Download App

Chapter 2: Kebohongan Yang Mengecewakan

Pino menggertakkan gigi nya menahan marah. Ibu retno yang duduk di hadapannya hanya bisa menangis.

"Kenapa mama nggak beritahu aku kalo kelana sudah tidak masuk sekolah satu bulan ini ?," suara pino penuh amarah.

"Mau jadi apa dia? sia sia pengorbananku selama ini. Aku tidak minta apa apa sebagai kakak, aku hanya ingin melihat adik adikku sukses. Melihat dia dan rudi lulus sekolah, kuliah dan jadi sarjana. Lantas kenapa semua jadi kacau begini? ," pino menggebrak meja dengan keras.

Malam itu pino pulang ke rumah setelah pengajuan cuti nya di setujui..hatinya riang bukan kepalang..

Dia membayangkan memeluk ibu dan adik adiknya setelah lebih dari dua tahun mereka tidak pernah bertemu. Namun ia tiba di rumah yang di dapati hanya ibunya yang menangis di kamar kelana. Ternyata kelana sudah sebulan tidak pulang dan tidak masuk sekolah.

Surat peringatan terakhir dari sekolah kelana di genggamnya dengan gemetar menahan marah.

Pino mengambil handphonenya. Ia mencari nomer kontak eddo. Pino ingin bertanya mungkin eddo mengetahui sesuatu tentang sekolah kelana, mengingat selama ia berlayar eddo sering kali menginap di rumah mereka.

Namun pino tidak pernah tau bahwa selama ini eddo sahabatnya menjalin hubungan kasih dengan kelana adiknnya.

Eddo mewanti wanti kelana untuk tidak memberitahukan perihal hubungan mereka pada pino.

Malam itu kelana memeluk punggung edo dari belakang. Pipinya di tempelkan ke punggung eddo.

"Kak, sudah sebulan kelana nggak sekolah. Kelana takut mama tahu..besok kelana pulang ya kak," ujar kelana pelan.

Eddo membalikkan badannya dan menghadap kelana.

"Emang udah nggak suka tinggal di sini ya?." eddo memandang mata kelana lembut.

"Nggak gitu kak, kelana hanya takut mama tahu kalau selama ini kelana bolos sekolah dan tidak tinggal di rumah dessy. Kelana takut kak. Kalau bang pino tahu bagaimana," kelana bergidik ngeri. Ia hafal betul perangai kakak lelakinya itu.

Eddo memeluk kelana, ia tak manjawab sepatah kata pun.

Tangannya membelai punggung kelana dan bibirnya mulai mencari cari bibir kelana. Di lumatnya bibir kelana dengan penuh nafsu…kelana membalas ciuman eddo dengan sangat bergairah. Mereka saling berpagutan. Kelana mengangkat kaos putih edo dan di remasnya punggung eddo yang sedang menindihnya.

Eddo merentangkan sebelah paha kelana, jari jemarinya bermain di sana. Kelana mengerang nikmat. Eddo tak berhenti sampai di situ, setiap ciuman,sentuhan dan remasan tangannya membuat kelana mengerang nikmat tak karuan. Hingga akhirnya miliknya menembus milik kelana dan mereka berdua terbang ke dunia penuh bunga.

Deringan telephone genggam eddo berkali kali pun tak terdengar.

Malam itu hanya desahan nafas yang terdengar dari kamar itu berpacu dengan keringat yang mengalir karena nafsu.

Sinar matahari menerobos masuk menembus jendela kamar eddo. Eddo menguap sambil merentangkan lengannya. Di sampingnya kelana masih tertidur tanpa busana. Eddo menatapnya tanpa expresi..

Di ambilnya handphone dan matanya terbelalak kaget seakan ada bom yang terjatuh di kamarnya. Ada 10 kali panggilan tidak terjawab dari pino,sahabatnya yang juga kakak lelaki kelana.

"Kelana,ayo bangun. Pino telephone," eddo mengguncang lengan kelana.

Kelana yang mendengar nama pino sontak terloncat.

"Apa? Bang pino telphone ? bang pino bilang apa?," wajah kelana pucat pasi.

Kelana paling takut dengan pino abangnya. Ia tak berani macam macam bila ada abangnya itu.

"Sudah tenang dulu.Aku telephone pino dulu ya.Kamu diam aja,jangan bersuara,"ujar eddo tenang. Kelana menganguk, tiba tiba lidahnya terasa kelu.

Terdengar nada sambung dan.."kliK'

"Hi Pin,telphone gua ya semalem ? maaf gua ketiduran. Di mana skarang?,"suara eddo sedikit bergetar.

Entah apa yang di bicarakan pino di seberang sana. Eddo buru buru mematikan telephone genggamnya.

"Kelan, ayo siap siap kak eddo nganter kamu ke sekolah ya. Abang kamu si pino udah pulang tuh.Beresin semua barang barang kamu, jangan ada yang ketinggalan," pino menyapu seluruh sudut kamar dengan matanya.

Kelana terkejut. Wajahnya pucat seperti kapas.

"Kelana bilang apa nanti sama bang pino ??kelana takut," rengek kelana.

"Ya bilang apa ajalah. Alasan apa kek, asal jangan bilang kamu pacaran sama kak eddo dan nginep di kamar kak eddo, ngerti kamu?," suara eddo mendadak kasar.

Kelana kaget bukan kepalang. Matanya mulai berkaca kaca.

Eddo terdiam memandang kelana. Di raihnya tubuh gadis itu dan di peluknya lembut.

"Jangan nangis donk. Kak eddo kan harus bicara pelan pelan sama abang kamu supaya semuanya nggak kacau. sementara semuanya di sembunyikan dulu ya. Ini semua untuk kebaikan kita sayang,"eddo menyembunyikan tatapannya yang dingin tanpa expresi.

Kelana duduk di kursi meja makan, nyalinya ciut berhadapan dengan ibu dan abangnya.

"Kelana, jujur...abang kecewa sama kamu..bisa bisanya kamu bohongin mama.Tega kamu. Sebulan bolos sekolah dan kabur dari rumah. Kamu kemana aja? Ngapain aja? ayo jawab,!" tangan pino yang kasar menggebrak meja dengan kuat.

Kelana terkejut. Hampir saja dia terloncat dari kursinya. Jari jemarinya saling meremas gugub. Tak terasa airmatanya mengalir deras.

"Kamu punya pacar ? jawab yang jujur ,"bentak pino keras

"Nggak punya bang," kelana menjawab pelan sambil terisak.

" Lalu kenapa kabur dari rumah? Kenapa bolos sekolah? Mau jadi apa kamu?Gembel?," bentak pino lagi penuh emosi.

" Sudahlah nak, yang penting adikmu sudah kembal," ujar bu retno menenangkan pino. Sedangkan rudi,adik kelana hanya mengintip dari pintu kamarnya.

"Mama siih,selalu saja manjain kelana. Begini kan jadinya. Pino kerja keras banting tulang supaya kelana dan rudi bisa sokolah ma, bisa jadi sarjana, bisa banggain keluarga. Pino benar benar kecewa,"

Kelana tak kuasa menahan tangisnya.

"Maafkan kelana bang. Kelana salah, kelana sudah dosa sama abang dan mama,"

kelana menangis sambil meraih tangan pino, namun pino menepisnya kasar.

"Besok kamu ikut abang ke sekolah. Minta maaf sama guru dan kepala sekolah supaya kamu bisa sekolah lagi,"

Pino berkata sambil berjalan menuju teras. Dia menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam dalam.

Dadanya terasa sesak. Masih terekam jelas kematian ayahnya ketika usianya baru 12 tahun.

Sejak itu bekerja apa saja untuk membantu ibunya mencari nafkah. Tekadnya sudah bulat, kedua adiknya kelana dan rudi harus sekolah. Harus sukses.

Dan malam itu pino mendapati dirinya sangat kecewa.

Kelana duduk terdiam di sisi tempat tidur di kamarnya. Ibunya menatapnya lembut. "Coba kamu ceritakan..kemana saja selama ini nak..kenapa tidak sekolah?,"

Kelana diam saja, ia tidak menjawab. Pikirannya menerawang kemana mana..

"Kelana..kelana," panggil ibunya…"Kau dengar mama ?? Ayo cerita, mama nggak akan marah…mama akan tetap memaafkan kamu,"

"Ma,"kata kelana pelan.

"Kenapa hidup kita nggak seperti orang2 ya ma?,"

"Kenapa hidup kita miskin ma….kenapa kelana nggak seperti teman2 kelana,"

Retno sontak terkejut mendengar penuturan kelana. Ia tak menyangka kelana mempunyai pikiran sepicik itu.

"Kelana…kenapa bicara begitu nak..harusnya kamu bersyukur kita masih bisa hidup layak. Kamu dan rudi masih bisa sekolah," retno berkata lirih hampir menangis.

Tapi kelana menjadi begitu emosional.

"Mama pernah mikir nggak sih ? kelana gak punya ayah,wajah ayah seperti apa juga kelana nggak inget,"

"Mama liat rumah kita..ayo ma ..liaat..nggak ada apa apa kan..,nggak ada sofa, nggak ada ac,nggak ada tv kabel,"

"Liat baju baju kelana ma, jelek2 semua…teman2 kelana pake tas branded,sepatu branded,jam tangan branded..baju model terbaru..kelana apaaaa??apaaaaaaaa,"

"Kelana cuma anak janda miskin yang di sekolahkan oleh abangnya yang galak,"teriak kelana histeris

Tiba tiba "PLAK," sebuah tamparan keras mendarat di pipi kelana.

" Berani kurang ajar kamu sekarang ya!," Siapa yang ngajarin kamu,hah!," bentak pino dengan marah. Sinar matanya membara sepeti api.

Pino melayangkan tangannya lagi di udara,siap menampar kelana, namun retno menahan tangan pino.

" Cukup pino,cukup! kalian semua mengecewakan mama," mata retno berkaca kaca

Pino terdiam sesaat sebelum kemudian pergi menenangkan dirinya entah kemana..

Retno bergegas meninggalkan kamar kelana dan bejalan menuju dapur. Ia memegang meja makan di dapurnya yang sempit itu erat erat. Air matanya tak kuasa mengalir deras. Hatinya sangat kecewa mendengar perkataan kelana,putrinya.

Dia teringat malam naas itu ketika polisi menggedor pintu rumah mereka dan mengatakan bahwa suaminya kecelakaan.

Dengan perut besar karena hamil 7 bulan, dia berlari ke rumah sakit. Namun dia tertegun karena yang di lihat hanya sesosok tubuh yang kaku yang telah di tutup kain kafan.

Dia berteriak histeris, menangis sejadi jadinya dan pingsan.

Dia tak ingat apa apa, yang ia tahu ketika dia terbangun di rumah mereka telah penuh dengan sanak keluarga dan tetangga yang memakai pakaian serba hitam dan mengucapkan bela sungkawa.

Yang dia tau bahwa hidupnya saat itu telah selesai,dia bingung,,bagaimana menjalani hidup selanjutnya. Bagaimana membayar kontrakan, bagaimana membesarkan 2 orang anak dan bagaimana membiayai persalinan ini kelak.

Dia tidak memiliki keahlian apapun. Selama ini suaminya yang mengurus semua hal. Dunia seakan begitu gelab baginya…

Tiba tiba rudi, anak bungsunya mengusap pelan punggung retno.

"Ma..rudi ambilkan air ya," tanya rudi pelan

Retno mengangguk sambil tersenyum.

Ketika ayahnya meninggal, rudi masih dalam kandungan ibunya. Ia belum pernah melihat wajah ayahnya. Namun mengapa wajah rudi begitu mirip dengan almarhum ayahnya.

Retno memeluk rudi erat ketika rudi memberikannya segelas air.

"Rudi harus jadi anak yang sukses. Banggain alm papa,mama,bang pino dan kak kelan ya nak,"

Rudi tersenyum menangguk.

Bagi retno,kehadiran rudi seperti pengobat luka hatinya. Ketika dia rindu pada david alm suaminya, ia akan selalu memandang rudi.

Di kamar sebelah kelana tertidur pulas tanpa merasa bersalah. Pikiran hanya terpatri pada eddo dan eddo. Dia tidak perduli lagi pada keluarganya dan sekolahnya. Kenikmatan yang eddo tawarkan telah membutakan matanya.

Yang ada hanya rasa kerinduan yang besar .

Namun pada tengah malam ia merasa begitu gelisah. Ingin rasanya ia berlari menuju kos eddo. Pelukan hangat eddo tak lepas dari ingatannya.

Kelana merindukan itu..lagi dan lagi…


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login