Download App

Chapter 32: Sekamar dengan Lazuardi

"Dina, bangun." Seseorang mengoyang-goyangkan pundakku. Saat aku membuka mata, terlihat Ardi senyum ke arahku. Aku menegakkan badan dan mengucek mata. Pandanganku menyapu sekeliling.

"kita dimana?" tanyaku.

"Kita sudah di hotel, aku sudah check in. Ini kartunya." Dia menunjukan sebuah kartu di hadapanku.

"Sekarang kita tinggal masuk ke kamarnya, Yuk." Ajaknya.

"Tunggu sebentar." Aku mengambil cermin kecil. Dengan cepat, aku menata rambutku dan memastikan penampilanku. Ardi tampak memutar mata jengah.

"Cantik, cantik. Lagian malam-malam seperti ini, enggak ada orang. Adanya genderuwo hehe.." aku yang sibuk bercermin sontak mendelik ke arahnya. Dia terkekeh meski apa yang diucapkannya sama sekali tidak lucu.

"Tidak lucu tau."

"Ya udah, Makanya ayo masuk. Sudah ngantuk ini." ujarnya seraya beberapa langkah menjauhiku.

"Iya, iya." Setelah selesai bercermin, aku menaruhnya lagi di dalam tas selempangku dan berjalan mengikutinya.

Suasana hotel terasa sepi, hanya ada seorang resepsionis dan satpam yang berjaga di area lobby. Beberapa kali aku menguap, menahan kantuk yang teramat sangat. Sementara Ardi dengan penampilan kucelnya berjalan di depanku.

Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan diri di kasur yang empuk. Aku tidak memperdulikan Ardi karena rasa kantuk yang sudah tidak tertahan. Sayup-sayup, aku mendengar suara pancuran air dari shower.

Beberapa saat kemudian, pancuran itu berhenti.

Lalu terdengar suara pintu yang membuka. Aku yang merasa terganggu sejenak menoleh. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Ardi yang telanjang dada dengan handuk yang membalut tubuh bagian bawahnya.

"Apa yang kamu lakukan di kamarku hah!" hardikku sembari melempar bantal ke arah tubuhnya. Dia menaikkan sebelah alisnya, heran melihatku.

"Kamu kenapa?"

"Kamu ngapain di kamar ini?"

"Ya, kan. Aku pesan kamar ini untuk kita berdua." Ujarnya santai sambil berjalan mengambil bungkusan plastik diatas nakas yang berisi beberapa kaos dan celana joger. Mungkin selama aku tidur, dia pergi membelinya.

"Kenapa kamu enggak pesan dua kamar? kita kan.." hardikku lagi dengan pandangan yang tak lekat ke arahnya.

"Santai saja, aku enggak bakal apa-apain kamu kok. Emang aku ada tampang kriminal ya, hehe." Kelakarnya lagi. Sangat santai menanggapiku yang mendengus kesal.

"Lagian aku hanya ingin memastikanmu aman dari gangguan mahluk halus, makanya aku memilih sekamar sama kamu. Sudah tidur sana." Dia melempar bantal yang ku buang tadi. Dia kembali menghilang di kamar mandi.

"Ihhhh, kenapa dia ngeselin banget sih!" gerutuku sembari meremas bantal. Rasa kantukku yang tak tertahankan menghilang seketika. Aku membanting tubuhku di kasur. Menarik selimut untuk mengusir hawa dingin yang keluar dari Ac.

"Awas saja kalau dia sampai berani macam-macam denganku." gerutuku kesal

Ketika dia keluar dari kamar mandi, aku berpura-pura memejamkan mata. Dari celah mataku, aku bisa melihat lelaki yang semula berpenampilan kucel pun berubah menjadi rapi. Rambutnya tersisir rapi. Debu dan usang yang tertempel di tubuhnya enyah dan berganti dengan kulit sawo matang yang bersih. Wajahnya juga tampak bercahaya, dengan bola mata yang putih bersih. Pertanda bahwa dia memiliki gizi yang baik. Penampilannya rupawan hanya dengan menggunakan Kaos dan celana jogger.

Dia bergerak ke kasur single yang ada di sebelahku. Mengambil selimutnya dan menggelarnya di lantai. Apa yang akan dia lakukan? batinku bertanya-tanya.

Dia mengangkat kedua tangannya lalu bersedekap. Lalu, dia membaca ayat kitab suci dengan sangat khusyuk. Sungguh pemandangan yang mampu meluruhkan hati siapa saja. dalam keheningan kamar, samar-samar aku bisa mendengar suaranya yang tampak merdu. Menyejukan hati ini. Lelaki ini menunjukan perubahan drastis selama tidak berjumpa. Yang membuatku ingin mengenal pribadi barunya jauh lebih dalam.

Astaga, sadar Dina sadar. Dia adalah mantanmu. Jangan sampai kamu memendam rasa terhadapnya. Ingat kamu masih menjadi istri orang. Sisi hatiku menyangkalnya.

Setelah selesai beribadah, dia mengaji. Suaranya yang merdu seakan menarikku ke alam mimpi.

***

"Sialan kemana perginya jalang itu?" teriak Anton memenuhi setiap sudut dari rumah lawas itu. Matanya nyalang dengan nafas menderu. Tangannya menghantam keras meja sehingga mengagetkan Pak Sugeng yang tengah duduk di kursi.

"Me..mangnya dia kemana?" ucap Pak Sugeng tergagap. Sejurus kemudian, Anton menoleh ke arahnya. Pria pelontos itu hanya menunduk, tidak sanggup melihat pandangan Anton yang mengerikan.

Bagaimana Tidak. Anton tidak seperti manusia pada umumnya. Dia berubah menjadi setengah genderuwo yang tidak utuh. Dimana bulu-bulu halus tumbuh jarang-jarang ditubuhnya yang atletis plus sorot mata yang merah darah. Mengerikan sekali.

"Bodoh kamu! kalau aku tahu, aku enggak mungkin tanya sama kamu!" Bentaknya. Lalu pandangannya beralih ke atas, " Sepertinya ada kekuatan putih yang sedang melindunginya saat ini!"

"Iya, Tuanku. Tadi aku juga sudah berusaha untuk menghubunginya dan mengancamnya lewat pesan Whatssaap. Tapi nomornya tidak aktif Tuan." Jelas Pak Sugeng yang tampak ketakutan.

Sebenernya, ada kerjasama antara mereka. Lebih tepatnya, Pak Sugeng yang memulai untuk bersekutu dengan Manusia jadi-jadian ini.

Semua berawal dari ketidak sengajaan. Ketika berada di tempat gym, Anton datang ke tempat gym satu jam sebelum tutup. Pada saat itu, Anton belum menjadi Anggota dari Gym. Waktu itu Dina sedang cuti pernikahan. Sehingga Pak Sugeng harus menggantikannya selama cuti.

Tiba-tiba terdengar suara eraman, dari tempat latihan. Pak Sugeng yang kaget segera memeriksanya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati Anton yang berubah menjadi Genderuwo. Hal diluar nalar, yang beru ditemuinya seumur hidup.

Dalam kondisi tida berkutik. Anton berkata

"Jangan bocorkan hal ini kepada siapapun. Atau nyawamu yang menjadi taruhan."

"Ba..iklah. saya janji tidak akan membicarakan tentangmu kepada semua orang. Tapi.."

"Tapi apa? Apa yang kamu inginkan? Katakan."

"Aku... ingin supaya istriku Wiwin meninggal, Supaya aku bisa mewarisi seluruh kekayaannya." Tutur Pak Sugeng yang menjadi keinginannya yang paling dalam.

Terdengar suara tawa yang berat menggelegar,"Hahahaha, itu masalah yang sangat gampang. Tapi aku ingin kamu memberikan tumbal kepadaku."

"Tumbal?" sahut Pak Sugeng yang semula semangat menjadi ragu.

"Aku ingin pegawaimu yang cantik itu menjadi Tumbalku."

"Dina?"

"Iya, aku ingin membawanya ke alamku untuk kujadikan budak selamanya."

"Tapi bagaimana caranya?"

Sosok Genderuwo berubah wujud menjadi Anton kembali. Lalu, terjadilah rencana jahat yang mereka siapkan untuk Dina. Menjeratnya pelan-pelan.

Sekarang, Dina dibawa oleh seseorang yang Misterius. Tentu saja hal ini membuat Anton murka. Sementara Pak Sugeng merasa was-was. Kalau sampai Dina tidak ditemukan, maka mahluk jadi-jadian ini tidak bakal sudi membantunya untuk melenyapkan nyawa istrinya sendiri. Yang berarti rencananya untuk menguasai harta kekayaan istrinya pupus sudah.

"Tuan, tidak perlu khawatir. Saya akan kerahkan orang suruhan saya untuk mencarinya. Dalam waktu dekat, saya yakin dia pasti ketemu." Ujar Pak Sugeng Penuh keyakinan.

"Bagus, Aku juga akan meminta anak buah dari kaumku, untuk mendapatkannya. Dia akan menjadi persembahan sebagai penobatanku untuk menjadi Raja Genderuwo. Jangan sampai dia lolos." Tuturnya dengan mata merah menyala yang hampir memenuhi kepalanya.

bersambung


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C32
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login