Download App

Chapter 3: Pencarianmu

Kringgggg!!!.... "klek" suara alarm yang baru saja dimatikan tanda untuk waktunya dia bangun sudah tiba, mata pun terbuka untuk melihat keadaan dimana sinar mentari pagi yang masuk mengusik kesunyian. Pagi yang indah untuk seseorang yang telah melewati sebuah pengalaman yang menegangkan sekaligus menyakitkan. Dia mulai duduk di ranjangnya dan melamun, kejadian itu kembali menghantui pikirannya.

Waktu satu bulan pun tak bisa menjamin untuk dia melupakannya, menggeleng-gelengkan kepala mungkin hanya itu yang ia bisa lakukan sekarang, setidaknya untuk mengurangi bayangan itu. Ia kemudian menggenggam kalung bintangnya lalu menutup matanya, sampai pada akhirnya ada suara yang mengejutkannya "Pagi adikku sayang! Udah bangun ternyata. Cepet mandi sana!! setelah itu kita jogging, oh ya jangan lupa juga rotinya dimakan!" Kata perempuan yang sedikit cerewet itu sambil melangkah pergi menuju pintu kamar kembali untuk keluar

"Iya kakakku yang bawel!" Jawab sang adik. Inilah gambaran keadaan di kamar sang bintang merah, saat pertama kali bangun dari bunga tidurnya. Dia tinggal bersama kakak perempuannya yang bernama Vitalia Zanna, orang tuanya terlalu sibuk di luar negeri karena urusan bisnis, jadi sekarang dia hanya tinggal bersama kakaknya. Sebuah senyuman sedikit tersirat ketika dia melihat dua buah foto, yaitu orang tuanya dan teman-teman tujuh ksatria bintang.

"Udah cepet mandi sana! Malah duduk-duduk aja." Gerutu Kak Vita dari depan pintu "Iya iya.." Jawab Arjuna sedikit malas. Sekarang adalah hari minggu, hari dimana semua orang bersantai termasuk Arjuna. Semenjak kejadian satu bulan yang lalu di perkemahan, dia selalu dirundung rasa kekhawatiran akan hal buruk yang akan datang, tapi dia percaya, dia dan para bintang yang lainnya bisa menghadapinya bersama-sama.

Tuning tuning.. dering ponsel pun berbunyi ketika dia hendak menuju ke kamar mandi. Pesan : gue tunggu lo di taman biasa Viona. Itulah yang tertera pada layar ponselnya, semburat senyum pun kembali terhias di bibirnya. Entah mengapa, dia merasa senang ketika bintang biru SMS kepadanya. Setelah beberapa lama, akhirnya Kak Vita dan Arjuna pun pergi ke tempat jogging "Kak! Aku ke taman dulu yah mau nemuin temen." Kata Arjuna.

"Cewek apa cowok?" Tanya Kak Vita "Kepo!! Hehe.. udah yah aku pergi dah!!!" kata Arjuna yang kemudian berlalu pergi, sedangkan Kak Vita sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu. Ada apa yah? Kenapa Viona mengajakku bertemu? Tanya Arjuna dalam hatinya, tak lama kemudian ia pun sampai dan menjumpai Viona sedang duduk di bangku taman sendirian.

"Hai Jun apa kabar?" sapa Viona "Mm baik Vi, ada apa lo pengin ketemu gue?" Tanya Arjuna "Mmm minggu-minggu ini gue ngrasa ada hal buruk yang akan terjadi." Kata Viona "Hal buruk seperti apa?" Tanya Arjuna "Entahlah aku pun tak bisa memastikannya, tapi aku harap itu bukan hal yang besar." Kata Viona "Semoga saja." Kata Arjuna "Vi, kayanya mustahil banget yah orang kaya kita bisa jadi keturunan orang-orang hebat, lebih tepatnya sebagai keturunan bintang." Sambung Arjuna

"Kenapa musti ragu Jun, semua itu telah terjadi, walaupun kita menolak, kita tetap tak bisa menghindarinya. Ketahuilah semakin besar kekuatan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung jawab kita." Kata Viona yang terkesan begitu tenang.

"Iya gue tahu itu, mungkin semua yang telah terjadi adalah atas kehendak Tuhan, kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan menjalaninya." Kata Arjuna "Yah begitulah hidup." Kata Viona.

Yah itu memang benar, sesungguhnya akan ada tantangan yang lebih besar yang akan mereka hadapi nantinya, entah itu seperti apa semua masih dalam bentuk tanda tanya dalam benak mereka. Hari telah berganti kini tiba saatnya untuk para remaja muda menempuh ilmu untuk masa depan mereka masing-masing, kesibukan pun tak terhindarkan untuk masyarakat perkotaan seperti hal nya di rumah anak yang satu ini....

"Mam!!! Aku berangkat dulu yah dahhhh!!!!" teriak anak lelaki itu "Eh ini sarapan dulu!" kata sang Ibu "Ngga sempet! Nanti makan di kantin aja!" jawab anak itu lagi "Yaudah hati-hati jangan ngebut-ngebut bawa motornya!" Kata sang Ibu mengingatkan. Si anak hanya memberikan isapan jempolnya dan langsung mengenakan helmnya, lalu berangkat ke sekolah.

Ya, itulah keseharian si bintang ungu Revan, setiap hari pasti bangun terlambat namun selalu tepat waktu masuk sekolahnya. Pagi yang indah di hari senin untuk mengawali semangat baru, semangat yang akan lebih menyatukan kekompakan para bintang tentunya. Sesampainya di sekolah Revan pun langsung menjumpai sahabat karibnya si bintang hijau "Hai Rel! apa kabar nih?" sapa Revan "Baik dong!" jawab Farel dengan semangat "Sip dah, eh ngomong-ngomong lo lihat Vera ngga?" tanya Revan.

"Cieee yang nyariin bintang kuning, kangen yah hihihi!" ledek Farel "Ih apaan sih, cuma nanya kali yeeee!" elak Revan "Hai semua!!" sapa Vera dan Sherin dari belakang yang kemudian ikut berjalan dengan mereka "Wah!! panjang umur heheh!" kata Farel "Siapa yang ulang tahun emang?" tanya Sherin yang kebingungan "Ngga ada heheh!" jawab Farel sambil menggaruk belakang kepalanya

"Huh!! Dasar, eh Van tadi si Vera nyariin lo tuh (Sambil menyenggol badan Vera)." Kata Sherin "Ciee!!! jodoh nih yeh, tadi Revan juga nyariin lo Ve!" ledek Farel "Ih apaan sih!" kata Vera dan Revan bebarengan, Sherin dan Farel pun hanya tertawa melihat kedua temannya itu salah tingkah ketika mereka buly. Tak lama kemudian datanglah si bintang putih Samanta.

"Hei guys ada yang lihat Arjuna ngga?" tanya Samanta yang baru datang, sontak Vera pun memanfaatkan itu untuk mengalihkan pembicaraan "Eh cieee yang nyariin Kak Juna ekhem!" ledek Vera "Apaan sih Ve orang nyariin karena ada tugas kok wleeee!!" Elak Samanta sambil menjulurkan lidahnya, tak lama kemudian orang yang dicari si bintang pun datang namun tidak sendiri melainkan bersama dengan... "Hai Jun, Hai Vi!!" sapa Revan.

"Hai guys!" Jawab Arjuna sambil tersenyum sedangkan Viona sendiri hanya menunjukkan wajah dinginnya, semua bintang yang melihatnya hanya bisa tersenyum canggung.

"Gue pergi dulu ada urusan." Kata Viona yang kemudian melangkah pergi "Hehhhhh tuh bocah dingin amat kaya es kutub." gerutu Revan "Gue denger Van!" Kata Viona yang masih tetap berjalan meninggalkan mereka berenam semakin jauh, sedangkan Revan sendiri hanya bisa terkejut sedikit khawatir takut dihajar sama si bintang biru "Hayooo loh hati-hati Van kalo ngomong, udah tahu pendengarannya lebih tajam dibanding kita kan." Kata Sherin, yang lain hanya bisa terkekeh menertawainya dan Revan sendiri hanya bisa mendengus kesal.

Mereka berenam pun langsung melangkah pergi menuju ke kelas masing-masing. Namun entah kenapa, akhir-akhir ini Viona lebih suka menyendiri dia selalu terdiam dan hanya bicara seperlunya, tenang dan tenggelam dalam banyak hal yang ia pikirkan dalam otaknya. Melihat Viona yang sedang sendirian, Dinda pun menghampirinya "Hai Vi, lagi kenapa nih? Melamun aja perasaan." Sapa Dinda "Ngga kenapa-napa." Jawab Viona.

"Hehhhh Vi, gue ini sahabat lo, gue pasti tahu kalo sahabat gue lagi ada masalah, pasti dia selalu kaya gini." Kata Dinda "Gue cuma lagi pengin sendiri, gue ngga mau diganggu." Kata Viona "Vi sampai kapan sih lo kaya gini terus, lo selalu menghindar dari sahabat lo, lo selalu nyembunyiin masalah lo sendiri, apa lo ngga kasihan sama hati lo yang terus-menerus ditekan karena masalah itu?" tanya Dinda "Seharusnya tanpa lo tanya, lo udah tahu jawabannya Din. Gue ngga mau sahabat gue khawatir dan ngerti apa yang gue rasain, gue ngga mau nyusahin kalian. Bukankah itu tugas seorang pemimpin?" kata Viona yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Dinda.

Dinda sendiri hanya bisa berdiam diri dan membiarkan sahabatnya itu pergi, dia tak tahu harus berbuat apalagi untuk sahabatnya itu.

Tak terasa bel pulang pun berbunyi, semua murid pun berantusias untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, namun tidak bagi Viona dia lebih memilih duduk di taman sendirian sampai pada akhirnya dia memetikkan jarinya untuk menghentikan waktu, karena dia tahu ada seseorang yang akan menemuinya.

"Ada apa kamu datang sekarang?" tanya Viona dingin pada orang itu "Kenapa? Aku lihat kamu sedang bimbang." Jawab orang itu yang tak lain itu adalah Claraus "Aku tak tahu, aku merasa diriku adalah kekuatan yang berbahaya. Akhir-akhir ini aku bermimpi tentang seekor hewan, yang seolah-olah menjadi sisi gelap dalam diriku." Jawab Viona "Viona, semua tanda tanya yang ada dalam pikiranmu itu, hanya akan kamu ketahui dari kitab syrius." Kata Claraus yang sekilas tersenyum "Kitab syrius?" bingung Viona.

"Benar, kitab itu akan menjawab mimpimu itu." Kata Claraus "Bagaimana cara aku menemukannya?" tanya Viona "Pintu tujuh bintang, sebuah cahaya menembus, inti terbuka." Kata Claraus "Pintu? Apa maksudmu?" bingung Viona, namun Claraus telah menghilang "Hehhhh kebiasaan selalu pergi dengan memberikan teka-teki rumit." Kata Viona, ia pun kembali memetikkan jarinya agar waktu kembali berjalan dengan normal, lalu pulang ke rumahnya.

Teka-teki pun mulai muncul kembali, apa yang sebenarnya dimaksud kitab syrius dan dimanakah kitab itu berada? Sebagai seorang pemimpin, Viona pun mengerti apa yang harus ia lakukan.

Di lain sisi kekhawatiran pun mulai muncul pada enam bintang yang lain, bintang biru yang sedikit demi sedikit berubah menjadi sosok yang lebih dingin membuat mereka sedikit khawatir dengan keadaan pemimpinnya itu "Vi dari mana aja sih, kita tuh nyariin lo tahu." Kata Farel "Lo ngga papa kan Vi?" tanya Samanta.

"Gue ngga papa, mmm guys sebelumnya ada hal yang harus kalian tahu." Kata Viona "Hal apa?" tanya Arjuna "Kitab syrius." Jawab Viona "Syrius?" bingung Vera "Seperti nama kitab keramat." Sambung Sherin "Emang ada apa dengan kitab itu Vi?" tanya Revan "Kitab itu akan menjawab tentang sebuah...." "Sebuah apa?" tanya Arjuna yang ingin segera memotongnya "Kekuatan besar." Jawab Viona "Kekuatan besar?" bingung Samanta "Iya, kemarin gue ketemu sama Claraus, dia hanya menunjukkan beberapa kata kunci untuk menemukan kitab itu." Kata Viona.

"Apa kata kuncinya?" tanya Revan "Pintu tujuh bintang, sebuah cahaya menembus, inti terbuka." Jawab Viona "Hah? Apa maksudnya?" bingung Farel "Mmm mungkin menunjukkan sebuah tempat dan alur yang harus diikuti agar...." "Inti pintu itu membuka menunjukkan kitab syrius di dalamnya!" Kata Vera yang menyambung kata Sherin yang menggantung "Tapi apa mungkin hanya kita yang akan mencarinya?" tanya Arjuna "Maksudmu?" tanya Farel "Kitab itu ada, karena ada yang menciptakannya atau membuatnya bukan? bisa menjadi kemungkinan yang besar bahwa yang menciptakan kitab itu bukan hanya dari para bintang, bisa saja...."

"Musuh bintang seperti Andromeda dan makhluk lainnya!" Kata Samanta yang menyambung kata Arjuna "Yap! bener banget, kita ngga mungkin mendapatkan kitab itu dengan mudah kan? pasti akan tetap ada musuh kita yang muncul." Kata Arjuna "Besar kemungkinan kita pasti akan bertarung kembali." Kata Revan "Apapun yang akan terjadi nanti, kita harus selalu siap." Kata Viona "Baik!!!!" jawab ke enam bintang dengan serempak.

Untuk memudahkan pencarian kitab itu, masing-masing bintang pun melakukan berbagai cara untuk menemukan informasi tentang kitab itu. Kecanggihan teknologi modern pun mereka manfaatkan dengan sebaik mungkin "Kira-kira dimana kitab itu berada?" tanya Viona pada dirinya sendiri yang sedang duduk di bangku perpustakaan "Woyy!!!! Bengong aja nih." Kata Yusa yang mengagetkannya "Ah ngga ada apa-apa kok Yus." Kata Viona.

"Hem iya deh percaya." Kata Yusa yang kemudian mulai membuka buku yang baru ia pinjam "Baca apaan Yus?" tanya Viona yang mulai tertarik dengan buku yang dibaca Yusa "Oh ini, ini buku tentang sejarah suatu tempat kuno. Ya lo kan tahu sendiri gue anak sejarah heheh!" Kata Yusa "Oh, coba gue lihat (Sambil melihat-lihat isi buku itu)." Kata Viona. Hem gambar ini seperti. Apa !!! ini kan sebuah pintu, lebih tepatnya sebuah gerbang dengan tujuh bintang yang melingkar? Jangan-jangan.... Kata Viona dalam hatinya yang kemudian membelalakkan matanya karena menyadari hal itu.

"Yus! Apa kamu tahu tentang tempat ini?" tanya Viona "Coba sini gue lihat... oh ini, tempat ini namanya Aksara Winjaya." Jawab Yusa "Aksara Winjaya? Apa lo tahu dimana tempat itu?" tanya Viona "Mmm gue sih pernah waktu itu buat observasi udah lumayan lama sih, tapi gue masih inget kok, kenapa emang?" tanya Yusa "Ah kebetulan, besok gue dan temen-temen gue mau ngerjain sebuah proyek, ya semacam observasi begitu juga tentang sebuah tempat kuno, nah kayanya nih tempat cocok buat jadi objeknya, lo bisa anterin gue kesana kan?" tanya Viona.

"Mmm oke deh!" jawab Yusa "Sip!! besok kita berangkat sekitar pukul 08.00 pagi yah?!" Kata Viona yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Yusa dengan sedikit tersenyum.

"Oh my God! dia senyum? Wah fenomena yang langka. Gile!!! manis banget tuh bocah kalo senyum." Kagum Yusa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Keesokan harinya mereka pun bersiap untuk berangkat dengan menggunakan dua buah mobil jeep, perjalanan pun memakan waktu cukup panjang karena tempatnya yang jauh dari perkotaan, lama mereka menempuh perjalanan aspal yang di kelilingi dengan bangunan-bangunan, akhirnya mereka pun mulai memasuki daerah jalan yang dikelilingi oleh pepohonan besar.

Sedikit lama, akhirnya mereka pun sampai pada tujuan "Begitu indahnya." Decak kagum Viona "Widih!!! Keren banget nih tempat!" Kata Revan "Nah gimana, aslinya lebih keren kan?" tanya Yusa "Ini mah bukan keren lagi Yus!" Kata Sherin. Para bintang pun mulai turun dari mobilnya, namun hal sial menimpa Samanta. Dia terpeleset karena keadaan rumput yang masih basah karena embun, namun dengan cepat Arjuna menangkap tubuh Samanta dan mendekapnya sebelum jatuh ke tanah, untung saja Yusa tidak melihat kekuatannya yang bisa berlari begitu cepat.

"Untung kena (sambil tersenyum), Lo ngga

papa kan Sam?" tanya Arjuna "Eeee..eee gue ngga papa Jun, makasih udah nolongin gue." Kata Samanta sambil tersenyum, Arjuna pun juga membalas senyumnya. Perasaan apa ini? Kenapa jantungku berdebar begitu cepat? Tuhan katakan kalau ini bukan cinta.. Kata Samanta dalam hatinya, kemudian mereka berdua pun menyusul teman-temannya yang berada di

depan, Viona yang bisa membaca pikiran sekaligus melihat kejadian itu hanya bisa tersenyum "Teman-teman, kita istirahat dulu disini." Kata Viona "Oke!!" jawab mereka serempak.

"Yus, sebenarnya Aksara Winjaya itu tempat apa sih?" tanya Revan "Mm sejenis tempat yang menyimpan kitab-kitab kuno gitu Van, ada banyak kok kitabnya." Jawab Yusa "Kitab? Apa jangan-jangan kitab itu emang ada disana?" tanya Samanta pada Arjuna "Kitab apa yang lo maksud Sam?" tanya Yusa yang mendengar kata Samanta "Ah!! bukan kitab apa-apa kok Yus. Mmm oh ya Vi, lebih baik kita mulai jalan sekarang aja, takutnya nanti keburu siang." Saran Samanta "Oke, kita berangkat guys!" ajak Viona.

Mereka pun mulai menapaki sebuah jalan setapak yang menuju ke sebuah bangunan keraton besar yang mempunyai gerbang besar dengan sebuah relief bintang di tengahnya. Cukup lama mereka berjalan di jalan setapak yang cukup panjang itu, hal yang tak diinginkan pun terjadi. Musuh para bintang pun benar-benar muncul, namun bukan musuh yang dulu melainkan musuh dengan wajah yang baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya. "Hahahahah!!!!!" tawa satu di antara lima orang berpakaian jubah hitam itu "Siapa kalian ha?!" tanya Revan "Ah iya kami lupa memperkenalkan diri terlebih dahulu, kami adalah dialet." Jelas salah satu anggota berjubah itu.

"Astaga ada apa ini sebenarnya!?" Takut Yusa. Astaga ada Yusa, dia ngga tahu apa-apa tentang ini pikir Viona, "Teman-teman lindungi Yusa!!!!" teriak Viona. "BAIKKK!!!" jawab mereka serempak. "Ha...ha...ha...ha apakah ini keturunan para bintang, Cuihhhhh manusia lemah!!! Heii tunggu dulu, Ahaaa!! Ada manusia biasa di antara kalian rupanya." Kata orang misterius memakai jubah. "Tunggu!!!! urusan kalian dengan kami, bukan dengan dia !!!" kata Viona.

"Tunggu, apa maksud dia? Bukankah kita semua manusia normal kan? Kenapa dia hanya menyebutku yang normal, dan apa itu keturunan bintang?" tanya Yusa. "Yus lebih baik sekarang kamu tenang, dan tetaplah berada di dekat kami." Jelas Revan. "Kami anggota dialet, anggota yang sebenarnya hanya ditugaskan untuk membunuh satu orang yaitu, pemimpin kalian." Jelas anggota dialet.

"Urusan dia urusan kami juga ngerti!!" kata Arjuna. "Owhhh, kompak banget, tapi kalau memang begitu, kami pun akan menjajal kemampuan kalian semua, serang mereka!!!!!" perintah Dialet. "Bersiaplah satu lawan satu!!!" perintah Viona. "Woaaaa, gue ngga mau mati disini!!!! Tuhan tolong gue!!!...Revannnnnn!!" teriak Yusa. "Berisik kau manusia lemah, rasakan ini (jleb)!!!!" teriak Dialet sambil menarik tubuh Yusa mendekat dengan kekuatannya lalu menusuknya dengan pedang.

"Aaaaaaaa!!!" teriak Yusa. "Yusaaaaa!!!" teriak Revan. "Tidakkkkk!!!!!!!(aura kebiruan muncul di sekitar tubuh Viona dan mata Viona sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi putih, nampaknya kekuatan besar akan segera muncul)" teriak Viona. "Vio....." kata Vera lirih. "Hahaha bagus Vio, keluarkanlah amarahmu, ternyata aku tak sia-sia membunuh sampah satu ini haha!!!" kata Dialet.

"Apa lo bilang, berengsek!!!!! Rasakan ini!!!!" teriak Revan yang kemudian dengan amarah yang besar menyerang Dialet yang telah menghunus Yusa dengan pedang. Sherin dan Vera pun berinisiatif menjauhkan tubuh Yusa ke tempat yang lebih aman dan segera mengobatinya. Saat Viona masih dirundung dengan kekuatan itu, Revan, Farel, Samanta dan Arjuna pun menyerang Dialet. "Vio apa yang terjadi sama lo, Vio sadarlah!!!!!!" teriak Samanta.

Alam bawah sadar

"Vio....Viona...." panggil Claraus. "Hah...hah...hah...ha!!!!! ( nafas menderu ) apa... apa yang terjadi padaku?" tanya Viona dengan nafas yang sulit diatur karena kekuatan itu. "Vio tenanglah, kendalikan dirimu. Mereka hanya memancing sisi lain dari dirimu, tenanglah Vio..." Claraus mencoba menenangkan.

Alam normal

"Kau rasakan ini!!!!!" teriak Viona. Pertempuran pun berlangsung dengan hebat antara Vio dan Dialet, sementara itu anggota bintang yang lain tertegun dengan kekuatan yang dimiliki oleh Viona sekarang.

       

"Matilah kau!!!!!" teriak Viona penuh amarah. "Viona hentikan!!!!" teriak Arjuna. (deg)....a...apa itu...mata Vio... terkejut Arjuna dalam hati. "Jun apa yang terjadi pada Vio?" tanya Samanta. "Dia sekarang bukanlah Vio."  jawab Arjuna yang masih tertegun. "Apa maksud lo Jun?" tanya Samanta. "Ada yang sedang mengendalikannya." Jawab Arjuna. Pertarungan pun terus berlanjut, Dialet tak pernah menyangka kalau kekuatan itu begitu besar.

Kekuatan yang selama ini mereka incar ternyata begitu menakutkan. "Vio sadarlah!!!!!!" teriak Samanta. Namun Viona hanya menengok sekejap ke arah Sam dengan tatapan yang begitu dingin, yang seolah-olah mengisyaratkan bahwa dirinya yang sekarang haus akan kematian seseorang, Viona pun mengambil alih pertarungan dan melawannya seorang diri. "A....aa...aaa...apa itu, Viona....dia..." Samanta tertegun melihat Viona yang sekarang. Di sisi lain keadaan Yusa....

"Mari kita sembuhkan dia semampu kita Ve!" kata Sherin. "Baik." Jawab Vera. "Lukanya terlalu parah, pedang itu tepat menusuk jantungnya, sekarang dia kehilangan banyak darah, bagaimana ini?" tanya Vera kebingungan. "Tenang Ve, kita harus berusaha semaksimal mungkin, hanya tinggal tangan Tuhan yang menentukannya." Jawab Sherin.

"Tapi kalau seandainya, Yusa sampai...." "Guys gimana keadaan Yusa?" tanya Revan yang terlihat sangat khawatir dan datang tiba-tiba. "Revan bagaimana dengan yang disana?" tanya Sherin. "Gue ngga tahu apa-apa, gue khawatir sama keadaan Yusa, gimana keadaannya?" tanya Revan. "Lo tenang dulu Van, kita lagi berusaha, sekarang kita cuma tinggal berharap dia akan cepat sadar."  jelas Vera.

"Apa maksud kalian? Dia akan sembuh kan? Dia bisa bangun kan? Yus .... Yus!!!! Bangun Yus bangun!!!!!! Buka mata lo!! Gue ada disini Yus bangun...." histeris Revan. "Van lo tenang, lo harus bisa kendalikan diri lo tenang Van!" Pinta Sherin. "Kalian ngga tahu gimana rasanya kalo sahabat lo lagi sekarat kaya gini kan!! Lihat dia, sekarang dia hanya diam bahkan dia mungkin ngga denger apa yang gue omongin, dia berarti buat gue, dia sahabat gue Ve...Rin.!" emosi Revan. Sherin dan Vera hanya terdiam mendengar perkataan dari Revan, lambat laun Revan pun mulai menitikkan air matanya.

"Yus...gue mohon bangun, bangun Yus...gue belum sempet ngucapin permintaan maaf gue, lo jangan diem aja Yus bangun, lo sahabat terbaik gue, gue ngga mau kehilangan lo Yus...bangun.." sedih Revan. Sherin dan Vera yang melihat tak kuasa mendengar harapan Revan yang akhirnya membuat air mata mereka pun berlinang. "Gue ngga pergi kok bro, lo tenang aja ya. Oh ya kenapa lo ngga pernah bilang kalo lo punya kekuatan? But it's oke ngga jadi masalah buat gue, karena bagaimanapun lo, lo tetap sahabat gue." Semua yang ada di samping Yusa terkejut karena Yusa sudah mulai membuka matanya dan berbicara, walau rasa sakit yang amat menyiksanya.

"Yus, lo ngga papa kan, maafin gue yang ngga bisa jagain lo, maaf.." sesal Revan. "Udah ngga papa, lo tenang aja, oh ya gue udah capek nih ngomong terus, gue cuma mau bilang kalo gue mau istirahat dulu untuk beberapa waktu, dan sampaiin permintaan maaf gue ke Dinda dan Kaira ya, dan untuk lo sama Sam... jangan pernah lupain gue, dan lo bro ngapain lo nangis kaya ngga ada kerjaan aja hehe." kata getir Yusa.

"Jangan ngomong gitu Yus, lo ngga akan istirahat sebelum lo main sama gue kan?" pinta Revan. "Halah main mulu kerjaan lo, fokus sama sekolah. Eeeee....aaa... o...oh ya gu....gue punya satu permintaan buat lo, kasih pe...luk hangat lo bro." Pinta Yusa. "Apa yang ngga buat lo bro." Revan menyanggupi. Namun dibalik itu semua Sherin dan Vera tahu apa yang sebenarnya akan terjadi, dan ketika Revan memeluk tubuh Yusa, tubuh Yusa terasa begitu lemah dan pelukannya semakin melepas.

"Yus kayanya lo betah banget di peluk ama gue, mau sampai kapan kita kaya gini terus?" tanya Revan polos. "Van lepasin Yusa." Kata Vera singkat. "Apa maksud lo?" tanya Revan. "Dia udah pergi." Jawab Sherin. Revan yang tidak percaya langsung melihat Yusa, dan ternyata.... "Yus bangun Yus!!!! Yusaaaaaa!!!!" teriak Revan. "Udah Van kita harus ikhlasin dia, biarin dia tenang di alam sana." Kata Vera.

"Haaaaaaa!!!!!! Berengsek kau Dialet, gue bunuh lo haaaaa!!!!" amarah Revan. Revan langsung pergi dengan cepat, ke tempat pertempuran, Vera dan Sherin tidak bisa menahan amarah dan gerak Revan, mereka hanya bisa mengejar mengikuti Revan.

Namun ketika Revan sampai di tempat pertempuran..... "Mati kau Dialet!!!!!" teriak Viona. "Viona hentikan!!!! Kendalikan amarahmu Vioooooooo!" teriak Samanta. BESSSS....DARRRRR... "Aaaaa!!!!!" teriak Dialet. Dialet yang terkena serangan dahsyat itu langsung mati, Revan yang melihat kejadian itu, tak menyangka kalau seorang Viona akan membunuh 5 Dialet sekaligus.

"Viona....." Farel tertegun. Seketika itu pula aura yang menyelimuti tubuh Viona sudah mulai memudar dan mata Viona kembali normal. Para bintang pun hanya bisa terdiam melihat keadaan Viona sekarang, Samanta yang melihat tubuh Viona melemah dengan cepat menghampirinya dan menangkap tubuh itu.

Bip....bip...bip...bip...bip.. suara alat pendeteksi jantung pun begitu terdengar jelas dalam sebuah ruangan bernuansa putih dengan raga yang tergeletak lemas di ranjang. Rambut yang terurai dengan mulut dan hidung yang tertutupi oleh alat pernapasan, terlihat gerakan kecil dari jemarinya yang putih dan lentik. Mata indah dengan emerald coklat yang indah pun mulai membukakan kelopaknya tanda bahwa ia ingin melihat.

"Sudah sadar rupanya. Bagaimana perasaanmu saat ini?" Tanya seseorang yang duduk di sampingnya. "Ini dimana?" Tanya tubuh lemah itu. "Tenang kamu sedang di rumah sakit sekarang, kamu sudah pingsan selama 3 hari." Jawab orang itu "Tiga hari? Bagaimana bisa?" Tanya tubuh lemah itu lagi "Karena kau terlalu memaksakan kekuatanmu Vi." Jawab orang itu. Tak lama kemudian terdengar suara ketuk pintu dari luar ruangan, dan datanglah beberapa anak remaja yang ingin melihat keadaannya.

"Bagaimana keadaan dia Sam?" Tanya salah satu dari mereka "Dia sudah siuman Jun, mungkin masih sedikit pusing aja." Jawab Samanta. "Lo baik-baik aja kan Vi?" Tanya Revan "Gue baik-baik aja Van, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Viona.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login