Download App

Chapter 2: Makan Siang Dengan Calon Mertua

"Kalian sudah datang duluan." suara wanita paruh baya berkulit sawo matang terdengar dari arah pintu. Wajahnya telah diliputi keriput halus namun masih nampak segar dengan senyum lepas yang disunggingkannya.

Dibelakangnya diikuti seorang pria tua dengan rambut telah dipenuhi beberapa uban. Kedua mata sipitnya terlihat seperti garis karena kantong mata dibawahnya. Jalannya agak sedikit bungkuk.

Namun kedua orang tua itu masih sangat sehat dan bergairah. Mereka tersenyum ramah kearah Daffa dan Yanti yang duduk bersebelahan.

"Ibu , Ayah. Sudah datang..." ucap Daffa menghampiri pasangan paruh baya itu dan mempersilahkan keduanya duduk.

Si ibu yang berparas layaknya putri jawa jaman dulu itu tak lepas menatap Yanti yang semakin merasa canggung dan gugup.

"Ayo, kita pesan makanan. Ayah sudah lapar." celetuk ayah memecah suasana yang canggung.

Mereka memesan chicken charsiew, mapo tofu, fuyunghai, aneka dimsum dan wonton goreng.

"Makan yang banyak, tak perlu sungkan" ujar si ibu ditujukan kepada Yanti

"Biar Boss Daffa yang bayar" celetuk si ayah sambil mengambil salah satu dimsum, memasukkan ke mulutnya yang penuh.

"Ayah, pelan- pelan kalau makan" tutur si istri sambil mengelap saus yang tertinggal dipinggir mulut si ayah.

Sikap si ayah sungguh menggelikan dan kekanak-kanakan namun menghibur.

"Ayo makan" perintah Daffa sambil meletakkan chicken charsiew dipiringku.

Yantipun menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Makanan direstoran ini memang sangat enak. Masakan cina termasuk makanan favoritnya.

"Kau juga harus banyak makan" perintah si ibu yang kali ini ditujukan kepada putranya sendiri.

"Dia itu suka telat makan padahal lambungnya lemah.... Kamu harus selalu mengingatkannya." oceh wanita berkulit sawo matang itu

"Oh iya, siapa namamu anak cantik?"

Yanti hampir tersedak dibilang cantik. "Yanti" sahutnya

"Cobalah ini Yanti" si ibu menyodorkan semangkuk kecil mapo tofu.

Makan siang hari ini sangat berkesan, Daffa mengajak Yanti makan siang bersama kedua orang tuanya, ada maksud tersembunyi apakah ini...

Daffa dan Yanti mengantarkan kedua orang tua Daffa keluar resto hingga pasangan tua itu menaiki taksi yang membawa keduanya pulang ke tempat tinggal mereka.

"Kenapa tidak bilang kalau kita makan siang bersama orangtuamu?" tanya Yanti dalam perjalanan pulang.

Daffa tersenyum "Apa kamu malu?"

"Bukan hanya malu tapi juga bingung, gugup" sahut Yanti

"Keluargaku tidak memandang penampilan ataupun status."

"Kami juga berasal dari kalangan bawah. Aku merintisnya dari nol, jatuh bangun telah aku alami. Berhutang sana sini hingga akhirnya aku bisa membuka usaha rumah makan untuk ayahku."

Rupanya restoran tempat mereka makan siang ternyata salah satu usaha yang dimiliki Daffa. Dia mendedikasikan restoran cina itu untuk sang ayah yang keturunan tionghoa muslim dan sangat menyukai citarasa kuliner nenek moyangnya.

Yang membuat Daffa bisa jadi seperti sekarang ini karena ia dibesarkan dari usaha masakan cina ayah dan ibunya yang dahulu berjualan didepan rumah mereka yang kecil. Bersama sang kakak, Daffa juga turut membantu kedua orangtuanya sepulang sekolah.

Daffa mengantarkan Yanti hingga depan pintu rumah.

" Aku merasa seperti tidak menghormati kedua orangtuamu."

Lagi- lagi Daffa menunjukkan senyum manisnya "Jangan dipikirkan"

"Seharusnya aku yang minta maaf"

Yanti mendongak, menatap heran laki-laki didepannya dengan tatapan bertanya- tanya.

"Maaf, karena sok kenal dipertemuan pertama"

"Maaf, karena menyebutmu sebagai calon istriku"

"Maaf, karena tidak jadi makan siang berdua"

"Maaf, karena hingga saat ini aku tak pernah bertanya siapa namamu"

Yanti melangkah mendekati Daffa "Kasiyanti Sudarso" kata Yanti pelan

"Daffa Ariyanto" bisik Daffa tepat didekat telinga Yanti sengaja menggoda membuat gadis bertubuh mungil itu merinding hingga kedua tangannya mendorongnya tubuh pria berdada bidang itu agak mundur kebelakang.

"Ih..., mesum." dengus Yanti balik badan segera masuk k edalam rumah meninggalkan Daffa tanpa mengucapkan terimakasih.

Daffa hanya tersenyum geli, ia pergi tanpa diberi kesempatan untuk berpamitan.

Tubuh Yanti bergidik mengingat kembali apa yang barusan terjadi. Ketika menyebutkan namanya, kepala Daffa begitu dekat dengan raut wajahnya seperti hendak mencium. "Dasar mesum..."

Sekembalinya dikantor, Daffa menerima sebuah panggilan di Nokia 6600nya.

"Iya ayah..."

"Apa calon menantuku pulang dengan selamat?" goda suara pria tua disebrang

"Iya ayah. Ini Daffa baru tiba dikantor."

"Segeralah menikah. Biar kalian saling menjaga satu sama lain. Usiamu sudah lebih dari cukup."

"Ayah, Daffa tidak mau memaksa. Kita serahkan semua kepada Yang Diatas."

"Ibu dan ayah menyukainya, apalagi yang kamu tunggu. Mau menunggu kami mati..."sang ibu menyahut ditengah percakapan antara ayah anak tersebut

"Ibu!!...."sahut Daffa menekan suaranya pelan.

"Sudahlah jangan berdebat dengan ibumu.. Jadi jaga diri baik-baik" terdengar kembali suara bijak sang ayah.

"Jika ada waktu, ajaklah Yanti mengunjungi kami." sambungan telpon pun terputus.

Memang kali ini Daffa sangat yakin dengan gadis ini namun mereka baru saja saling mengenal, bagaimana langsung memintanya untuk menikah dengannya. Pacaran aja belum...

"Permisi" sebuah suara datang dari seorang pria yang masuk ke ruang kerja Daffa. Penampilannya sama menariknya dengan Daffa. Bisa dipastikan dia adalah rekan kerjanya.

"Ah, Reno.."gumam Daffa lalu duduk dikursi kerjanya.

Laki-laki bernama Reno menghampiri meja kerja Daffa dan meletakkan sebuah berkas laporan yang perlu ditandatangani Daffa.

Daffa Ariyanto adalah kepala cabang dari showroom yang juga bengkel sebuah merk kendaraan bermotor terbesar di negeri ini. Ia baru satu tahun ditempatkan dikota ini, kota kelahirannya. Itu juga karena ia yang memintanya sekalian ia bisa mengawasi usaha restoran cina yg dibangunnya dari nol.

Dan siapa sangka dikota inilah ia juga menemukan gadis yang sangat menarik perhatiannya.

" Reno..., apa yang membuatmu yakin untuk menikah?" tanya Daffa setelah selesai menganalisis dan.menandatangi berkas dihadapannya.

"Begitu saya yakin itu dia, saya langsung melamarnya. Jika kita tidak bergerak cepat, bisa-bisa ia diambil orang lain." jawab Reno pasti.

Bawahannya itu mengerti bahwa atasannya tengah jatuh hati. Meski baru setahun, Reno sudah bisa memahami perangai bosnya yang satu ini. Daffa Ariyanto mungkin pria yang tampan dan sangat menarik, banyak wanita yang sangat menyukainya meski dia sangat sulit didekati. Namun baru kali ini, Reno melihat sang bos yang jatuh hati lebih dulu dan itu membuat si bos tampan kesulitan bagaimana menyatakan perasaannya. Membuat Reno penasaran gadis seperti apa yang bisa membuat bosnya menjadi begini.

"Yang menjadi masalah adalah aku baru mengenalnya. Kami baru dua kali bertemu. Sejak dipertemuan pertama, ia sudah menarik perhatianku. Aku sendiri tidak tahu mengapa jadi seperti ini."

"Percayalah, love at the first sight itu benar adanya."celetuk Reno

"Ikuti kata hati Bapak saja. Dan jangan pernah menyerah." lanjut Reno sebelum meninggalkan ruangan berhawa dingin itu.

Daffa membuang punggungnya kesandaran kursi yang didudukinya sambil menghela nafas panjang dan memutar-mutar alat tulis ditangannya lalu kemudian bibirnya membentuk garis senyuman.

Tersirat rencana apakah yang ada dalam pikirannya hanya Daffa yang tahu. Sudah karakter Daffa yang serius namun tak mau terburu-buru.

Kemudian dia menghubungi seseorang lewat ponselnya. Hanya sebentar percakapan mereka. Kemudian diputuskan sambungan teleponnya dan meletakkan benda yang mirip dengan sabun batangan itu ke atas meja lalu kembali berkutat dengan pekerjaannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login