Download App

Chapter 4: Chapter 3 : Tekad dan sifat

Langit tengah malam terlukiskan dan disaat yang bersamaan kota menghadapi kehancuran. Dunia seolah menjadi sempit hingga segala yang hidup menjadi terhimpit. Terlihat di seluruh penjuru kota orang-orang yang berlari membabi buta untuk menyelamatkan hidupnya yang hina, beberapa mendorong orang lain untuk dijadikan pijakan bagi hidupnya. Semua orang mati begitu saja dan hidup kembali menjadi zombie..

-Rumah sakit ibukota-

Situasi semakin pelik. Kali ini sebab tak ada tembok untuk melindungi diri, hanya ada anak itu dan Asa yang berpikir keras menciptakan sebuah peluang untuk lari.

"Aku harus bagaimana ini?" tanya Asa dengan keringat di dahi.

Pengharapan untuk bantuan serasa semakin tak nyata baginya, Asa berusaha semampunya untuk berdiri dan mengumpulkan tenaga di tubuhnya. Kemudian terlintas sebuah ide gila dalam benaknya, hanya ada satu cara yaitu meninggalkan anak ini yang tertidur seolah tak ada yang terjadi.

"Tinggalkan saja" bisik suara itu.

"Tidak, itu memang tindakan yang rasional sekarang. Aku juga tidak akan menjadi munafik dengan berkata bahwa aku bisa menyelamatkan dia di situasi ini, tapi jika begini tak ada gunanya untuk menyelamatkan dia sedari awal bukan?.." pikir Asa sembari menggigit jarinya.

"Kau terlalu naif. Meski begitu aku tak bisa membiarkan 'inang'-ku mati, jadi dengarkan aku mulai detik ini. Otak kiri-mu berada di dalam kendali-ku tapi kesadaranmu sepenuhnya milikmu, dengan begitu kau bisa menaikkan tingkat fokus pada seluruh titik syaraf dan vitalmu"

"A-apa maksudmu?"

"Tak kusangka kau sebodoh ini!. Intinya, fokuskan saja pikiranmu terhadap organ tubuh yang ingin kau gunakan dan setelah itu aku akan lakukan sisanya" ucap suara itu dengan sombongnya.

"Guargghh!!" zombie itu meloncat kearah Asa dan berusaha menggigit dirinya.

"Baiklah ayo lakukan!" balas Asa dengan tatapannya yang fokus

Asa menghindar dengan ragu, disisi lain rasa penasaran menghantui dia yang tak tahu bagaimana mempertahankan hidupnya.

"Aku sudah menganalisa segala hal yang dibutuhkan. Ingat ikutilah aba-aba-ku!"

Asa berjalan mundur untuk mendekati anak itu. Tubuh anak itu terlihat kaku entah karena kehilangan banyak darah atau kesadaran yang dimilikinya.

Lalu Asa menggenggam lengan anak itu dan mengangkat tubuhnya dengan segala kehati-hatian terhadap sekelilingnya. Zombie-zombie itu terlihat sudah tak sabar. Sementara disisi lain Asa sedang bersiap menanggapi situasi dan aba-aba yang sudah di nanti. Seketika dari depan Asa salah satu zombie meloncat dengan agresifnya berusaha menerkam dia..

"Sekarang meloncat kearah kanan-mu!" kata suara itu dengan tiba-tiba.

Asa menghindar dengan cepat meski ia menggendong beban yang berat, tapi dari sisi kiri zombie lain menyerang Asa dengan cengkraman tangan yang kuat.

"Gunakan kaki kanan-mu! TENDANG DIA!!" seru suara itu dengan lantang.

Asa berkelit dan menendang telak kepalanya dan membuat zombie itu terjatuh menghantam aspal dengan keras. Asa terkesima oleh tenaganya dan menyadari kekuatan misterius yang menghinggapi dirinya, seakan sebuah jaringan terselubung yang luar biasa hadir dalam tubuh Asa memompa segala kekuatan fisik miliknya.

Tergeletaknya zombie membuat sebuah jalan bagi Asa menyelamatkan diri. Tanpa basa basi tubuhnya bergerak sendiri dan mungkin saja instingnya yang membuat ini terjadi. Asa berlari keluar dari area belakang rumah sakit menuju gerbang depan yang nampaknya jadi jalan satu-satunya bagi dia di kondisi mengerikan ini.

Namun tak disangka gerombolan zombie hampir menguasai tempat itu, hanya tersisa orang-orang lemah yang tak berdaya melawan mereka.

"Sudah kubilang bukan?!. Jika saja kau mengikuti perkataan-ku untuk membuang 'sampah' ini, mungkin saja kita dapat meloncati dinding area belakang rumah sakit. Kini semuanya sia-sia bukan?.." ejeknya.

"Cih, kau tak membantu sialan!" teriak Asa.

Hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka mencium keberadaan Asa. Dia mencoba memikiran segala cara yang dapat dipikirkan, supaya jangan dirinya mati begitu saja dengan sia-sia. Terlihat daripadanya sebuah tempat sampah besar yang terletak dekat dengan pagar besi penghalang rumah sakit dan mungkin saja ini bisa menjadi batu pijakkan baginya untuk bisa lari.

'Grasp...Grasp' nafasnya mulai menjadi berat mungkin karena tenaganya yang sudah sekarat.

"Sial! tak ada waktu bagi keraguanku! ini adalah satu-satunya jalanku. Jika gagal mungkin saja aku akan mati tertancap ujung pagar besi yang tajam ini..." terlihat ekpresi ragu di kala dia tengah berusaha menaikkan ekspetasinya.

Keringatnya menjadi dingin dan semuanya menjadi sunyi seakan ia telah tuli, tapi nyatanya ini adalah keputusan hidup atau mati. Terlebih lagi jika tanpa kekuatan lompatan yang cukup mungkin saja beban yang di bawanya justru akan membunuh dirinya.

"Cih!, persetan dengan semuanya!!" seru Asa dengan kesal.

Dia memacu tubuhnya dan membuat seluruh energi misterius itu membara layaknya api yang menyala. Langkah-langkah ia tapakkan dengan jiwa apinya yang terang, meski tak tahu kemana hidup dan kematian akan membawa. Pada detik ini manusia akan memunculkan sisi egoisnya dan membentuk sebuah perasaan sifat bawaan yang mereka miliki. Layaknya melemparkan sebuah koin ke udara tentu saja hanya satu hal yang diinginkan yaitu...KEMENANGAN.

"HEYAAAAAAA"

Dia meloncat dengan kerennya diudara. Meski begitu lawannya tak semudah itu untuk ditundukkan, hanya tipis perbedaanya dan mungkin saja orang yang digendongnya akan merasakan ketajaman dari pagar besi itu...tapi....

"Anak ini benar-benar..MENYUSAHKAN!!"

Ia menunduk dan membuat tubuhnya berputar dengan berat tumpuan kedepan supaya anak itu terhindar dari kematian, sebab bisa saja paha anak itu terbelah menjadi dua.

'Duak!' Ia terjatuh menghantam sebuah lahan dengan rerumputan tipis.

"Agh! sialan!" Asa meringis kesakitan.

Tak terlihat sebuah luka parah seperti yang ia alami tadi, meski begitu luka-luka sebelumnya cukup membebani karena belum pulih sempurna.

"Benar-benar menyedihkan" bisik suara itu.

Asa tampaknya cukup jengkel meski tak menutupi fakta bahwa 'dia' benar-benar membantu. Dia menghiraukan suara bisikkan tadi dan mengalihkan pandangan kearah anak itu, lalu kembali menggendongnya setelah menyadari bahwa anak ini baik-baik saja.

Terlihat dari padanya sebuah rumah yang tampaknya tak berpenghuni. Tapi tentu saja Asa terus berjaga-jaga mengingat zombie bisa saja menerkam dirinya. Terbesit di pikirannya untuk pergi ke garasi sebab mungkin ada satu dua benda yang dapat membantunya, juga untuk menghindari kemungkinan yang akan ia hadapi jika memasuki rumah itu dari pintu depan yang terbuka.

"Jika ada linggis ataupun besi-besi lain itu mungkin akan membantu untuk bertahan dari kegilaan ini. Jika aku beruntung mungkin aku akan menemukan alat p3k atau penghilang rasa sakit.."

Ia kemudian berusaha menjebol pintu besar garasi itu dengan memukul gembok yang menguncinya.

'Buk!...Buk!'

Gembok itu tetap bertahan setelah dihantam pukulan kemungkinan itu karena Asa sudah kelelahan. Tapi suara itu kembali seakan mengerti bahwa Asa membutuhkannya saat ini..

"Oi!, Perlu bantuan? kukuku.." ejeknya.

"Huh?, aku tak yakin kau akan membantu..." balas Asa dengan cuek

Asa terus melanjutkan usaha dengan tinjuannya sampai-sampai tangannya terluka karena meninju objek keras terus menerus, hingga akhirnya gembok itu hancur berkat usahanya yang terbilang cukup bodoh. Tapi mungkin saja ini dilakukan untuk membalas keangkuhan suara itu yang seolah menjadi tuan bagi Asa..

"Lihat?..ini mudah.." ucap Asa dengan sombongnya dan senyuman licik di wajahnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login