Download App

Chapter 2: PART 1

***

 Cerita dari kematian seorang Ibu yang jasadnya tidak pernah dikuburkan oleh anak semata wayangnya. Hingga pada suatu hari sang anak merasa depresi dan trauma akan kematian sang Ibu yang sangat disayangi. Membuat sang anak nekat untuk membunuh satu persatu orang-orang terdekat tersangka yang telah membunuh Ibunya.

Pembunuhan Ibunya berawal dari adanya rasa cinta terlarang dari laki-laki yang bukan muhrimnya.

Laki-laki yang telah lama dikenalnya. Sahabat almarhum suaminya sendiri. Sebut saja Wawan nama lelaki itu. Sudah lama ia mengincar Amira.

Yah, nama sang Ibu adalah Amira dan anaknya yang bernama Syaqila.

***

Syaqila di rawat oleh Ibunya sejak sang Ayah meninggal. Dia dirawat dengan penuh kasih sayang oleh sang Ibu. Apapun yang diminta olehnya pasti dipenuhi.

Syaqila termasuk dalam golongan anak yang terlahir dari orang tua yang berada. Ibunya pun berubah menjadi semakin cantik semenjak menjadi seorang janda. Membuat Wawan makin tergila-gila padanya.

Saat ketika Syaqila menginjak umur 16 tahun, ia secara tidak sengaja mendapatkan Wawan berada di rumah mewahnya untuk melakukan aski bejatnya pada sang Ibu.

Amira yang ketakutan dengan kehadiran Wawan di rumahnya membuat nekat untuk melawan. Namun perlawanannya nihil seketika saat Wawan berhasil memukul kepala Amira sampai tewas.

Syakila yang menyaksikan kejadian itu berteriak histeris. Membuat Wawan kaget dan langsung berlalu dari tempat itu, tanpa melanjutkan aksi bejatnya pada Amira.

Tangis yang tak dapat dibendung lagi oleh Syaqila. Membuat ia menangis histeris di depan jasad sang Ibu. Sedih, marah, dan dendam semua rasa itu menjadi satu dalam amarah yang membungkam.

Syaqila tak bisa membayangkan, ulang tahunnya yang tinggal beberapa hari lagi harus dilalui dengan sendirinya tanpa kehadiran Ibunya.

Proses menuju pendewasaannya harus diliputi begitu banyak dendam yang membara. Bagi Syaqila menjalani hidup seperti itu sungguh tidaklah mudah.

Di saat anak seusianya menjalani hidupnya dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya, Syaqila justru harus menjalani hidupnya penuh dengan kesendirian tanpa kasih sayang lagi dari kedua orang tuanya.

***

Untuk menjalani kesehariannya, Syaqila dengan terpaksa memutuskan untuk mengawetkan jasad Ibunya. Sebagai teman dalam kesehariannya di sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi, yang tempatnya tidak jauh dari rumahnya.

Gudang itu di bentuk menjadi tempat tinggal baru bagi Syaqila dan jasad Ibunya. Di sudut gudang itu dibuatnyalah sebuah kamar untuk dihias guna untuk menempatkan jasad Ibunya.

Syaqila yang merasa depresi dengan kematian Ibunya memilih untuk tidak menempati rumahnya hanya karena ia tidak ingin terus-menerus mengingat-ingat kematian Ibunya saat itu.

Rumah yang begitu mewah ditutup rapat-rapat tanpa seorang pun yang tau bahwa di rumah itu telah terjadi pembunuhan yang merenggut nyawa Ibu Syaqila.

Hal itu secara sengaja disembunyikan Syaqila. Wawan pun sebagai tersangka merasa heran kenapa sampai saat itu dirinya tidak pernah dicari oleh polisi atas kasus pembunahan yang dilakukan oleh dirinya.

Setelah pindah ke gudang, Syaqila memandikan jasad Ibunya dengan kembang tujuh rupa. Selesai dimandikan, jasad sang Ibu dibaringkan di tempat tidur untuk di pakaikan gaun pengantin yang begitu indah. Tak lupa wajah sang Ibu di poles dengan make-up sampai terlihat cantik layaknya orang yang lagi tidur.

Setiap sudut kamar ditaburi berbagai macam bunga dan gantungan kelambu berwarna putih bercorak bunga-bunga untuk melengkapi keindahan kamar tersebut.

Setelah puas dengan penampilan tempat tidur Ibunya, Syaqila mengistirahatkan dirinya dari segala kesibukannya. Sampai ia dibawa ke alam mimpi. Di mana ia menyaksikan kembali kematian Ibunya secara tragis.

Keringat bercucuran di setiap keningnya akibat mimpi buruk itu. Lekas ia memandangi jasad Ibunya. Sembari ia mengelus kepala Ibunya yang terluka akibat pukulan Wawan.

"Ibu, restui aku untuk membalas dendammu!" Syaqila menangis dalam diam.

Bulir-bulir bening yang mengalir di setiap pipi mungilnya menjadi saksi bisu atas kepergian sang Ibu. Ia sungguh tidak habis pikir. Mengapa di usia yang masih muda ia harus kehilangan kedua orang tuanya dan hidup sebatang kara.

"Tunggu saja! Aku akan membalas dendam atas kematian Ibuku." Sambil mengepal kedua tangannya membuat ia semakin bungkam mengingat kejadian itu.

Untuk meluapkan amarahnya, semua benda di depannya menjadi pelariannya untu sementara. Dibanting satu persatu. Sampai tak sengaja salah satu benda mengenai tangan sang ibu yang membuat tangannya terkulai dengan lemas dari tempat tidur.

Sadar akan hal itu, Syaqila meminta maaf kepada jasad Ibunya. Seperti halnya ia sedang berbicara pada orang yang masih hidup.

"Maafin Syaqila, Bu. Syaqila gak sengaja." Dengan mencium tangan Ibunya ia berjanji akan membalas dendamnya pada orang-orang terdekat Wawan tanpa harus meninggalkan sebuah jejak.

"Saatnya membalaskan dendam bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab." Sambil mempermainkan pisau di tangannya dengan tawa dan tangis yang menjadi satu.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login