Download App

Chapter 23: Perkenalan

"hmm...." Pak dirga menatap Pandu dan Diva bergantian. "Ahh..baiklah..saya izinkan."

keempat orang didepannnya menghembuskan nafas lega. Entah kenapa Yumna dan Zaky ikut tegang dalam masalah ini.

"Dengan syarat harus kembali pada jam pelajaran anda." lanjut pak dirga. "Baik...silakan..." ia mempersilakan kedua orang didepannya untuk meninggalkan tempat.

Pandu Mengangguk pasti. Dan sesudah itu ia berjalan diikuti Diva. Suasana mendadak canggung. Wanita itu ragu untuk berjalan sejajar dengan Pandu. Selain karena banyak pasang mata yang memandang mereka antusias. Tapi juga karena ada setitik rasa bersalah atas lepas nya ibu pandu.

"Eh itu pacarnya pak pandu?!." seru seorang siswi yang entah dari kelas mana. Nyatanya semua murid sudah menjadi pengintip mereka dari awal keluar ruang kepala sekolah. Diva terkejut saat mendadak Pandu menatap dingin pada segerombolan remaja putri yang berdesakan di pintu kelas.

"Masuk...!." perintah pandu dengan nada super dinginnya. Tatapannya bisa membuat ciut siapapun. "Semua masuk!." Pandu mengedarkan pandang ke semua pintu dan jendela. Dia benar benar di segani. Buktinya seketika semua pintu kelas menjadi kosong karena para siswa kembali ke bangkunya masing masing. Terdengar desahan kesal yang samar. Dan umpatan yang kurang jelas sebab bukan dari satu mulut saja.

"Kita naik mobil saja. Motor anda bisa ditinggal..." sergah Diva saat melihat Pandu hendak berbelok keparkiran sepeda motor. Walaupun sebenarnya itu bukan mobilnya. Tapi setidaknya mereka bisa lebih gampang jika mencari bersama.

"Akan lebih baik jika kita bekerja sama..." ucap Diva kaku. Ia tersenyum aneh. Ahh ia sungguh kehilangan kepercayaan dirinya didepan pria ini.

Pandu termenung sebentar. Wanita itu benar juga. Bagaimanapun yang ibunya percaya sekarang hanya dokter itu. Jikapun ia bertemu dengan ibu, beliau justru akan kabur lagi karena ketakutan.

"Baiklah..."

***

"Lho key... temen kamu Diva mana?." seorang ibu paruh baya celingukan dikamar Key. padahal anaknya itu masih tidur memeluk bantal gulingnya erat.

"Udah pulang..." Jawab Key dengan suara serak khas bangun tidur. Ia cukup kesal tadi gara gara Diva membangunkanya dari mimpi indah bersama suho Exo. Itu sebabnya ia mencoba tidur lagi, siapa tahu mimpi itu akan berlanjut lagi. Sayangnya ia malah mimpi dikejar orang gila. Issh... keburuntungan memang tak datang dua kali.

"Padahal mama tu lagi bikin brownies... niatnya mau minta pendapat Diva, udah enak belum..kamu coba deh panggilin..biar dia kesini..masa dateng pagi pagi, mainnya bentar doang sih...." ucap Kania. Mamanya Key. Sejak Saat Diva membuat olahan kue beberapa tahun lalu dirumahnya, ia jadi ketagihan membuat kue. Dan tentu saja Diva yang direpotkan untuk menjadi tutor memasaknya.

Key berdecak kesal. Ia sungguh tak mengantuk lagi sekarang. Curhatan mamanya itu membuatnya semakin tak bisa tidur.

"Kak...pinjem mobil donk.. bentar doang kok.. cuma...mau...". ucap seorang anak SMA dengan nama Dylan Fazran S yang tertera di dada kanannya.

"Dylaan....Kamu kok belum berangkat sih.....ni udah jam berapa coba?! kamu mau bolos hah?!." Kania makin dibuat kesal dengan ekspresi Dylan yang tampak tak panik sama sekali.

"Tuh kuncinya di atas laci meja..." Key merenggangkan badannya sambil menunjuk meja.

"Ni lagi kakaknya malah ngefasilitasin...." Cibir Kania. Ia begitu miris dengan kedua anaknya.

"Mana...kak...gak ada....iih yang bener..." Dylan mengedarkan mata dengan teliti.

"Hah masa sih?.." Key jadi ikut nimbrung mencari.

Kania melirik kesal. Dan langsung meninggalkan kamar Key.

"Gak ada kan..ahh au ah...males." keluh Dylan. dan memilih pergi.

Key mulai mengingat ingat. Perasaan, ia yakin menaruhnya disitu. tiba tiba...

Drrrt...Drrrt... Key meraih handphone di meja satu lagi.

"Iya kenapa Div?..." Ia tampak malas menjawab telpon itu. "hiih... Ya ampun..ternyata kamu yang bawa...hiissh.". Key berubah gregetan. Sepagi ini Diva sudah membuatnya kesal. Iapun menarik bantal dan mendekapnya. "ya...kirain ilang...lagian pinjem gak bilang bilang dulu...issh... kaya maling tau gak?!." Ia mendengus kesal. lalu memindahkan ponsel ke telinga sebelahnya.

Key lantas terlihat fokus mendengar penjelasan Diva di seberang sana. "ooh..iya..iya.. lupa... salah kamu lah.. orang tidur diajak ngomong..." Key membela diri.

Ia kemudian tertawa saat mendengar umpatan Diva. "Yeee... Bukan kebo aku tuh.. biasanya juga gampang dibangunin.. tapi tadi tu urusannya lain. Aku mimpi kencan sama Suho Exo...hoho... kamu pasti iri kan..." ucap Key congkak.

"Oh iya..kamu tadi nelpon karena mau minjem ampe sore kan... mau dibawa kemana emang?." Key kembali serius mendengar suara Diva. Namun ia mengernyitkan dahi kurang paham. 'Diva ngomong apa sih?' batinnya. Mau tak mau ia pun mengetuk loudspeaker.

"Ulang ulang..." Ucap Key mendekatkan ponsel itu ke mulutnya.

"Ahh..intinya urusan rumah sakit lah..." ucap Diva sudah jelas. Key hanya ber-oh ria.

"Belok aja..." ucap Diva tiba tiba. Key menaikan alis kirinya. Ia tahu itu bukan ucapan untuknya. "iya.." suara cowok jelas tertangkap ditelinga Key. Wanita itu membekap mulutnya tak percaya. Yang pertama kali terbersit dipikirannya adalah 'Diva lagi ngedate'. Ahh iya. pasti temannya itu malu mengakui. Sampai sampai membawa bawa urusan rumah sakit buat alasan.

"Oke deh aku bolehin... pinjem ampe malem juga gak papa... lain kali kenalin ke aku ya pacar kamu itu..." Kicau Key dengan cepat tak bisa di sela sama sekali.

"Eh..bukan bukan... bukan pa.." protes Diva. namun Key tak mau mendengarnya lagi. ia lngsung menutup panggilan secara sepihak.

tut tut tut.

"hihi... akhirnya." Key tersenyum lega.

***

Semua mendadak tegang saat pak Dirga memasuki kelas. Namun sedikit berkurang dengan kehadiran Yumna yang mengekor dibelakangnya.

"Selamat pagi Bu Ratih...saya membawa satu anak baru yang akan masuk ke kelas Ipa ini..." Ucap Pak Dirga.

"Ooh..silakan pak.."

Seorang siswa dengan perawakan tinggi yang semula fokus dengan bukunya kontan berhenti. Dan beralih menatap Yumna penuh arti.

"Silakan nak..perkenalkan diri kamu ke teman teman..." ujar Pak Dirga.

Deg!. Yumna mendadak beku. Ia tersenyum masam dalam kecemasannya. Ia mulai meremas jarinya yang perlahan dingin. Bibirnya bergetar. Seolah hendak berbicara tapi selalu urung dilakukan. Ia lagi lagi kembali menutup rapat mulutnya. Jantung Yumna mulai berdetak lebih cepat. Suhu udara terasa memanas.

"Nak Yumna... silakan..." ucap Bu Ratih mengingatkan. Yumna sekali lagi hanya tersenyum bingung. Tenggorokannya tercekat. Lidahnya kelu. Ini benar benar diluar kehendaknya. Padahal Yumna sangat ingin mengeluarkan suaranya. Tapi semua perkataan bahkan teriakannya hanya sampai di pikirannya. Ahh.. Yumna mendesah kesal. putus asa.

"Maaf pak..." seorang siswa mengangkat tangan dan lantas maju kedepan.

"Ada apa naga?." tanya Pak Dirga.

"Biar saya yang memperkenalkan dia ke teman teman. Soalnya sebenarnya Yumna sedang sakit tenggorokan Pak..." ucap Naga. Ia tahu namanya dari nametag di seragam Yumna.

"Kamu mengenalnya?. ahh bagus.. Yumna akan lebih mudah beradaptasi dikelas ini. maaf Yumna. Bapak tidak tahu kamu sedang sakit. maafkan bapak.." Pak Dirga memandang Naga dan Yumna bergantian.

Yumna memejamkan mata sebentar. Berusaha memasok kata kata positif untuk dirinya. Ahh Yumna merasa sangat tidak berguna. Ia bahkan merepotkan orang lain. siapa dia? cowok ini?. Yumna seperti pernah melihatnya. Apapun itu dia sudah menyelamatkannya.

"Namanya Yumna Reysica .A.. dia seumuran sama kalian.. 16 tahun." Ucap Naga karena dia sendiri memang lebih tua dari teman temannya. Meski begitu, Ia sempat berpikir untuk menyebut huruf A. Untung kehadiran Pak Dirga cukup membuat semua mulut terkunci. Jadi tak ada yang bertanya tanya kepanjangan dari huruf A itu. Setidaknya itulah yang Ia baca di name tag gadis itu.

"Tapi kok imutnya kaya anak SD.. cute banget.." Timpal Cowok berambut cukup berantakan. "opss.." Ia baru sadar ketika Pak Dirga menatapnya tajam. "matilah aku.." lirihnya seraya memilih menunduk.

"Rapihkan rambut kamu Banyu!." ucap Pak Dirga tegas.

"Saya Ardhi pak..." protes anak itu sedikit takut sambil merapihkan rambutnya tanpa mengangkat kepala.

"Nama kamu Ardhi Chandra banyu kan. saya selalu hapal nama anak nakal seperti kamu." Ujar Pak Dirga. Ardhi skakmat.

Bu ratih menutup mulutnya menahan tawa. Namun saat Pak Dirga beralih melihatnya. Ia lalu memposisikan diri lagi. "apakah yang dikatakan Naga itu benar Yumna?." tanya Bu Ratih sengaja mengalihkan rasa takutnya.

Yumna memejamkan mata sekejap. Ia bertekad tak akan diam. Sekalipun ia bisa menjawab dengan mengangguk. Ia menarik nafas dan menghembuskan perlahan. dan..

"iiiyaa..." Jawab Yumna susah payah. Suaranya kecil...tapi bisa terdengar jelas oleh orang orang yang terdekat dengannya. Yakni Pak Dirga, Bu Ratih , Naga dan dua anak yang duduk di depan.

Naga menoleh bingung. Bagaimana bisa dia bicara?.

"Jangan memaksakan diri... pasti itu sakiit..sampai suaramu jadi kecil seperti itu." ujar Pak Dirga.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login