Download App
100% cerita_sex

Chapter 5: Kegilaan Aku, Ibuku dan Tanteku (part 3)

Kini tante Sedikit agak nakal dalam masalah seks. Ia berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah lidahnya. rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.

"Ohhh, nisa, ooohh… pejuhku keluar !!", kataku.

Muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.

"Udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan lupa ", katanya.

"Rasanya ndak ingin pulang aku", kataku.

"Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama lagi ", katanya.

"Iya sih",

"Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan", katanya.

"Apa Nisa?"

"Aku masih subur, jadi… kalau nanti hamil bagaimana ya?", Tanyanya.

"Lho? waduh…. ", aku terkejut.

Ia tersenyum. "Nggak apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya"

Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.

Hal yang membuatku berpikir keras.

****

Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung menerapkanku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.

"Kamu mau apa sekarang Kinan? Ibu bakal ngasih deh ", katanya. yang bener?

"Masa 'sih?", Tanyaku.

"Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu kangen sama anak ibu ini", katanya sambil menerapkanku. Dadanya yang besar serasa sesak di perutku. Aku lebih tinggi.

"Kalau permintaan yang lain gimana?", Tanyaku.

"Apa?", Tanyanya.

"Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?", Sambil tersenyum tanyaku.

Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.

"Sekarang?", Tanyanya.

"Iyalah", kataku.

Ia lalu depan pintu lalu lepaskan bajunya satu per satu. WTF?

"Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?", Tanyanya menantang.

Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa sehelai benang pun. Aku lari ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar, putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.

"Boleh Kinan meluk ibu?", Tanyaku.

"Ya bolehlah, kenapa emangnya?", Tanyanya.

"Ah, nggak apa-apa bu", kataku. Akupun menerapkannya. Dadanya menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa hangat yang kurasakan.

"Kamu sudah dewasa ya Kinan", katanya. "Ibu kangen sekali"

"Kinan juga", kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling berpanggutan.

"Udah kinan, koq kita malah ginian seh?", Tanya ibu.

"Tapi kinan kepingin bu", kataku.

Ibuku terdiam sewaktu-waktu, berpikir keras.

"Ibu lama ndak beginian, Kinan ndak setuju jadi partner sex ibu? Sudah terlanjur begini ", katanya.

Apa? "Ya ndaklah, kinan sudah lama juga kepingin ngentotin ibu sendiri"

Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.

"Ohh… .iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu… .aahhhhh", kata ibuku.

Aku terus mengulum dan meremas bergantian payudaranya. Aku hisap kuat-kuat seolah olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau tidak, mengeluarkan aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis dan asam. Kemudian beliau tidak tinggal begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang aku bakal menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah tampak tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.

Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku pegang perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajah. Punyaku panjang, dan menggigit bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh… nikmatnya. Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.

"Waah… .kinan jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu", katanya.

"Habis ibu mau sih", kataku.

"Minggir dulu sayang", katanya.

Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur memompa penisku. Ohh… tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata, "Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget… ahh…. "

"Sudah, sudah bu, Kinan malah keluar nanti klo sampai begini", kataku.

Ibuku batasan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika dia balik badan menungging.

"Kinan, tolong, atau masukkan ya ?! tolong… .masukkan punyamu yang gedhe itu nak ", katanya.

Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu bergerak maju mundur. Tapi ibu tak ingin berlama-lama begini, ia sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku serasa dikoyak-koyak, ohh… nikmatnya. Gila, klo gini terus aku bakal ngecret di tempat aku dibuat dulu. AHHH… .Tuh kan, aku sempat nyemprot sekali, tapi aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu dia keluar dulu.

"Ohh… tidak bu, ahh… .nggak tahan… Kinan ndak tahan, too nikmat", kataku.

"Tenang Kinan, ibu mau keluar nih… aaaaaahh… ahh..ah… ahhh.oh… .ohh… aaaaaa AAAHHHH", jeritan panjang ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.

"Aduh… aduh… aduh… gimana ini, di luar apa di dalem?", Tanyaku.

"Dalam gak papa", katanya.

"AAAAHHHHH", CROOOT..CROOOTTT… .CROOOTTT… .perlu diketahui, aku tidak banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, ibuku lemas tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku merasakan kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu. Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah ibuku. Aku KO, dan tertidur


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login