Download App

Chapter 27: Bab 27

Matahari belum menampakkan diri, Ken sudah bangun dari tidurnya. Tangannya memeluk paha Lisa yang tertidur bersandar tempat tidur. Senyum smirk menghiasi kedua sudut bibirnya.

Mengusap pipi kiri Lisa dengan punggung tangannya. "Kau adalah perempuan sombong yang berani menolakku. Aku aku membalas semua perbuatan mu." Lisa masih lelap dalam tidurnya.

Bibir Ken mendekati telinga milik Lisa dan tak segan menggigitnya pelan. "Aku tidak akan melepaskan apa yang sudah menjadi milikku." Bisikan tersebut tidak membuat Lisa terbangun, nafasnya masih teratur dengan dengkuran halus.

Ken segera beranjak dari tempat tidurnya, keluar menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua. Wajahnya nampak berbinar dan tubuhnya sudah pulih kembali setelah semalam banyak memar dalam wajahnya.

Sementara itu tak lama setelah Ken bangun, Lisa juga segera sadar dari alam mimpinya. Meregangkan ototnya dan mengucek kedua kelopak matanya.

Setelah membuka mata dengan sempurna, kedua bola matanya tidak berhenti berkeliling mencari keberadaan Ken. "Kemana dia," pikirnya. Perlahan ia turun dari ranjang dan mendekati kamar mandi namun juga tak ada suara gemericik air.

"Ahh, untuk apa aku peduli dengan dirinya." Menepis pikirannya. "Lebih baik aku segera mandi dan berangkat ke restaurant, pasti manager Wily sudah menungguku."

Tanpa berpikir panjang lagi, dia segera membersihkan dirinya di kamar mandi dan mengenakan pakaian hitam putih ala pelayan restaurant. Memberi polesan bedak tipis di wajahnya tak lupa dengan perona bibir.

Di atas meja rias memang sudah tersedia banyak alat make up dan skin care. Namun Lisa hanya mengenakan kedua alat make up tersebut karena keterbatasannya kemampuan. Semua pakaian Lisa dengan brand mahal juga tersedia di walk in closet tapi Lisa hari ini tak mau memakainya karena ia pikir mengenakan seragam pelayan dari rumah itu lebih baik.

"Ceklek.."

Pintu kamar Lisa terbuka, dia sedikit terkejut dan menoleh ke arah sumber suara. Ken masuk dengan sebuah map dengan tatapan yang serius. "Kenapa kaget?" Sindir Ken. Lisa hanya menggelengkan kepalanya. "Bagus. Lagipula ini adalah kamar milikku, jadi kau tidak perlu terkejut dengan keluar masuknya diriku." Ucap Ken lagi.

Map tersebut di letakkan di atas meja rias dan Lisa langsung berdiri, menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Ken seperti apa yang ia lihat dari para pelayan-pelayan Ken kemarin.

"Siapa yang menyuruhmu berdiri ?" Bentak Ken. Lisa hanya bergeming masih dalam posisinya menundukkan kepalanya. "Duduk !!" perintah Ken. Dengan gontai Lisa kembali duduk sambil menunduk tanpa menjawab sepatah katapun.

Senyum smirk milik Ken kembali terukir di bibinya, dia mendekati Lisa dan mencengkram dagunya. Lisa hanya bergeming. Kepalanya memang mendongak ke atas mengikuti arah cengkraman Ken, namun kedua bola matanya tetap menatap ke bawah.

"Lisa sayang, kenapa kau tidak mau menatapku ? huh ?" Ucap Ken. "Aku ini suamimu, apa kau mau durhaka dengan suamimu yang tampan ini ?" Tanya Ken lagi, Lisa menggeleng dan segera menatap Ken meskipun sesekali bola matanya mengalihkan dari wajah Ken.

"Aku sudah memberimu semuanya tapi kau malah justru menolaknya." Ken semakin mencengkram kuat. "Tapi tak apa kalau kau menolaknya," senyum smirk kembali tiba. "Aku akan mengabulkannya." Imbuhnya lagi.

Cengkraman tersebut dihempaskan begitu saja dan Ken beranjak dari meja rias, duduk di sofa. "Tanda tangani kontrak itu," kakinya ia silangkan sambil menatap punggung Lisa sinis.

Dengan gemetar, tangan Lisa meraih map yang diletakkan di meja rias tersebut. Sesekali melirik bayangan Ken dari cermin, nampak wajahnya sangat puas melihat Lisa ketakutan.

"Apa ini ?" Lirih Lisa.

Ken mendengus kesal. "Sudah ku katakan, karena kau menolakku jadi kau harus membayar uang yang sudah ku berikan pada ibumu yang brengsekk itu." Ucap Ken. "Aku sudah membeli mu dengan harga yang mahal dan aku tidak mau rugi karena kau sudah menolakku."

"Duarrrrr..."

Berasa tersambar petir. Semua yang diungkapkan oleh Rosa kepada Lisa berbeda dengan penuturan Ken sekarang. Namun dalam hati kecil Lisa sekarang menepis, tidaklah Rosa tega menjualnya.

"Apa maksudmu ?" Lisa menghadap ke arah Ken yang sedang memejamkan mata bersandar pada sofa. "Bukankah aku harus ikut denganmu karena sebagai jaminan atas hutang-hutang ayah." Imbuhnya lagi.

"Hahaha.." Ken tergelak mendengar penuturan dari Lisa. "Kau memang bodoh Lisa," tatapannya kini beralih tajam kepada Lisa. "Aku sama sekali tidak mengenal ayahmu dan sekali lagi ku tegaskan bahwa ibumu dan kakakmu yang brengsekk itu telah menjual mu padaku."

Buliran Kristal bening keluar dari kedua sudut mata Lisa, tubuhnya sekarang melemah. Jika ada sandaran pastilah dia akan menghambur memeluk seseorang dan menangis sekencang-kencangnya karena tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini.

"Ck.." Ken berdecak kesal. "Apa kau pikir dengan air matamu itu aku akan merasa iba ? Jangan terlalu bermimpi." Ken menepis tangannya. "Aku sekarang akan mandi dan setelah mandi ku harap kau sudah selesai membaca dan menandatangai kontrak itu."

Karena tidak mau melihat air mata yang berjatuhan itu, Ken segera beranjak dari tempatnya untuk ke kamar mandi. Ya tentunya dengan perasaan yang kesal. "Lama-lama hatiku akan luluh kalau harus melihatnya menangis terus-terusan." Gumam Ken kesal dan membanting keras pintu kamar mandi.

Mata Lisa beralih ke map dia membaca surat jual-beli yang sudah ditanda tangani oleh Rosa dan Elga. "Tuhan kenapa mereka tega sekali padaku, apa kesalahanku sampai mereka tega berbuat seperti ini padaku."Lirih Lisa.

"Tuhan apa yang harus ku lakukan sekarang?" Tangisan Lisa makin pecah. Lembaran kertas tersebut sudah basah akan air matanya. Pelan-pelan Lisa membukanya dan membacanya dengan seksama.

Isi dari kontrak tersebut adalah :

Pihak pertama adalah Kendra Wilson Abraham dan pihak kedua adalah Lisa Caroline Wilson.

Bagian I : Pihak Pertama Selalu Benar dalam Segala Urusan.

Bagian II : Apabila Pihak Pertama Bersalah maka Kembali ke Peraturan Bagian I.

Bagian III : Pihak Kedua di Larang Mencampuri Apapun yang Berkaitan dengan Urusan Pribadi Pihak Pertama.

Bagaian IV : Pihak Pertama harus Menjalankan Kewajibannya sebagai Istri. (Untuk Lebih Rincinya akan di Beritahuan oleh Paman Li.)

Bagian V : Pihak Pertama adalah Aturan Hidup untuk Pihak Kedua.

Bagian VI : Pihak Pertama Berhak Mengubah Kontrak ini Sewaktu-Waktu tanpa persetujuan dari pihak kedua.

Jika pihak kedua melanggar maka akan diberikan denda senilai 4 milyar dan penjara semaksimalnya. Berakhirnya kontrak ini apabila pihak kedua membayar sejumlah 4 milyar kepada pihak pertama.

"Apa-apaan ini. Kenapa kontraknya hanya menguntungkan untuk dirinya saja." Gerutu Lisa. "Huh.." Menghela nafas panjangnya. "Baiklah, aku akan menanda tangani surat konyol ini dan bekerja dengan giat. Aku tidak mau lama-lama terikat kontrak konyol ini." Lisa segera membubuhkan tanda tangannya.

Segaris pena telah tergores namun ia tiba-tiba terhenti. "Astaga," menggigit pena. "Berarti kalau aku sudah selesai dengan kontrak ini aku akan menjadi janda." Berpikir sejenak. "Aku masih muda, tapi kenapa harus menjadi janda."

Lisa memijat kedua pelipisnya sambil berpikir kembali. "Baiklah." Ucapnya dengan mantap. "Tidak apa-apa aku akan menjadi janda, itu lebih baik daripada aku harus terikat terus-terusan dengan pria cassanova itu."

Bubuhan tanda tangan telah usai, dia menghapus sisa-sisa air mata yang masih tertinggal di wajah dan sudut matanya. Menatap dirinya dibalik pantulan cermin, kemudian memberikan senyuman termanisnya. "Kau pasti bisa menyelesaikan kontrak ini Lisa." Menyemangati dirinya sendiri.

Bersambung.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login