja dengan kasurnya tanpa terganggu dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah korden.

Seorang lelaki membuka pintu kamar gadis itu, lelaki itu tersenyum kecil dan melangkah mendekati tempat tidur.

"Belum bangun rupanya," gumamnya mengusap kepala gadis itu.

Cowok itu berjalan membuka tirai jendela membuat cahaya matahari langsung menerobos masuk.

Gadis itu mulai terusik, ia menaikkan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, cowok itu terkekeh dan mendekati gadis itu lagi.

"Ayo ayo bangun Zii!" ucap cowok itu menarik selimutnya, namun dengan cepat gadis itu menahannya dan berbalik membelakangi lelaki itu.

"Posternya banyak banget, kalo di sumbangin sebagian gak papa kali ya?" ucap cowok itu menatap poster-poster K-Pop Yanga tertempel di dinding kamar gadis itu.

Mendengar hal itu, gadis itu dengan cepat mengibaskan selimutnya dan berlari ke dalam kamar mandi.

Cowok itu itu tertawa puas melihat kelakuan gadis itu, ia tahu bagaimana cara membuat gadis itu menurut.

Cowok itu berjalan keluar dari kamar gadis itu dan turun ke bawah.

Kini keluarga Ziva sedang melakukan sarapan pagi, sarapan berlangsung dengan khidmat.

"Kapan aku bisa sekolah?" Tanya Ziva kepada Papanya.

"Besok udah bisa," ucap Alif, Ziva mengangguk.

"Pa, nanti El mau keluar sebentar ada urusan sedikit." ucap Eleana.

"Iya," ucap Alif.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Ziva langsung kembali ke kamarnya.

Ziva sedang duduk di balkon kamarnya sambil bermain game online di ponselnya.

"Tembak tembak!"

"Dorr!"

"Mampus lo!"

"Jangan belok situ bego!"

"Ayo tembak tembak!"

"Dorrr!"

"Yesss menang!" Pekiknya karena memenangkan gamenya, Ziva berloncat-loncat girang.

Keyla yang baru memasuki kamar Ziva menjadi bingung melihat tingkah laku dari kakaknya itu.

Merasa di perhatikan Ziva menoleh kedalam kamarnya, dan benar saja Keyla sedang menatapnya dengan dahi berkerut.

Ziva menyengir dan mendekati adik bungsunya itu.

"Ada apa?" Tanya Ziva duduk di tepi kasur sambil menatap Keyla.

"Kakak ngapain?" Tanya Keyla bingung.

"Gak ngapa-ngapain," ucap Ziva menormalkan wajahnya.

"Tadi joget-joget?"

"Oh enggak kok, tadi ada kecoa, iya kecoa." ucap Ziva kikuk, Ziva seperti orang yang ketahuan terciduk mencuri coklat.

"Kakak dipanggil Mama," ucap Keyla.

"Ngapain?"

"Gak tau," ucap Keyla ketus, setelah itu Keyla keluar dari kamar Ziva, Ziva melongo melihat tingkah adiknya.

'Ya Allah punya adek gitu amat dah,' batinnya.

Ziva jadi bertanya-tanya, apakah adiknya itu masih menyimpan dendam padanya karena dulu Ziva pernah membuang robotnya ke kolam? Oh ayolah, masa iya anak cewek main robot? Apakah Keyla produk gagal dari Mama dan Papanya? Aishh kenapa Ziva jadi memikirkan itu, sudahlah.

Ziva pergi turun ke bawah untuk menemui Elina--Mamanya.

"Ada apa Ma?" Tanya Ziva mendapati Mamanya sedang berada di ruang keluarga sambil mengotak-atik ponselnya.

"Sini sayang!" Panggil Elina, Ziva melangkah menghampiri dan duduk di samping Elina.

"Kenapa?"

"Mama mau beli sepatu, tapi Mama bingung milihnya." ucap Elina tanpa menatap Ziva.

"Mama mau beli sepatu buat Zii?!" Tanya Ziva dengan wajah berbinar.

"Siapa yang beli buat kamu?, Itu buat Mama tau." ucap Elina, senyum Ziva seketika luntur. Ziva menatap Ibunya itu sinis.

"Coba kamu lihat," ucap Elina memberikan ponselnya pada Ziva, gadis itu menerimanya dengan malas.

Ziva terkejut melihat model sepatu yang dilihat oleh Mamanya itu.

"Inikan buat cewek-cewek Ma," ucap Ziva.

"Emang kenapa? Mama kan juga mau kayak cewek-cewek." ucap Elina menatap putrinya itu.

"Udah tua juga," gumam Ziva yang terdengar samar-samar di telinga Elina.

"Apa kamu bilang?" ucap Elina melototkan matanya, Ziva gelagapan melihat Mamanya.

"Gak kok Ma, itu anu ini sepatu maksudnya yang tua Ma, coba Mama lihat nih modelnya udah tua kan?" ucap Ziva menunjukkan sepatu model lama kepada Mamanya itu.

"Iya sih emang udah tua modelnya," ucap Elina menilai, Ziva menghela nafas lega hari ini ia selamat dari amukan macan betina.

"Coba kamu cari yang lain," ucap Elina, Ziva mengangguk dan mulai meng scroll layar ponsel milik Ziva.

Sesekali Ziva melirik Elina dan kembali menatap layar ponsel itu, dalam hati Ziva ingin sekali berteriak.

Bayangkan saja Mamanya ingin membeli sepatu high heels, yakali emak-emak make kek gituan yang ada encok tuh pinggang.

"Kamu nyari gak sih?" Tanya Elina melihat sedari tadi Ziva hanya meng scroll layar ponselnya saja.

"Ya nyari lah Ma, nih nih!" ucap Ziva meng scroll layar ponsel dengan sedikit kasar membuat Elina memukul tangan putrinya itu.

"Aduh!" Ringis Ziva.

"Jangan kasar-kasar HP mahal tuh," ucap Elina, Ziva mendengus kesal melirik Mamanya. Ada yah emak-emak lebih sayang Hpnya dari pada anaknya.

"Dahlah sini biar Mama aja," ucap Elina merebut ponselnya dari tangan Ziva, membuat putrinya itu mendelik.

Ziva berdiri dan menatap kesal Mamanya itu.

"Lagian Mama kenapa sih beli sepatu begitu? Mama tuh dah tua inget umur Ma." ucap Ziva.

"Apa kamu bilang!" Ziva tersentak mendengar suara Mamanya, Elina kini menatapnya tajam.

Tanpa aba-aba Ziva langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"ZIVA AWAS KAMU!!" Pekik Elina, sementara Ziva hanya cekikikan sambil berlari naik ke atas.

Ziva tanpa sengaja menabrak dada bidang seseorang, hampir saja gadis itu terjungkal ke belakang jika orang yang di tabrakannya itu tidak menarik pinggangnya dengan cepat.

"Paan sih lari-lari?" Tanya cowok itu, Zayan.

Zayan akan turun ke bawah untuk mengambil cemilan, namun baru 5 anak tangga yang di turuni Zayan terkejut dengan Ziva yang langsung menabraknya.

Melihat tubuh Ziva tidak seimbang Zayan dengan sigap menarik pinggang ramping adiknya itu agar tidak terjungkal ke belakang.

Ziva mengelus dadanya karena masih shock dengan kejadian barusan.

"Are you okay?" Tanya Zayan memegang sebelah bahu Ziva.

"I'm okay," ucap Ziva.

"Napa sih lari-lari?" Tanya Zayan, Ziva termenung sejenak mengingat alasannya berlari.

Ah ya Ziva ingat, dia baru saja membuat Mamanya itu kesal.

"Hey!" Zayan menjentikkan jarinya di depan wajah Ziva membuat sang empu tersadar.

"Kenapa?" Tanya Zayan.

"Itu Mak kam-"

"Mak kita ceunah," ucap Zayan memotong ucapan Ziva.

"Iya itu maksudnya," ucap Ziva.

"Kenapa Mama?" Tanya Zayan.

"Masa si Emak mau beli sepatu," ucap Ziva.

"Ya Terus? Biarin aja kan sepatu doang." ucap Zayan, Ziva menepuk jidatnya.

"Masalahnya, sepatu yang mau Mama beli itu modelnya high heels." ucap Ziva.

"Yakali emak-emak make heels." ucap Ziva, Zayan melongo.

"Astaghfirullah," ucap Zayan mengelus dadanya, punya emak gini amat dah, pikirannya.

"Si emak ada-ada saja deh, yakali make gituan yang ada encok tuh pinggang, dah pegel tuh betis." ucap Zayan menggelengkan kepalanya pusing dengan kelakuan Mama gaulnya itu, sementara Ziva hanya mengangguk setuju.

"Dahlah aku mau kabur di kejar macan betina," ucap Ziva berlari menuju kamarnya.

Sementara Zayan menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya untuk turun ke bawah

💛 💛 💛

Jangan lupa Vote dan komennya ya:)


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login