Download App

Chapter 2: Chapter 2

Sinar matahari pagi masuk melalui celah kaca jendela yang tak tertutup gorden, nyanyian burung yang terdengar sangat bahagia menyambut pagi. Namun seorang gadis seperti ingin terlepas dari sesuatu, tubuh nya terus memberontak walau ia masi di alam bawa sadar, kaos ketatnya perlahan basa karna cairan yang keluar dari tubuh nya entah apa yang menggangu nya tapi itu terlihat tidak nyaman.

dering ponsel menyelamatkan kan nya kali ini, Aille seketika membuka matanya lebar-lebar sambil mengusap wajah nya Aille langsung menggeser tombol hijau ke kanan saat melihat nama si pemanggil itu adalah Evan.

"apaa Vaan,, pagi-pagi udah gangu?"

"sekarang udah jam 8 :45 pagi,nggak masuk kerja? "

"what, jam 8:45"

"ya" singkat Evan

"aku terlambat, gila kenapa nggak teflon dari tadi" keluh Aille di ujung telfon

"yaudah kali, nggak usah marah-marah mending kamu siap-siap, tidak usah khawatir aku sudah di dapan rumah kamu" Pria bernama lengkap Evan Anthony itu langsung memutuskan telfon tanpa mendengar kan lagi jawaban Aille selanjutnya.

tak lama Aille muncul dengan gaya nya yang sederhana hanya mengenakan kaos polos juga celana jeans panjang tentunya kaca mata dan tas ransel selalu menjadi beda penting nya. Aille merupakan cewek yang tidak terlalu memperdulikan style ia lebih suka berpakaian santai

"kenapa baru menelfon ku, aku telat ni" celoteh Aille saat sampai di hadapan pria tampan dengan kasual style.

"yaudah langsung masuk sekarang"

"nunggu nya lama?" tanya Aille lagi setelah mobil itu melaju

"belum, tadi iseng lewat ajah, tapi malah ketemu Zelli. aku bertanya dan ternyata katanya kamu Masi tidur"

"Zelli??? ini udah jam berapa kok baru berangkat"

"Iyah, tadi aku mau nganterin dia juga Tapi dia nolak atau kita susul ajah?"

"nggak usah, pasti sekarang dia sudah naik bus,"

"udah nggak apa-apa nggak cemberut gitu deh" sambil puncak lembut kepala Ailee.

Evan seorang cowok yang telah berteman dekat dengan Aille sejak di bangku SMA, dengan begitu sebenarnya gadis lugu itu telah membuat banyak gadis iri.

mobil mereka pun berhenti di persimpangan dan menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. tak lama sebuah mobil mewah berwarna hitam juga berhenti tepat di samping mobil mereka.

di dalam mobil itu ada Jevier yang duduk di kursi kemudi dari samping gadis berkacamata sedikit melirik namun tak jelas terlihat karna tertutupi kaca jendela, sepintas banyangkan tentang mimpinya semalaman membuat nya sedik berpikir kenapa ia terus mendapatkan mimpi seperti itu, prespektif orang tentang mimpi bahwa itu hanyalah bunga tidur setiap mimpi tidak akan terulang lagi tapi sepertinya tidak berlaku pada Aille, mimpi yang berkali-kali datang dengan suasana yang sama dan tak berhenti di satu titik itu seperti skenario kehidupan yang terus berjalan.

Ailee melihat dirinya sendiri di dalam masyarakat yang hidup di bawa aturan seseorang yang di sebut kepala suku.

itulah awal mulainya dari mimpi aneh Aille yang di dapat kan ya sejak umurnya belasan tahun. mimpi aneh itu terus mengikuti nya namun sekarang mimpi itu semakin membuat dadanya sesak, hal-hal aneh terus terjadi jika mimpi itu mendatangi nya setiap malam mungkin ia harus menyebutkan dirinya sendiri telah mengalami depresiasi.

"ada apa?" tanya Evan saat menyadari Aille sedang melamun.

"oh sudah lampu hijau" mendengar pertanyaan Evan ia langsung tersadar dan menyadari mobil yang ia tumpangi kembali bergerak.

"hahahaha" tawa Evan meledak membuat Aille sedikit bingung

"ada apa?"

"lah, pertanyaan ku saja belum di jawab, malah balik bertanya. tadi kamu kenapa melamun, bukan hanya sekali ini saja tapi sering aku mendapati mu seperti ini. kalau ada masalah jangan di pendam sendiri"

"mimpi" satu kata yang keluar dari bibir Aille dan matanya Masi tetap menatap lurus ke dapan.

"mimpi?" tanya Evan dengan nada penasaran nya

"ohh nggak apa-apa, lupakan saja"

"serius?"

"Iyah" singkat Aille lalu mengukir senyum di bibir nya.

Aille kembali melihat mobil Jevier melewati mereka dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak lama Mobil Evan pun masuk ke ara parkir khusus sebuah kafe bergaya modern. Evan keluar memasuki cafe dengan Aille yang mengekor dari belakang.

"mampus aku" keluh Aille saat memasuki Cafe yang di dominasi warna peach, Kafe. yang tak pernah sepih pengunjung, tidak hanya dari kalangan anak muda tapi orang-orang pebisnis yang ingin melakukan pertemuan,atau para pekerja kantoran yang ingin menghabiskan waktu istirahat dan juga yang hanya sekedar menenangkan pikiran.

Aille menyapu pandangan nya di seluruh penjuru kafe yang sudah ramai dengan orang-orang yang ingin mendapatkan kopi pagi mereka, Aille langsung berdiri di samping cewek yang sedang duduk di balik meja kasir

"jangan pecat aku yah pak" pinta Aille saat sampai di meja kasir dengan posisi tangan meminta maaf

"yaa??"

"iya pak, jangan pecat aku" walau Masi Bingung dengan apa yang di katakan Aille barusan tapi Evan berusaha menunjukkan wajah Santai nya

"ikut ke ruangan ku sekarang" Evan langsung menunjuk Ruangan nya di lantai atas.

"mampus lah aku, sepertinya kali ini aku akan di pecat" keluh nya pada Natasya gadis berambut pendek di samping nya

"nggak mungkin, udah sana nanti pak Evan nunggu lama"

"yaudah, doain aku yah"

"sip deh" dengan langkah terburu-buru Aille menuju ruangan Evan, beberapa menit lalu pria itu menjadi teman nya namun sekarang ia adalah seorang bos dan Aille hanya lah pekerja paru waktu, jadi ada kemungkinan walau hanya sepersekian persen Aille akan mendapat teguran dan di pecat maka dari itu sebelum semua terjadi Aille berpikir untuk memohon terlebih dahulu untuk tidak di pecat dari pada memohon untuk di terima bekerja kembali.

"ada apa pak?" tanya sopan Aille saat memasuki ruangan Evan

"jadi kamu berpikir akan di pecat, kenapa tidak memohon di mobil tadi?"

"yah mungkin saja pak, tadi saya terlambat tapi saya berangkat sama teman saya jadi saya tidak akan memohon saat di mobil sekarang di tempat kerja dan pak Evan adalah bos saya"

"what??"

"jujur pak ini bukan pertama kalinya saya terlambat" melihat tingkah Ailee yang super-super cute Evan sedikit menutup mulutnya dengan tangan seolah tak percaya dengan pengakuan Aille namun bukan itu tujuan Evan hanya berusaha menahan tawanya.

"pak tumben lama di Cafe, biasa nya juga hanya beberapa menit"

"OOO i i--iyaa, saya mau ketemu seseorang kebetulan dia pilih kafe ini"

"bapak kenapa, kok gitu mukanya?"

melihat tingkah Ailee yang semakin menjadi Evan tak ada pilihan lain selain menggigit bibir bawah nya untuk mencegah tawa nya pecah.

"bibir bapak kenapa?"

Oh my God sepertinya kadar polos Ailee tak berkurang sedikit pun.

"ahh tidak, kalau bisa nggak usah panggil bapak yahh, hmmm gini loh aku ngerasa aneh ajah"

"bapak sakit?"

apa-apaan ini Kok malah di bilang sakit apa wajah Evan terlihat memerah sekarang karna menahan tawa. Evan terlihat seperti peserta tahan tawa.

"ya udah pak saya mau lanjut kerja, Aku bertanya malah nggak di jawab. kalau bapak butuh bantuan panggil aku ajah yah"

"he--heei?"

ada apa dengan gadis itu tadi dia datang dengan sifat seperti kucing dan memohon sekarang dia keluar seolah tak punya beban, tak ada akhlak dia sudah membuat urat perut Evan tegangan karna menahan tawa.

beberapa menit lalu ia masuk dan mengatakan kalau Di tempat kerja Evan bukan lah teman nya tapi bos nya lalu nada bicaranya barusan tak seperti seorang karyawan. Sebenarnya Aille ini akan di sebut tipe karyawan yang beruntung atau sebaliknya?

bos yang kadang ngingatin Jam kerja atau kuliah, kadang berangkat bareng tapi semua itu tidak seindah yang di pikirkan kan okelahh di luar mereka bisa dekat tapi jangan berpikir kalau di lingkungan kerja Aille baik-baik saja. Revan seorang pria tampan,mapan,baik,badan atletis, pokoknya idaman idaman kaum hawa. sudah jelas kan banyak pandangan negatif tentang Aille bahkan tak jarang mendapat lebel penggoda. tampilannya doang yang biasa tapi kalakuan liar, yah kurang lebih seperti itu. tapi ada juga yang berpendapat kalau dia cewek yang beruntung.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login