Download App

Chapter 26: Cerita Dari Tama

"Assalamu'alaikum Mi!" sapa Tama dari seberang telepon.

"Wa'alaikumussalam Tam. Maaf ya aku ganggu kamu."

"Ah ngga kok, aku juga lagi nyantai. Ada apa Mi?".

" Aku mau cerita Tam, soalnya aku ngga tahu lagi mau ngomong sama siapa. Dan yang pasti cuma kamu yang tahu banyak soal yang akan aku bahas ini."

"O ya? Soal apa?".

" Lelaki Kabut Tam. Sepertinya aku sudah tahu siapa lelaki kabut itu."

"Siapa? Aku kenal? Sejak kapan kamu tahu? " tanya Tama beruntun.

"Baru siang tadi, dan kamu tahu sekali siapa dia."

Tama terdiam, seketika perasaannya tak menentu, namun dia tetap berusaha untuk bicara normal, "maksud kamu Pram?".

" Iya Tam. Sepertinya lelaki kabut dalam mimpiku itu Pram alias Alan."

"Dari mana kamu ngambil kesimpulan itu?".

" Aromanya Tam. Aku kan pernah cerita, walaupun ngga pernah bisa lihat jelas wajahnya, tapi disetiap mimpi, dia selalu meninggalkan jejak berupa aroma khas. Dan tadi, aku mencium aroma itu dari tasnya Alan."

"Aroma apa sih sebenarnya yg kamu cium?".

" Aku juga ngga tahu pasti Tam. Tapi rasanya aku pernah mencium aroma itu entah dimana."

"Yah, kalau gitu selamat. Akhirnya pencarian kamu berakhir juga. Kamu udah lega dong! Untungnya Pram orangnya, jadi aku ngga usah khawatir."

"Ngga segampang itu Tam. Pertama aku ngga dekat sama Alan. Kedua, setahu aku Alan udah punya seseorang yang dia suka, tapi baru akan dia temui kalau kewajiban dia udah terpenuhi."

"Kamu tahu dari mana kalau Pram udah punya seseorang yang disuka? Kalian pernah ngobrol?".

" Sekali aja aku ngobrol sama dia. Waktu dia minta tolong aku untuk minta Sisi berhenti mengejar dia."

"Oooh aku ngerti."

"Ya jadi kalau dari yang aku tahu, aku ngga mungkin sama Alan. Mungkin lelaki kabut itu hanya bunga tidur."

Tama menarik nafas panjang, dalam pikirannya berkecamuk berbagai perasaan. Di satu sisi dia ingin jujur tentang Pram pada Mimi, tapi ego nya melarang. Karena jujur dia tak rela Mimi dengan Pram. Apalagi sekarang dia tahu bahwa lelaki kabut Mimi itu adalah Pram.

Namun akal sehatnya masih baik, jadi dia putuskan untuk menceritakan semua pada Mimi.

"Sebelumnya, aku mau nanya, nama asli kamu itu Amira?".

" Iya Tam, kok tahu? Aku jarang menulis nama asli di buku. hanya di biodata kampus aja tercantum nama asli aku Amira Ayudia."

"Okey, sekarang aku ceritakan semuanya, tapi kamu jangan potong sebelum cerita ini selesai."

Tanpa sadar Mimi mengangguk, tapi buru-buru dia mengiyakan setelah sadar Tama tak akan melihat anggukannyya.

"Mi, kamu ngga usah khawatir soal seseorang yang disukai Pram. Karena orang yang dia maksud itu adalah kamu."

Mimi kaget mendengar ucapan Tama.

"Kamu kaget? Aku juga awalnya kaget. Semua dari masa Ospek dua tahun lalu. "

Tama menceritakan semuanya secara detail pada Mimi. Mimi terhenyak mendengar cerita Tama. Rasanya seperti mendengar cerita skenario sinetron.

"Jadi kamu baru tahu kalau Amira itu aku pas kita habis liburan itu?".

" Iya. Dan jujur aja aku juga kaget. Tapi lebih kaget lagi saat tahu ternyata kalian sudah saling kenal. Aku kan ngga pernah tahu kalau Alan itu Pram. Jadi saat Pram mengkonfirmasi soal kamu, aku menganggap Pram hanya sebatas tahu kamu. Sedangkan kamu setahu aku memang ngga kenal Pram, karena saat Rani menyebut namanya, kamu biasa aja."

"Alan tahu dari mana kalau kita liburan bareng? Kamu kan ngga update medsos kamu Tam? ".

" Dari medsos kamu kali?".

"Kami ngga berteman sepertinya, " jawab Mimi. "Ah, mungkin dari medsos Edo. Karena Alan berteman dengan Edo."

Sejenak mereka sama-sama terdiam. Mimi sibuk merunutkan cerita.

"Jadi kamu menyanggupi permintaan Alan Tam?" tanya Mimi dengan suara yang nyaris tercekat.

"Aku udah janji sama dia Mi!".

" Kamu ngga khawatir sama sekali sama aku Tam?" tanya Mimi lagi.

"Pram saudara aku, aku tahu dia orang baik. Ditambah baru saja kamu cerita bahwa kemungkinan lelaki kabut itu adalah Pram, aku ngga keberatan. Mungkin kalian memang jodoh. Pada saatnya nanti Pram akan datang untuk kamu Mi. Perihal Sisi, kalau soal jodoh, ngga ada yang bisa nolak kan? Dia pasti ngerti. Kamu yang sabar aja nunggu Pram merealisasikan niatnya."

"Kamu lancar banget ya ngomong ini Tam?" kata Mimi dengan suara yang terdengar sedih.

Tama tak merespon ucapan Mimi. Sesungguhnya dia pun berat mengetahui semua ini. Tapi sepertinya takdir Tuhan tak berpihak padanya. Yang dia rasakan untuk Mimi, layu sebelum sempat berkembang.

---

Mimi termenung di depan meja belajarnya. Pembicaraan nya dengan Tama barusan membuatnya sedih. Entah mengapa, dia kecewa bukan Tama yang menjadi lelaki kabutnya.

Mimi mengambil kartu-kartu ucapan dari PR, dan tiba-tiba dia menyadari sesuatu. "PR = Pramudya?". Jadi hadiah-hadiah inipun dari dia? Lalu dia harus bagaimana? Apakah dia harus pura--pura ngga tahu?

Bingung, itu yang dirasakan olehnya saat ini. Semua petunjuk mengarahkan bahwa lelaki kabut dan PR adalah orang yang sana yaitu Alan. Tapi dia tak bisa melangkah untuk mendekati. Karena seperti yang dia tahu, Alan punya rencana tersendiri untuk dirinya.

Yang harus Mimi lakukan adalah menetralisir hatinya. Karena jujur, saat ini hati Mimi telah cindong pada satu nama. Namun jika lelaki kabut itu petunjuk tentang jodohnya, maka dia harus melupakan tentang rasa yang mulai tumbuh ini. Sulit dan pasti sakit sekali. Mengapa saat hatiku mulai terbuka, tapi ternyata orang itu bukan orang yang tepat.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C26
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login