Download App

Chapter 2: Menghormati Tali Persaudaraan _______________________

Pada pagi hari yang cerah nan sejuk. Dan masih terlihat sisa-sisa embun yang mulai memudar. Ava menggeliat dari tidurnya. Ia semakin mengeratkan selimut yang sudah membungkus seluruh tubuhnya. Walaupun ia sudah memakai selimut tebal, namun rasanya ia masih saja kedinginan.

Karena Ava merasa masih sangat mengantuk, ia mencoba untuk tidur kembali dari keadaan setengah sadarnya. Setelah beberapa menit ia mencoba memaksakan diri untuk tidur kembali tapi tidak bisa. Akhirnya ia menyerah. Dengan terpaksa ia membuka mata. Lalu bangkit dari tidurnya.

Ava menguap dan ia menyeret tubuhnya ke sisi tembok kamarnya untuk duduk bersandar. Untuk mengumpulkan kesadaran diri sepenuhnya.

Ava melirik jam di dinding. Sekarang baru pukul 05.57 pagi. Lalu Ava memperhatikan sekeliling kamarnya. Ia baru sadar kalau ia sendirian di kamarnya. Yang berarti kakaknya sudah bangun lebih dulu. Ava dan Masayu memang tidur sekamar.

Kemudian ia bangkit dari duduknya. Dan ia mulai melipat selimut bekas ia pakai tidur dan merapikan tempat tidurnya. Di keluarganya, Ava dan Masayu memang sudah di ajari untuk disiplin sedari dini.

Setelah selesai merapikan tempat tidurnya ia keluar kamar berniat untuk mencuci muka dan gosok gigi. Baru saja ia keluar kamar dan akan berjalan menuju kamar mandi, ia melihat kakaknya berjalan ke arah pintu utama. Sepertinya Masayu akan keluar rumah.

Mau pergi kemana kakak pagi-pagi begini? Pikirnya.

Dan sebelum kakaknya mencapai pintu utama, Ava mencegah dan memanggilnya. "Kak!" Masayu menoleh ke arah Ava yang memanggilnya. Ava menghampiri Masayu yang sudah berada di dekat pintu. "Kak Ayu mau kemana pagi-pagi gini?"

"Oh, kamu udah bangun, Va?" Ujar Masayu berbasa-basi. "Ini.. kakak mau ke warung depan. Mau belanja di suruh nenek." Lanjutnya menjawab pertanyaan Ava.

Ava menjawab dengan hanya membulatkan mulutnya hingga berbentuk "O".

"Aku ikut boleh?" Tanya Ava kemudian.

Masayu berpura-pura berpikir terlebih dulu untuk menjawab pertanyaan Ava. "Emm...??"

"Boleh kak?" Tanya Ava polos dengan menampilkan puppy eyes.

Masayu terkekeh geli melihat Ava yang terlihat sangat lucu di matanya. Menampilkan puppy eyes nya dengan penampilannya yang masih berantakan khas orang bangun tidur.

"Yaudah iya boleh." Ujarnya terkekeh sembari mengacak-acak rambut Ava yang memang sudah berantakan.

"Kalau gitu tungguin ya? Aku mau cuci muka sama gosok gigi dulu." Ujar Ava yang langsung berbalik berjalan menuju kamar mandi. Namun baru dua langkah pertama ia berbalik lagi menatap ke arah Masayu. "Kakak jangan ninggalin aku. Tungguin pokoknya!" Peringatnya pada sang kakak. Dan ia pun langsung berlalu menuju kamar mandi.

Masayu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sang adik. Dia terlalu menggemaskan. Pikirnya.

***

Sesaat kemudian...

"Udah cuci mukanya?" Tanya Masayu ketika Ava sudah berada dihadapannya lagi.

"Udah." Ava mengangguk. "Yuk, jalan!" Ajaknya kemudian. Lalu ia berjalan melangkah lebih dulu. Meninggalkan Masayu yang masih mematung berdiri ditempatnya.

Merasa ia sendirian ketika sudah berjalan empat langkah, ia berbalik lagi. "Kak.. kenapa diem aja? Hayuk!" Ajaknya kembali.

"Hayuk kemana?"

"Lah... katanya mau ke warung?"

"Siapa bilang? Gak jadi." Ujar Masayu membalikkan badan dengan senyum miring tercetak di wajahnya.

Ava cemberut seketika. "Iiihhh... kakaakk....!" Rengeknya sembari menghentakkan kaki dengan jengkel.

Seketika tawa Masayu pecah karena ia berhasil membuat sang adik merajuk.

Dasar. Masayu memang suka menggoda dan menjahili sang adik.

Masayu membalikkan badan kembali. Lalu berjalan menghampiri Ava. "Hahaa... bercanda, Va. Yaudah hayuk jalan." Gurau Masayu masih dengan sisa tawanya.

Masih dengan muka cemberut, Ava tak menghiraukan kakaknya. Dan ia akan kembali melangkah tapi dicegah oleh Masayu.

"Eiitss... tunggu."

"Apalagi kak?"

Masayu hanya melihat Ava lamat-lamat. Kemudian ia berucap. "Kamu yakin udah cuci muka tadi?"

Ava menggangguk polos. "Emang kenapa kak?"

"Masa? Kalau udah cuci muka, kenapa itu masih ada beleknya?" Tunjuk Masayu ke arah mata Ava.

Ava pun langsung mengecek matanya dengan meraba dan menggesek kedua matanya.

Ava yakin matanya bersih kok. Gak ada beleknya. "Mana? Gak ada tuh." Ujar Ava sembari melebarkan kedua matanya mengarah  ke arah Masayu.

"Itu... ada tuh sebelah sini." Tunjuk Masayu pada mata Ava sebelah kiri.

Dan Ava dengan polosnya lagi-lagi percaya dengan omongan Masayu. Ava mengecek meraba matanya sebelah kiri. "Gak ada kok." Ujarnya.

"Eh, enggak ding! Yang sebelah sinih, tuh ada." Kali ini Masayu menunjuk mata Ava sebelah kanan.

Kali ini Ava menatap Masayu memicing. Tapi tak ayal ia pun menurut. Kembali ia meraba matanya sebelah kanan.

Ava benar-benar yakin kedua matanya bersih tanpa ada kotoran apapun. Ava seolah tersadar dari sesuatu. Baru Ava akan menyemprot kakaknya dengan kata-kata karena sudah mengerjai dirinya. Tapi Masayu sudah lebih dulu berucap sembari menyemburkan tawanya.

"Tapi bohong..." Ujar Masayu sembari tertawa puas karena berhasil mengerjai adiknya lagi.

Belum puas ternyata Masayu mengerjai adiknya sedari tadi. Benar-benar kakak durhaka.

Dan kali ini pun Ava benar-benar di buat jengkel oleh kakaknya. Dengan wajah yang makin cemberut. Ava menatap kakaknya bengis. Kemudian dengan menghentakan kaki, ia berlalu begitu saja dari hadapan Masayu yang masih setia menertawakannya.

"Heii!! Va! Mau kemana?" Teriak Masayu dengan sisa tawanya dan mencoba untuk menyusul adiknya yang sudah berjalan lebih dulu.

"Jonggol!!" Jawab Ava juga berteriak tanpa menoleh ke arah Masayu. Ia hanya terus berjalan sembari mendumel tidak jelas.

"Mau ketemu si wakwau, ya?" Gurau Masayu tersenyum jahil setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Ava.

Ava memilih tidak menjawab dan tak menghiraukan kakaknya yang masih saja berusaha untuk mengerjainya lagi dan lagi.

Melihat sang adik yang begitu merajuk padanya. Masayu pun akhirnya meminta maaf kepada Ava. Sampai mereka tiba di warung dan berbelanja sesuai kebutuhan yang diperintahkan oleh nenek mereka. Setelah semua yang mereka butuhkan sudah lengkap dan terbeli semua. Mereka langsung pulang kembali ke rumah.

***

Sesampainya di rumah, mereka langsung menuju arah dapur yang mereka yakini pasti nenek mereka sedang berada di dapur sekarang.

Ketika sudah di dapur. Benar dugaan mereka bahwa sang nenek memang sedang berada di dapur sedang berkutat dengan bahan-bahan makanan karena memang nenek sedang membuat sarapan untuk kami sekeluarga.

"Nenek..!" Sapa Masayu dan Ava bersamaan.

Sang nenek mengalihkan perhatiannya ke arah dua cucunya. "Oh.. kalian." Sapa nenek. "Belanjaan yang nenek suruh beli sudah kamu beli, Yu?" Tanya nenek menatap Masayu.

Masayu mengangguk. "Sudah nek. Nih.." ujar Masayu seraya menyodorkan kantong plastik berisikan belanjaan pesanan sang nenek.

Nenek menerima belanjaannya dan berucap terima kasih pada Masayu.

"Kok terima kasihnya sama kak Ayu doang, nek? Sama aku enggak? Kan aku juga ikut ke warung tadi belanja bareng kak Ayu." Protes Ava.

"Oh iya? Kamu juga ikut belanja tadi bareng kakakmu?" Ava mengangguk. "Terima kasih Ava sudah mau bantuin nenek belanja." Ujar sang nenek dengan tersenyum.

Ava mengangguk. "Iya nek sama-sama." Jawabnya dengan menyengir.

Sang nenek dan sang kakak hanya menggeleng kepala bersamaan melihat Ava.

"Oh iya. Si Key belum bangun nek?" Tanya Ava pada neneknya.

"Belum tuh. Masih tidur di kamar." Terang sang nenek. "Dan kamu jangan gangguin Keysha dulu. Biarin dia tidur. Mending kamu bantuin nenek aja masak siapin sarapan." Ujar sang nenek pada Ava sebelum Ava pergi ke kamar Keysha untuk bangunin adiknya. Karena pekerjaan nenek belum kelar. Akan repot nanti jika Keysha bangun dan minta gendong terus sama neneknya. Pekerjaanya akan jadi terganggu.

Ava menurut dan ikut bergabung bersama sang kakak untuk membantu nenek mereka memasak. Dengan sesekali mereka saling melempar candaan. Atau hanya sekedar menjahili Ava. Lagi dan lagi Ava menjadi korban kejahilan sang kakak.

Walaupun begitu mereka tetap saling menyayangi satu sama lain. Meskipun sang kakak sering membuat sang adik jengkel. Yakinlah itu salah satu bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.

Karena niat sang kakak hanya untuk gurauan semata. Dan setelah ia membuat sang adik merasa jengkel karenanya. Entah itu sengaja atau tidak. Ia pasti selalu meminta maaf. Dan sang adik pun memaafkan.

Begitulah cara mereka saling menyayangi dan menghormati tali persaudaraan di antara mereka. Walaupun caranya agak konyol. Dan tanpa mereka sadari tali persaudaraan yang terjalin diantara mereka akan semakin kuat.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login